Kedua mobil berlainan warna itu kini telah terparkir manis dikawasan parkir, diDufan.
Nantha, diva, khavia, syifa, dan chaitlin turun dari mobil putih milik nantha. Sedangkan Winda, mikha, zahra, keila, dan biya turun dari mobil berwarna hitam. Diikuti giffa yg mengiring dibelakang mereka. Sebenarnya giffa bersedia ikut kesini dengan sangat amat terpaksa, itupun karna bundanya yg meminta. Jika tidak, tidak mungkin dia mau ikut dengan gadis² rempong ini.
"jadi pertama mau ngapain?" tanya nantha begitu semuanya telah berkumpul
"langsung ke wahana aja kuy!" seru mikha,
"makan dulu aja deh, gw laper" ujar biya sambil mengelus perutnya yg sudah berisik minta diisi
"makannya nanti aja, sekarang pilih dulu mau naik wahana apa?" kini winda bersuara, gadis itu meliarkan pandangannya mencari kira² wahana apa yg menarik untuk dinaiki bersama
"gimana kalo rollercoaster ?" seru zahra,
"jangan rollercoaster deh, yg lain aja" jawab biya. Tanpa sadar, keringat dingin mulai membasahi dahinya
Biya takut, dan itu faktanya. Meskipun terkadang ia terlalu gengsi untuk mengatakannya.
"kenapa bi, takut?" ejek syifa, yg langsung dibalas tatapan maut khas milik seorang sabiya
"ya enggaklah!" elak biya cepat
Tidak tahu saja mereka, kalau sekarang jantung biya sudah degeun-degeun tak karuan karna rencana yg menurutnya gila itu.
"kalo biya ngga mau naik rollercoaster gapapa kali, kita kan bisa naik histeria iya ngga?" chaitlin mengemukakan pendapatnya yg segera mendapat anggukan antusias semuanya, kecuali biya dan giffa
Sampai lupa kalau pria bernama giffa itu masih bernafas disana.
"rollercoaster aja, ngga usah yg aneh²!" tegas biya, membuat semua menatapnya
"ya ngga usah ngegas juga kali" datar keila,
"yaudah kuylah, rollercoaster ""yaudah beli tiketnya, ayo" seru Zahra,
Selanjutnya mereka berlalu pergi untuk membeli tiket.
🍭🍭🍭
Kini mereka telah siap menaiki wahana ekstrim itu, tinggal menunggu gilirannya saja. Tidak sabar rasanya.
"mikha, lo sama gw ya!" seru nantha sambil meraih tangan gadis yg kini berdiri tepat disampingnya itu,
"dingin banget tangan lo, takut?" tanya mikha sambil menaikan sebelah alisnya,
"bukannya takut! Cuma deg degan aja" seru nantha dengan suara yg melemah diakhir kalimatnya
Sementara nantha menggenggam tangan mikha. Winda justru sibuk memeluk erat lengan kekar giffa, membuat kakaknya merasa risih.
"winda apaan sih, malu tau ngga!" bisik giffa sambil berusah melepaskan tangan winda yg melingkar dilengannya
"aku takut" balas winda berbisik
"kalo takut ya ngga usah naik!" tegas giffa yg kini berhasil melepas paksa pelukan winda,
"manja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship
Teen FictionSatu persatu cinta mulai menghampiri kami. Akankah kami tetap bisa menjaga persahabatan yg telah lama kami jalani?