Possessive (Taegi)

1.7K 221 6
                                    

Panas.
Hanya itu yang dirasakan Yoongi di sekujur tubuhnya. Padahal seingatnya dia sudah menyalakan pendingin ruangan tadi. Tapi anehnya keringat dingin mulai luruh dari pelipisnya.

Dan, disertai sebuah lenguhan kecil dari mulut kecilnya.

"T-taeh! Ma-masih si-siang! Ugh!"
Yoongi menggeliat tak nyaman di sofanya. Sedang Taehyung bersikap tak acuh, bibirnya tetap asyik menyusuri leher jenjang dan tengkuknya. Memberi banyak kecupan dan sesekali hisapan kuat yang meninggalkan jejak cinta di sana.

"Ck, diamlah sebentar, Hyung. Aku masih merindukanmu", satu lumatan ia daratkan di bibir mungil Yoongi. Sekaligus membungkamnya agar tidak cerewet memintanya untuk berhenti.
Karena demi apapun, dua minggu tanpa menyentuh Yoongi terasa begitu menyiksa dirinya dan si kecil Kim tentunya.

"B-bodoh! Kita ma-masih ada jadwal T-taeh! Aish! J-jebal! Jangan menggodaku!"
Dengan segenap kekuatan yang ada, lengan Yoongi menyiku pinggang Taehyung, hingga mau tak mau si pemuda tan melepas back hug-nya dan menyudahi sesi kecup itu dengan terpaksa.
Yoongi mendengus lega begitu tangan Taehyung terlepas dari pinggangnya. Karena jujur saja, dirinya sedang tidak ada mood untuk meladeni napsu Taehyung yang membludak itu. Bukan karena Yoongi tak merindukan Taehyung, hanya saja pekerjaannya masih menumpuk dan dikejar deadline. Yah, mau tak mau kan?
Sedangkan Taehyung? Sebesar apapun keinginan pemuda tan itu untuk menjamah Yoongi, tapi tetap saja kan perlu persetujuan dari si empunya. Taehyung bukanlah tipe pemaksa yang selalu ingin dituruti apapun keinginannya. Taehyungpun berusaha mengerti jika Yoongi sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menerima serangan darinya. Meski sebenarnya sesak di bawah sana sudah tidak bisa ditahan, tapi demi menghargai Yoongi, Taehyung harus menyelesaikan sendiri urusannya setelah ini.

"Apa kau tidak bisa bersabar sedikit lagi, huh? Aku sedang bekerja. Kau mau aku kena tegur Bang PDnim lagi seperti tempo hari memangnya?", ketus Yoongi lalu kembali duduk di singgahsananya.
Taehyung menghela napas pendek, "Arra. Mianhae. Aku hanya merasa kau terlalu sibuk belakangan ini sampai lupa denganku."
"Ayolah, Tae. Aku sudah sering bilang padamu kalauᅳ"
"Kau sibuk? Iya aku paham, Hyung", Taehyung merapikan lagi pakaiannya lalu beranjak dari sofa.
"Aku ke luar dulu, kalau kau butuh sesuatu ponselku selalu aktif, Hyung."

Yoongi tertegun. Merasa kali ini Taehyung begitu.. Lemah?
Bukan, masalahnya bukan lemah secara fisik. Hanya saja tidak biasanya Taehyung semudah ini mengalah padanya. Paling tidak ada sesi debat sebelum akhirnya Taehyung berhasil dipukul telak Yoongi dengan kata-kata pedasnya. Tapi kali ini? Kenapa berbeda sekali?

Berhubung Yoongi sedang masa dikejar deadline, untuk sesaat ia abaikan dulu kekasihnya itu. Toh masih bisa dibicarakan nanti, kan?

...

"Hyung, sedang apa?"
Taehyung yang tengah berdiri sendirian di balkon menoleh pada si pemanggil.
"Jungkook?", kedua alis Taehyung tertaut, bingung. Sedikit aneh karena sudah lama sekali rasanya dia tidak mendapat tegur sapa dari si maknae ini.
"Ah, geunyang. Kau tidak latihan, huh?"
"Aku baru saja kembali, dengan Jimin Hyung."
Mata Taehyung terbelalak, "Kau.. Dengan Jimin sekarang?"
Jungkook terkekeh, "Apa salah jika aku dengan Jimin Hyung?"
"Bukan. Tidak. Bukan seperti itu maksudku. Hanya sajaᅳ"
Taehyung seketika menggantung kalimatnya sendiri. Gamang.
Dia tahu bagaimana perasaan Jimin terhadap Jungkook dan kepada siapa hati Jungkook berlabuh, sama sekali tidak sinkron. Taehyung hanya khawatir jika Jungkook meladeni Jimin dengan terpaksa, bukan benar-benar dari hatinya. Karena belakangan ini mereka berdua tampak lengket, bahkan sering sekali melakukan skinship.

"Kenapa, Hyung? Jangan memutus ucapanmu tiba-tiba seperti itu", Jungkook mengibaskan tangannya di depan wajah Taehyung.
"Soal Jimin", Taehyung menggigit bibir bawahnya sendiri, "Kau tau dia kan? Maksudku, hatinya."
Jungkook tercenung tak mengerti.
"Sebenarnya kau mau bicarakan apa?"
"Kau.. Tidak sedang bermain-main dengannya kan?"

...

Yoongi melipat kedua tangannya di depan dada. Sedang Taehyung hanya bisa terduduk lesu di hadapannya.
Entah bagaimana Yoongi memergokinya tengah bersama Jungkook di balkon tadi, dan membuat kesalahpahaman kecil di antara keduanya.
Padahal masalahnya hanya bicara berdua di balkon. Tidak ada hal lain. Tapi reaksi Yoongi kali ini sungguh berlebihan.

"Kau tidak perlu cemburu begini, Hyung. Kenapa sih kau selalu saja cemburu jika aku dengan Jungkook?"
Yoongi mendengus, "Mungkin karena aku tau kalau dia menaruh hati padamu?"
"Aigoo. Sudah kubilang, Jungkook tak lagi begitu. Aku yakin."
"Memangnya kau bisa baca hati seseorang?"
Taehyung tersenyum remeh, "Segitu takutnya kau kehilanganku, Hyung?"
"M-mwo?"
"Aah, cintamu terlalu besar untukku. Tapi kan tidak perlu posesif begitu juga."
Yoongi memutar bola matanya malas.
"Terserah kau saja, Kim!"

Yoongi memutar kursinya menghadap komputer lagi. Mengabaikan cengiran Taehyung yang geli akan sikapnya yang tengah cemburu begini.
Sungguh bukan Yoongi sekali.

Tapi beberapa detik kepala Yoongi menoleh lagi,

"Padahal aku baru saja ingin memanggilmu agar ke kamar. Tapi karena kau begitu, ya sudah tidak jadi."

Taehyung terhenyak.

"Hyuuuuungg! Jangan tarik ucapanmuuuu!!"

ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ

To be continued..

Between You, I And Our Feelings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang