Chapter 8

1.8K 111 4
                                    

Hari berganti pagi. Yang berarti dibumi Catha sudah meninggalkan bumi selama enam bulan lamanya.

Seorang gadis menguap dan menguling gulingkan badannya malas. Hingga tubuhnya mencium lantai marmer yang indah itu. Namun sang empu malah semakin lelap dalam tidurnya.

Krieet....

Pintu terbuka menunjukan sosok pria angkuh dengan pakaian yunaninya. "Belum bangun? Sampe kapan aku yang harus bangunin kamu nak! "Ujar pria itu menggeleng pelan kepalanya. Sebuah ide jahil mencul di kepala tampannya. Lalu ia duduk diranjang dan sedikit mengubah suaranya menjadi serak.

"Sayang.. Ayo bangun... Kalau gak bangun bangun menggunakan bibir lho.. "Ujar Zeus dengan nada menggoda. Dan sang empu langsung membelakan matanya lebar. Dan langsung menendang sang ayah dengan keras. "BAJINGAANNN.... "Teriak Catha dengan keras. Dan sang ayah langsung menghilang entah kemana, walau dengan perutnya yang sedikit sakit karna Catha menendangnya tadi. Catha mencari keseluruh penjuru kamar. Namun nihil. Ia tak menemukan siapapun kecuali benda benda dikamar.

Namun Catha tiba-tiba terpikir. Kalau ia belum mencoba yang namanya teleportasi.
"Gue mau coba teleport. "Batin Catha.

Dan seketika ia berada di depan pintu kamar sang ayah. Catha menyinggung senyum miring terlihat mengerikan untuknya.
Tiba-tiba ada seorang pria menghampiri Catha. "Kau tahu keberadaan Ayah? "Ujar pria itu tersenyum ramah. "Ayah? "Tanya Catha balik. "Owh.. Maaf. Maksutku Dewa Zeus berada. Dimana dia? "Tanya pria itu.

"Walah... Salah satu saudara ya? "Batin Catha.

"Hei.. "Ujar pria itu sedikit membentak karna Catha sendari tadi hanya diam. Catha langsung kembali alam sadarnya dan langsung tersenyum. "Memang ada urusan apa sampai kau memanggilnya, Dewa? "Ujar Catha sopan.

Pria itu tersenyum. "Aku hanya ingin berbicara hal yang pribadi padanya. Tidak terlalu penting kok. ". Catha hanga manggut-manggut mengerti. "Kalau begitu kita bareng saja. Aku juga punya urusan penting padanya. "Ujar Catha dengan nada menekan membuat pria itu sedikut berdigik. "Ba-baiklah.. Mari. "Gugup pria itu membalas.

Mereka berjalan dengan santai namun dalam diam. "Omong omong anda ini Dewa apa? "Tanya Catha lembut, membuat sang empu tersenyum karna menyukai sifat Catha yang ini. "Aku Ares. Dewa perang dan kejantanan. "Ujar Dewa Ares tersenyum gantle. "Omong omong kemarin kok kamu gak ada di pertemuan? "Tanya Catha membuat Ares serentak kaget lalu nyengir lebar. Ares mengaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tak gatal.

"Sebenarnya kemarin aku pergi jalan jalan ke bumi. Tanpa sepengetahuan ayah. Aku kira tak ada pertemuan saat itu, jadi aku pergi saja. "Ujar Ares nyengir. Catha hanya mengeleng pelan. "Dan inilah alasanya kau ingin pergi ke tempat Dewa Zeus berada bukan? Untuk mencari alasan agar tak dimarahi oleh ayahmu itu. "Ujar Catha dengan nada konyolnya. Ares langsung mengangguk seperti anak kecil yang ketahuan mengambil barang milik ibunya tanpa sepengetahuan sang ibu. Catha terkekeh pelan.

"Omong omong kau ini siapa? Kau Dewi baru ya? Kau bekerja sebagai Dewi apa? "Tanya Ares dengan nada mengintrogasi. "Aku bukan dewi. "Singkat Catha sedikit datar.

"Lalu? Kau pekerja disini ya? Kok gak pakai baju pekerja sih? Malah pakai baju manusia? "Tanya Ares kayak orang lagi kepo sekarang. Catha hanya memandang Ares dengan tatapan kesal. "Aku bukan pekerja disini. Serendah itukah aku di Olympus! "Ujar Catha dengan kesal. Ares malah tambah bingung. "Kau... Demigod? "Pertanyaan itu lolos dari mulut Ares. Catha hanya mengangguk. "Hebat juga kau bisa sampai kesini. Pasti salah satu keturunan Dewa atau Dewi terkuat disini. Kau keturunan siapa? "Tanya Ares lagi dan lagi.
"Anda nanti juga tahu. "Ujar Catha dengan senyuman mengerikannya. Sempat Ares memikirkan bahwa Catha adalah keturunan Dewa Hades.

Indigo Mate [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang