Sepuluh

46 8 1
                                    

"zidan?" panggilnya, dan pria itupun menoleh,

Begitu melihat zahra, zidan hanya menampilkan senyumnya. Kemudian kembali menatap lurus kedepan.

"jadi bener nama lo zidan?" tanya zahra,

"gimana kucingnya, ngga sakitkan gara² kehujanan?" bukannya menjawab pria berhidung mancung itu justru malah balik bertanya,

Zahra duduk disampingnya, menyandarkan punggung ke tembok kemudian ikut menatap lurus kedepan.

"dia gapapa, cuma belom punya nama aja" jawab zahra,

Zidan berbalik menatap zahra, tapi begitu zahra menatapnya. Pria itu kembali pada posisinya semula.

Zahra gemas sendiri melihatnya,
"lo punya saran yg bagus ngga?"

Lagi² zidan menatap zahra, tapi hanya beberapa detik
"ngga ada"

"oh, yaudah" zahra bangkit, lagipula dia sudah tahu namanya.
"nama gw zahra, seneng kenal sama lo" ucap zahra ketika dia sudah diposisi memunggungi zidan, kemudian melangkahkan kakinya kembali pada teman²nya.

Tanpa dia tahu, ucapannya tadi telah berhasil memunculkan senyum manis diwajah pria yg dia panggil zidan itu.

🍭🍭🍭

Malam ini terasa begitu damai. Langit yg cerah, ditemani bulan dan bintang yg bersinar indah.

Selepas makan malam, winda tidak langsung pergi kekamarnya. Dia lebih memilih menghabiskan waktunya bersama gaffa diruang tamu. Ya sekedar untuk menonton tv sambil mengobrol ringan yg sesekali diselingi tawa. Manis bukan? Begitulah winda jika sedang bersama gaffa. Lain halnya jika dia bersama si manusia es bernama giffa itu, adu mulut dan pertengkaran akan mendominasi suasana.

Setelah puas mengobrol winda memilih untuk kembali kekamarnya. Baru saja ia meraih phonselnya, benda persegi panjang itu langsung bergetar. Menandakan sebuah pesan baru datang padanya.

Gibran

Gibran
Tugas dari bu marni udh?

Winda
Blm

Gibran
Oh
Kerjain cepet, jangan hp mulu!

Ini orang sehat?! -winda

Winda
Y

(just read)

Beberapa detik berlalu, dan winda hanya menghabiskan nya dengan senyum² tidak jelas sambil berbaring diatas kasurnya.

"lama² gila gw njir!"

Gadis itu segera bangkit dari tidurnya, lama² memikirkan gibran benar² akan membuatnya gila. Pria itu benar² labil, kadang manis, kadang juga nyebelin. Kalau sedang manis sih tidak masalah, tapi jika mode menyebalkannya sudah aktif. Ingin winda bunuh rasanya! Eh, tapi jangan deh kasian. Nanti ngga ada yg bisa dilirik dikelas. Up.

Tangannya bergerak menelusur meja belajarnya, mencari kira² dimana ia meletakan benda berwarna coklat kopi susu itu. Setelah ketemu gadis itu segera membawanya ke tempat tidur, lengkap dengan alat tulis serta kertas double polio miliknya.

Setelah dirasa semuanya telah siap, winda bergegas membuka paper bag bertuliskan Gramedia itu. Tapi matanya membulat begitu melihat buku yg ada didalamnya,

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang