16. memendam💕

4.1K 212 0
                                    

Author POV.

Ali masih dapat menghela nafas lega. Karena apa yang di katakan dokter sejauh ini kondisi Prilly masih tidak apa² dan bisa di mungkinkan masih baik-baik saja. Tetapi walaupun begitu Ali masih terus merasa bersalah. Andai dia bisa mencegah Prilly untuk melakukan Itu mungkin kini ia masih bisa melihat Prilly tertawa, tersenyum, dan bahkan merajuk karena cemburu. Dan Andi dia tidak membiarkan Prilly pergi kerumah sang mama mungkin semua masalah yang menimpa Prilly tak akan terjadi.

"Sayang bangun... Buka matamu aku rindu" kata Ali lirih dan ada nada bersalah di dalamnya.

"Ali bersabarlah nak. Tadi kata dokter Prilly akan segera  sadar nak"ujar mami Ririn menenangkan Ali.

"Iya mi" Ali terus menggenggam tangan istrinya.

"Ya udah mami tinggal dulu ya nak. Mau ke ruangan rawat faira. Tadi mama dapat kabar kalau faira udah sadar dan kondisinya udah stabil" ujarnya. Ali diam termenung apakah dia harus memberitahukan semuanya? Sepertinya iya.

"Mami! Ali mau bicara sebentar. Ini masalah Prilly mi" mami Ririn menatap Ali dengan alis bertautan.

"Apa maksud Ali?" Tanyanya tak mengerti pada Ali.

"Prilly kaya gini karna donorin darahnya dua kantung buat faira. Tapi Ali mohon mami jangan bilang siapa²." Jelas Ali mengenai kondisi Prilly.

"Mami gak nyangka Li. Segitu berkorban ya Prilly demi bahagiain mamanya. Tapi Riani mamanya gak pernah mau nyadarin itu." Ujar nya lirih.

"Ya udah lah mam biarkan saja yang terpenting sekarang kita harus jaga kondisi Prilly. Dan harus segera menemukan donor ginjal untuk Prilly" tiba² Lia nyeletuk dan masuk keruangan Prilly.

Ali dan mami Ririn mengangguk paham.
"Ya udah sekarang mami ke ruangan fai aja. Disini biar Lia dan sama Ali yang jaga adek" kata Lia pada maminya.

"Ya udah mami pamit ya. Jaga adek ya kak" mami Ririn pun berlalu dari ruangan Prilly.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

CEKLEK

Mami Ririn memasuki ruangan fai. Terlihat fai yang sedang duduk di ranjang dengan di temani mamanya.

"An!" Panggil mami Ririn pada mama Prilly.

"Eh kakak. Kenapa kak?" Tanya riani yang menyadari kehadiran mami Ririn.

"Gak papa cuman mau jenguk fai aja. Gimana keadaan kamu fai?" Tanya mami Ririn pada fai. Ia menatap miris fai. Lihatlah ketika fai sakit riani selalu menemani bahkan mengkhawatirkan dirinya, tetapi kenapa itu tidak berlaku terhadap Prilly gadis berhati malaikat yang rela nyawanya terancam demi menyelamatkan Sang kakak agar mamanya tidak bersedih lagi. Ia selalu mengutamakan bahagia mamanya tanpa memikirkan dirinya sendiri. Ririn tak habis fikir bagaimana jalan fikiran riani.

"Alhamdulillah udah mendingan Tante. Tinggal masa pemulihan. Oh ya Prilly mana Tante? Fai kangen sama dia"ujar fai menjawab pertanyaan mami Ririn.

Ririn menatap nanar fai. Bahkan orang tua dan kakak kandung prilly pun tidak tau bagaimana kondisi anaknya.

"Oh itu Prilly lagi pergi sama Ali fai. Kalo fai kangen fai harus cepet sembuh biar bisa ketemu Prilly" ujar mami Ririn berbohong. Ia tau ini bukan saatnya dia membuka semuanya.

Faira menganggukan kepalanya tanda ia faham.
"Ngapain kamu tanya tentang anak gak tau diri itu?! Dia aja gak perduli sama kakaknya yang lagi dirawat di rumah sakit dan malah asik jalan²!" Ujar Riani sewot dengan pertanyaan faira.

Ingin Ririn menangis meratapi nasip Prilly anaknya walau pun bukan anak kandung tapi sampai kapan pun dia akan terus menyebut Prilly anaknya. Bagaiman bisa seorang ibu begitu benci dan tidak menginginkan kehadiran Prilly di dunia ini.

Dan ia sangat sedih dalam keadaan begini Riani tidak berusaha menanyakan keadaan Prilly dimana Prilly? Ia hanya memikirkan satu nama  yaitu faira kakak Prilly. Padahal faira anak yang sehat dan normal. Sedangkan Prilly apa masih pantas dikatakan sehat? Dia sakit bahkan teramat sakit selain tubuhnya hatinya juga berkecamuk luka.

"Tidak sepantasnya kamu bicara seperti itu An. Kamu tidak tau apa yang terjadi" ujar Ririn dingin.

"Tapi memang faktanya begitu kak!" Ujar Riani dengan nada tak terima atas ucapan Ririn.

"Kamu ini ibunya an. Seharusnya kamu yang mengetahui semuanya bukan memandang sebelah mata. Berfikir lah dulu an. Jangan sampai kamu menyesal" ujar Riani memberi peringatan. Ia bersumpah pada dirinya jika suatu saat Farid, Riani dan faira mengetahui segala sesuatu tentang  Prilly. Ia tak akan membiarkan Prilly menemuinnya, berbicara padanya, dan bahkan memeluknya. Ia rasa sudah cukup luka untuk Prilly kini saatnya Prilly bahagia. Dan Riani berjanji ia akan memisahkan Prilly dengan orang² yang selalu melukai Prilly.

"Aku tidak akan menyesal kak. Lagi pula untuk apa aku peduli dengannya"ujar Riani menantang ucapan Ririn.

"Bahkan kamu tak pernah menyebut namanya sekali pun an. Ku rasa sudah cukup! Prilly sekarang harus bahagia dan aku akan menjamin itu. Kamu harus ingat ucapan ku an. Jika suatu saat kamu telah menyesal jangan harap kamu bisa dekat dengan nya, memeluknya, menyentuhnya dan bahkan mungkin aku akan membuat mu menangisi dirinya seumur hidup karna telah membuat luka di hatinya dan membuat hatinya menghitam." Ujar Ririn tajam perkataan Ririn terasa Menusuk hati Riani. Tapi Riani tetap tidak perduli.

"Aku tidak perduli ----" ucapan Riani terhenti kala dering telfon ponsel Ririn terdengar. Ririn mengangkat telfon dari Lia. Keningnya mengkerut perasaan nya tak enak dan jantungnya berdegup kencang.

"Hallo sayang!" Sapa Ririn pada Lia.

"Mami! Mi Prilly. Mami mending sekarang ke ruangan Prilly. Tadi dia kejang² mi" terdengar suara Lia dengan isakan² kecil. Jantung Ririn terasa berhenti mendadak. Anak nya putri kecilnya. Ada apa ini.

"Tunggu mami kak. Mami bakal balik ke sana. Kakak jaga adiknya dulu segera panggil dokter. Mami gak mau dia kenapa²" tanpa sadar air mata Riri. Menetes dan bahkan. Dia tidak sadar dengan ucapannya. Padahal di ruang itu ada fai dan mama prilly.

"Iya ma cepet ma"ujar Lia.

"Iya sayang jangan lupa kabarin papi. Dan kabarin nya pelan². Mami yakin papi pasti khawatir sama adek kak"ujar Ririn lagi.

"Iya mi. Ya udah" sambungan telfon. Pun terputus.

"Kak kenapa? Kenapa kakak nangis?" Tanya riani pada Ririn.

"Bukan urusan kamu. Lagi pula kalau aku bicara pun kamu gak akan perduli" ujar Ririn tajam. Ia segera pergi berlalu dengan tergesa-gesa untuk menuju ruangan Prilly.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Ali POV.

Dunia gue seakan runtuh dan hancur bidadari yang selalu secerah matahari kini sinarnya redup dia bahkan belum sadar dari tidurnya. Gue sangat takut terjadi apa² pada Prilly istri Gue. Gue sangat mencintainya. Dan aku sangat takut kehilangan dirinya.

Gue sekarang sedang berada di taman rumah sakit. Sedikit menenangkan fikiran dengan di temani Akmal. Kami saling diam tertuju pada fikiran masing masing. Gue gak habis pikir terbuat dari apa hati Prilly sampai dia berkorban buat orang yang selalu membuat dia terluka bukan bahagia.

Hatinya bagaikan terbuat dari emas berkilau dan bercahaya. Tanpa mereka sadari gadis yang selama ini di benci tanpa ada yang tau penyebabnya rela berkorban untuk mereka.

Gue gak nyangka segitu besar rasa cinta Prilly untuk mereka.

Lama gue melamun tiba² lamunan gue buyar waktu handphone Akmal bunyi. Dia langsung angkat telfon nya. Gue rasa sih itu dari Lia. Hmmm gak tau kenapa tiba² perasaan gue gak enak seperti ada sesuatu yang mengganjal. Entah apa itu.

"Li!" Panggil Akmal. Ternyata dia udah selesai telfonnya. Eh tapi tidak tunggu! Kenapa air mukanya berubah drastis.

"Kenapa mal?"tanya gue lirih sambil natap dia.

"Kita harus balik ke ruangan Prilly Li. Tadi Lia telfon katanya si Prilly tadi tiba² kejang" jelas Akmal ke gue. Degh!! Jantung gue mau copot gue gak tau apa yang terjadi sekarang.

" Ya udah ayo mal kita pergi" gue pun beranjak dari duduk di ikuti sama dia kami langsung berlalu dengan tergesa-gesa menuju ruangan Prilly.

¥¥¥¥¥¥¥¥

MINE 💕(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang