73

679 20 10
                                    

Special short message!

Dear friends or family?

Hai untuk yang lagi baca surat ini! Apa kabar hari ini? Baik? Aku harap begitu. Bagaimana untuk hari esok, apakah kalian sudah siap? Maksudku siap untuk berpisah. Jika kau tanya diriku, mungkin aku belum siap karena melepaskan hal yang manis dan sulit dilupakan seperti ini terasa seperti melepaskan jantung dari tubuhku. Kalau itu dilepas, mungkin besok pagi aku tik bisa membuka mata lagi. Alay? Aku sudah terbiasa mengucapkan kalimat seperti itu, layaknya hari biasanya.

Aku rindu. Bukan seperti Dilan dan Milea. Ini hal yang lebih rumit dari itu, bahkan lebih rumit dari memecahkan sebuah teka teki tentang segitiga bermuda yang sudah memakan banyak korban. Kenangan selama kita bersama itu seperti sebuah tombak yang sudah tertancap kuat dimemoriku. Apa memang harus berpisah setelah satu tahun bersama? Aku takut jika kalian akan melupakanku. Menangis adalah cara yang ampuh untuk membuat seseorang luluh bukan. Tapi waktu tidak akan pernah meluluh meski kita menangis sederas apapun. Dan akan tetap berjalan tanpa mau untuk berhenti apalagi berbalik pun tak mau.

Kalian ingat tentang candaan itu. Aku saja tidak bisa lupa bagaimana seorang Rafel bisa menjadi sorotan dengan tubuhnya yang kurus dan tinggi menjulang tengah berbicara dengan wajah datarnya. Ah iya, Lily dan Tita juga tidak bisa berhenti untuk menyanyikan lagu-lagu yang mereka suka 'kan? Bahkan aku mengira mungkin mereka cocok menjadi penerus Beyonce. Intan dan Nanda yang biasanya menjadi rentenir kelas pun tidak henti-hentinya untuk menebarkan senyum jahat khas mereka selagi menagih teman-teman yang sering menunggak kas. Bully membully bukanlah hal yang asing untuk kita saat itu, bahkan yang dibully pun tak akan pernah marah. Itulah kelebihan kita. Dari deretan kelas lain, aku tebak kelas kita yang paling narsis untuk hal apapun. Mendebat guru pun tidak menjadi hal yang canggung untuk dilakukan.

Ingatanku kembali pada saat itu, ketika kita hampir dalam satu minggu tak pernah berhenti untuk makan seblak di salah satu cafe di dekat sekolah. Menggosipkan berita terhangat hingga curhat sampai menitihkan air mata. Itu pengalaman yang sangat aku sukai. Apalagi ketika Bu Dian marah karena kita tidak mengikuti jam pelajarannya. Mungkin saat itu ide gila untuk menghibur guru matematika itu menggurita di otakku.

Kenangan selama satu tahun di kelas IX E bahkan belum selesai aku jelaskan semuanya, tapi kurasa saat ini tanganku sudah mulai pegal karena terlalu banyak mengetik. Aku harap ini akan menjadi kisah yang berharga untuk kalian semua. Dulu kita tidak ingin satu kelas karena hanya kelas kita yang diacak, tetapi lihat sekarang bahkan saat sepuluh anak itu pergi untuk satu minggu kalian menangis seolah mereka semua akan pergi selama-lamanya. Cengeng.

Oh iya hampir saja aku lupa, terima kasih dan maaf. Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mewarnai masa SMP-ku ini. Aku bersyukur Tuhan telah menakdirkan aku mengenal kalian semua. Semua hal manis yang kalian lakukan selama ini membuat lembaran baru yang penuh warna di buku kehidupanku setelah ini. Dan maaf jika aku pernah melukai hati kalian karena sifat menjengkalkanku. Aku tidak pernah bermaksud untuk melakukannya. Aku juga meminta maaf jikalau aku belum bisa menjadi teman yang baik selama ini dan selalu membuat kalian kesal.

Hingga paragraf ini kukira aku sudah berbicara terlalu banyak sehingga mengganggu waktu kalian. Maaf juga untuk itu hehe. Satu hal lagi, aku ingin mengucapkan sesuatu kepada kalian. Aku menyayangi kalian semua layaknya keluarga maka dari itu jika kalian lupa, aku akan mengingatkan kalu kita pernah berteman dan menjadi satu keluarga dimasa SMP. Selamat beepisah dan semoga kita bisa bertemu kembali~

Dari Renata
- yang setiap ngelucu gak lucu tapi kadang bisa buat kalian ketawa

••

Kelulusan masih satu bulan lagi juga wkwk -- dan UNBK juga belum hehe

Seriosa Nada (Quotes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang