Enam

40 9 1
                                    


Botol itu mulai bergerak seiring gerak tangan biya yg memutarkan nya. Sedari tadi mereka sedang bermain Truth or dare, itung² untuk mengisi waktu kosong mereka dijam istirahat. Hampir dari ke sepuluh gadis itu sudah mendapatkan hukuman atas pilihan mereka masing².

Seperti winda yg harus mengabsen satu persatu nama mantannya dengan keras karna memilih Dare. Malu? Pasti. Apalagi salah satu mantannya ada disana, ya.. Tapi itulah resikonya.

Lalu, biya. Gadis itu harus mau memegang tangan jaya, yg pada dasarnya adalah raja gombal sekolah. Bukan hanya itu, dia juga harus menatap mata pria alay itu, selama 5 detik lagi? Gila! . Lagi² itu karna dia memilih dare.

Begitu juga yg lain.

Kenapa mereka semua memilih dare? Karna memang mereka tidak diijinkan untuk memilih truth. Alasannya simple, mereka bilang tak ada rahasia antara mereka. Jadi tak ada yg perlu berkata jujur, toh semua juga sudah tahu rahasia masing².

Kembali pada botol kosong yg masih berputar itu. Semakin lama laju botol semakin melambat,

Pelan,

Pelan,

Pelan,

Pelan,

Dan....

"Via!!!" teriak semuanya kompak

Khavia menutup wajahnya,
"kok gw sih?" gadis itu memelas

"Dare-nya apaya?" tanya winda pada dirinya sendiri

Yg lain ikut berfikir,

"Gw tau!!!" seru nantha

Keadaan kantin yg masih ramai, membuat mereka daritadi jadi pusat perhatian. Tapi mereka tidak peduli :v

"apaapa?" tanya mikha antusias

"via. Lo harus eum... " nantha mengedarka pandangannya,
"nah. Lo harus dapetin nmr hp cwo itu" nantha menunjuk seorang pria yg sedang duduk bersama teman²nya disalah satu meja disudut kantin

"gila aja! Gimana caranya?!" pekik khavia, sedangkan nantha hanya mengangkat kedua bahunya acuh

"sekarang via, ayo" seru mikha

"dih gimana ah? Malu" serunya,
"ganti ya ganti" rengek gadis itu, tapi kompak dibalas gelengan kepala oleh semua temannya

"sekarang via" seru nantha sambil menunjuk, entah kearah mana

"ayo viaa" winda mendorong agar gadis itu segera melaksanakan dare nya,

Itung² hiburan kan?

Khavia. Gadis itu melangkahkan kakinya ragu. Sesekali dia berbalik, menatap teman²nya seolah berkata,

'jangan ini ya darenya, pliss'

Tapi sayangnya, saat khavia berbalik menatap. Mereka kompak berbalik, seolah sedang tidak memperhatikan gadis itu.

Khavia pasrah. Mau tak mau gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, hingga sampailah dia diujung meja tempat pria itu duduk bersama teman²nya. Pria² itu menatap khavia yg tampak gelisah.

"ngapain neng?" tanya salah satunya

"eum, itu.. Apa?" seru khavia, jujur kali ini dia benar² sedang gugup

"itu apa?" tanya yg lainnya, sementara pria yg dimaksud hanya diam sambil menatapnya

"eum, itu.. Gw mau minta–"

"minum?" sela pria yg ada diujung meja

"bu bukan, gw mau minta–"

"oh gorengan?!"

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang