Author POV.
Prilly terlihat begitu cantik dengan balutan Levis berwarna biru dan baju berwarna putih polos cukup sederhana namun terlihat cantik. Pagi ini ia berniat ke rumah sang mama ia ingin memberikan sebuah surat untuk mamanya.
"Sayang aku berangkat sekarang ya. Kamu nanti ke rumah mama mau berangkat jam berapa?" Tanyanya Ali yang sudah berdiri di depannya dengan kemeja putih di balut jas berwarna hitam.
"Sekitar jam 10 nanti sayang" jawab Prilly dengan tangan Yang merapikan jas dan dasi Ali.
"Oh ya udah hati² ya. Kamu sama Lia kan?" Tanya Ali lagi. Pasalnya ia akan khawatir jika Prilly pergi seorang diri. Takut terjadi apa².
"Iya sayang" balasnya kemudian mengelus pipi Ali.
"Ya udah sekarang kita turun kebawah sarapan"lanjutnya.
Ali dan Prilly keluar dari kamar dan segera keruang makan untuk sarapan Bersama keluarga yang lain.
"Pagi semua" Ali dan Prilly menyapa orang² yang ada di meja makan.
"Pagi Ali prilly!" Sapa mereka balik.
Mereka semua memakan sarapannya masing² tanpa ada suara sedikit pun. Entah apa yang ada di fikiran mereka masing².
"Sayang aku berangkat sekarang ya" ujar Ali ketika ia sudah selesai memakan sarapannya.
"Iya. Ya udah yuk aku anterin ke depan" prilly bangkit dari duduknya kemudian mengantar Ali Sampai depan pintu rumah.
"Sayang aku berangkat. Kamu hati² nanti. Nanti kalo udah sampai rumah mama jangan lupa kabarin aku" ujar Ali kemudian mengecup dahi Prilly.
"Iya sayang aku bakal hati² kok, iya nanti aku kabarin. Kamu juga hati² bawa mobilnya jangan ngebut. Take care ya sayang" balas Prilly dan mencium pipi Ali.
"Ya udah aku jalan" Ali pun segera memasuki mobil dan berlalu dari rumah. Prilly segera masuk kedalam rumah.
🌸🌸🌸🌸🌸
Author POV.
"Lia! Cepetan!" Teriak Prilly yang sudah lama menunggu Lia dandan.
"Iya iya ini udah. Ayo kita berangkat." Kata Lia keluar dari kamar.
Mereka pun segera berangkat ke rumah orang tua Prilly. Entah mengapa prilly tiba² ingin mengirim surat untuk mamanya. Agar suatu saat bila mama Prilly rindu padanya ia bisa membaca surat dari dirinya. Meksi Prilly tak yakin bahwa surat itu akan di sentuh oleh mamanya.
"Lia!Lia kita berhenti disini aja deh" ujar Prilly tiba².
"Loh emang kenapa?" Lia heran Prilly menyuruhnya untuk memberhentikan mobil nya di taman dekat rumah Prilly.
"Ya gpp. Biar kita bisa perginya cepat nanti" jelas Prilly. Lia menganggukan kepalanya. Kemudian Prilly turun dari mobil dan segera berjalan kaki menuju rumahnya.
Saat sampai di rumahnya ia mendengar pertengkaran kecil dari dalam rumah. Pintu rumahnya terbuka. Ia menguping perdebatan orang di dalam.
"Mama tuh tega! Prilly itu adik aku mah. Kenapa mama selalu membedakan kami berdua. Padahal aku gak ada apa² nya dibanding dia. Dia jauh lebih berprestasi di banding aku. Coba mama liat, liat 5 lemari kaca itu! Itu semua milik Prilly bukan milik aku. Bahkan Prilly pun selalu membanggakan. Tapi mama gak pernah hargain dia. Dia itu sayang sama mama tapi mama malah tega kaya gitu sama Prilly. Dia selalu membuktikan ke mama kalau dia bisa tapi mama! Mama tega mama selalu liat kebelakang gak pernah liat kedepan. Padahal di depan mama dia selalu menunggu mama. Selalu berusaha tegar walau dia rapuh. Mama jahat tau gak!" Itu itu adalah suara faira kakaknya. Kakak Prilly.
"Tapi sayang. Mama gak pernah bedain kamu sama dia." Mama Prilly mengelak.
"Iya itu didepan aku. Tapi di belakang aku. Mama selalu jauh dari Prilly. Bahkan di saat dia sakit mama gak pernah kasih perhatian ke dia. Cuma Tante Ririn yang selalu ada buat dia. Bahkan dari bayi pun mamah gak pernah perduli sama Prilly dan Tante Ririn sama om farel yang selalu kasih sayang sama prilly. Mah penyesalan itu adanya di akhir dan saat mama menyesal jangan harap mama bisa Deket sama Prilly lagi mah. Karna piring yang pecah pun jika di satu kan kembali pun retaknya tidak akan hilang. Sekarang. Aku mau pergi dulu dan sebaiknya mama pikirin apa yang aku bilang."
"Fai kamu berani lawan. Mama cuman karna anak sialan itu?! Apa perhatian mama kurang buat kamu?"
"Itu bukan salah dia ma. Tapi salah mama sendiri"
Prilly yang sudah tidak tahan lagi untuk mendengar semuanya memutuskan untuk pergi namun saat dia mau pergi ia tak sengaja menjatuhkan pot bunga.
Mereka melihat ke arahnya. Air mata prilly jatuh tak tertahan. Terlihat jelas luka lama kini tersiram air garam lagi.
Prilly segera berlari meninggalkan rumah itu niatnya untuk memberikan surat pun sirnah. Faira mengejar Prilly ia tak kuasa melihat adiknya menderita lebih dalam lagi.
Prilly sudah dekat dengan mobil Lia. Namun tiba².
Brukkk
Ia mendengar sesuatu yang terhantam. Ia membalikan badannya. Dan melihat fai yang tergeletak dengan darah yang banyak. Prilly menghampiri tubuh kakaknya. Ia memeluknya.
"Ai Lo harus kuat gue bakal bawa Lo ke rumah sakit." Prilly melihat Lia berlari ke arahnya.
"Lia ayo bantu gue bawa dari kerumah sakit"
Tanpa menjawab Lia pun segera bertindak. Sebenci apa pun ia terhadap faira tapi ia masih punya hati.
🌸🌸🌸🌸🌸
Prilly POV.
Aku gelisah menunggu dia di sini tadi dokter bilang ada penggumpalan darah di kepala faira. Tapi dia juga membutuhkan donor darah. Tapi darahnya sama seperti darah darah ku dan mama. Tapi mama gak mungkin donorin darahnya karena mama mempunyai penyakit darah rendah dan itu sangat berbahaya.
"Prilly!" Suara mama. Aku menengok ke arah nya.
Plakkk
Suara tamparan menggema dan rasa sakit ku terima. Mama menamparku. Aku menatapnya tak percaya.
"Ini semua karna kamu. Karna kamu semuanya jadi seperti ini. Dasar anak tidak tau diri!" Bentak mama padaku. Hati ku hancur tercabik-cabik sudah tak berbentuk lagi. Mungkin karna banyaknya luka yang ku terima.
"Mama ini bukan salahku. Tadi fai___"
"Kamu gak usah banyak bicara. Mending sekarang kamu pergi! Pergi saya bilang!" Mama membentak ku mendorongku hingga terjatuh.
Dia pergi dari hadapanku memasuki ruangan faira.
Aku menangis sudah tak kuasa membendung air mataku. Tiba² ada seseorang yang memelukku."Ali!"panggilku lirih saat ku tau dia lah yang memelukku.
"Sssst kamu tenang ya" dia menenangkan diriku.
"Aku mau pulang Li!" Ujar ku padanya. Dia menganggukan kepala. Kami pun segera pulang kerumah.
¥¥¥¥¥¥¥¥
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE 💕(Completed)
Storie d'amore" aku berdiam bukan karna aku takut tapi aku mengalah. Karna Tuhan sudah punya rencana yang terbaik". Prilly Salsabila agtha. "Dia begitu lembut di sakiti banyak orang dia tetap dengan diam. Suaranya nya mahal namun tetap saja begitu bicara lembutny...