Matahari semakin meninggi, sinarnya pun semakin memanas seiring dengan berjalannya waktu. Bukan lagi kicauan burung yg terdengar, melainkan hembusan nafas lega dari seluruh murid kelas XI IPA 4 begitu sang guru matematika pergi meninggalkan kelas.Dering bel pergantian pelajaran baru saja berbunyi, membuat sang guru akhirnya berhenti menjelaskan rumus² yg sangat panjang, kemudian pergi meninggalkan kelas. Winda. Gadis itu pergi untuk menjemput guru yg harusnya mengajar sekarang.
"assalamualaikum" ujar gadis berambut panjang itu sambil mengetuk pintu ruang guru pelan
"wa'alaikum salam, masuk" jawab sang guru, yg kini sedang sibuk berkemas
"lho mau kemana bu?" tanya winda begitu melihat sang guru sudah siap dengan tasnya
"winda maaf banget ya, ibu ada urusan mendadak. Ibu cuma mau ngasih tugas buat kalian, beli novel terus revisi. Ini tugas individu, jadi satu orang harus punya satu novel. Dikumpulkan hari kamis depan. Bilangin sama semua temen kamu ya,sekalian bilangin sama kelas XI IPA 2 juga" ujar sang guru kemudian menjeda beberapa detik,
"yaudah ibu duluan ya" kemudian beliau berlalu setelah menepuk pundak winda sebentar,🍭🍭🍭
Sepanjang perjanan menuju kelasnya gadis itu terus saja menggerutu,
"mau pergi masih aja ngasih tugas"
Akhirnya dia sampai didepan kelas, susananya benar² ramai. Para siswi sibuk bergosip sambil sesekali tertawa, sedangkan para siswa lebih beragam lagi. Ada yg sedang berlarian, bernyanyi walaupun dengan suara yg– ah sudahlah, dan lebih parahnya lagi. Gibran. Pria yg berstatus sebagai ketua kelas ini sekarang sedang asyik larut dialam mimpinya.
BRAKK!!!
Winda menggebrak meja guru. Membuat semua penghuni kelas menoleh ke arahnya.
"Berisik anjir!" seru gibran tak kalah keras, pria itu juga ikut²an menggebrak meja didepannya
"ngga usah ngegas dong lo! Lagian ketua kelas juga, udah tau kelasnya berisik bukannya disururh diem malah asyik²nya tidur!" bentak winda
"otak gw udah cukup cape dengerin ocehannya bu rina, sekarang lo pengen gw ngapain?! Teriak² ngga jelas? Lagian ngga bakal didenger juga" ujar gibran yg kini lebih santai, bahkan saking santainya kini kedua kakinya telah berada diatas meja
Winda hanya menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa orang seperti gibran terpilih menjadi ketua kelas? Gila.
"tau ah, pusing gw ngomong sama lo!" tegas winda, gadis itu beralih meraih spidol hitam. Lalu mulai menuliskan tugas yg tadi diberitahu oleh bu marni, sang guru b. Indonesia.
"kamis depan dikumpulin!" jelas winda"bu marninya kemana nda?" tanya mikha begitu winda telah duduk disampingnya
"ada keperluan mendadak katanya" seru winda malas, gadis itu membenamkan wajahnya dibalik lipatan tangan
Kepalanya masih pusing gara² matematika tadi, ditambah lagi gibran yg selalu menyulut emosinya. Jika bisa diskip, dia pasti akan lebih memilih untuk langsung naik kekelas 12 saja agar tidak perlu berlama lama sekelas dengan gibran. Sayangnya itu hanya khayalan.
🍭🍭🍭
Ttrriinggg...
Bel pulang bagaikan nyanyian paling merdu bagi anak sekolah. Semuanya segera berlari meninggalkan sekolah dengan bahagia. Sama halnya dengan winda dan mikha yg kini tengah berjalan beriringan dikoridor sekolah,
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship
Teen FictionSatu persatu cinta mulai menghampiri kami. Akankah kami tetap bisa menjaga persahabatan yg telah lama kami jalani?