Chapter 6

49 4 17
                                    

"here we go again.. I kinda wanna be more than friends," Renzo bernyanyi sambil berbaring di kamarnya. Lagu milik Neon Tress dengan judul Animal itu menemani Renzo sambil melakukan ritual malamnya, yaitu bermain game. 

Saat ini tengah pukul 8 malam, dan tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain bermain game. Sedangkan Devina sedang ada kesibukan, bahkan Chat nya yang dari 20 menit lalu pun belum di balas.

"kenapa bisa jadi begini, hah?!"

Saat Renzo tengah asik bermain game, tiba-tiba ia mendengar teriakan dari bawah. Sadar dengan situasi, ia pun menghentikan game nya dan lekas turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi.

"makanya jadi anak jangan teledor! Tenang dikit bisa ngga si-" tepat saat sebuah tangan ingin menampar pipi seorang gadis, tangan lainnya dengan cepat menahan. Raka, yang merupakan Ayah dari Renzo, tadinya ingin melayangkan sebuah tamparan ke Neya, anak bungsunya sekaligus adik satu-satunya Renzo yang kini tengah berada di kelas 3 SMP. Namun dengan cepat Renzo menahannya, membuat Raka sontak melihat ke arah si pelaku.

Raka agak terkejut dengan keberadaan Renzo. Terlebih saat mata mereka bertemu. Jelas sekali ada amarah yang membara di mata Renzo. Rahangnya mengeras, hingga tak sadar cengkraman tangannya semakin kuat. Raka merasa kesakitan, sangat kesakitan. Namun ia menahannya. Ingin sekali ia membalas, namun tenaganya tiba-tiba hilang.

"kak.. Udah.." terdengar suara Neya yang mencoba menenangkan Renzo. Namun lelaki itu seperti tak menghiraukannya.

"Kak zoel.." Neya memegang tangan Renzo dengan lembut, dengan air mata yang mulai turun. "cukup kak," lirih Neya.

Mendengar suara isakan Neya, Renzo pun langsung tersadar. Perlahan, cengkeraman tangannya mulai melemah. Sampai akhirnya ia melepaskannya dan menarik tangan Neya keluar. Renzo mengambil kunci mobil yang tergantung di dekat dapur dan langsung mengeluarkan mobil dari garasi bersama Neya.

"Renzo! Dasar anak kurang ajar kamu ya!  Ga tau diri!" bentak Raka di teras rumah. Renzo tak memperdulikannya. Ia terus mundur sampai berada di jalanan kompleknya. Dengan cepat Raka berjalan ke arah Renzo, namun kalah cepat dengan Renzo yang sudah menutup semua kaca mobil.

"HEH! RENZO! BUKA PINTUNYA!" Raka mengetok-ngetok jendela mobil Renzo. Bahkan sempat di pukulnya dengan keras. Namun Renzo benar-benar tidak perduli. Tatapannya lurus kedepan dengan wajah yang kelewat datar. Sedangkan Neya hanya menatap nanar ayahnya yang masih berusaha membuka pintu mobil.

Tak lama kemudian, Renzo menarik pedal gas. Mobil pun mulai berjalan, meninggalkan Raka yang berteriak-teriak menyerukan nama Renzo dan Neya.

Saat mobilnya sudah jauh, Raka berlutut sambil menangis. Tangisannya begitu memilukan hati. Tatapannya kosong, seakan tak ada harapan lagi di dalam sana.

Singkatnya, Ia benar-benar menyesal atas apa yang telah ia perbuat tadi.

"maafin papa, Renzo, Neya. Papa ga bisa jadi papa yang terbaik buat kalian. Papa ga bisa jadi papa yang kalian inginkan. Maafin papa karena udah buat hidup kalian jadi hancur. Papa sadar, ini semua salah papa." lirih Raka. Ia pun berusaha bangkit berdiri dan mulai melangkah ke dalam rumahnya dengan sempoyongan.

~~~~~~

"tadi kamu kenapa?" tanya Renzo memecah keheningan. Kini dirinya sudah agak tenang, amarahnya perlahan menghilang. Namun tetap, ia tak bisa membiarkan Raka melakukan hal itu berulang kali terhadap Neya, bahkan dirinya. Renzo tetap akan mengingatnya walaupun ia tak mau.

Neya seperti ragu untuk menceritakannya. Ia pun mengambil sebuah benda dari kantong celananya, memperlihatkan HP dengan layar yang sudah pecah-pecah.

MEANING OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang