Diego dan Alea turun dari mobil setelah sampai ke tujuan.
Alea memakai kaos putih dengan jaket jeans lengan panjang yang ia lipat sampai ke siku, dipadu dengan celana panjang berwarna hitam, sedangkan Diego lebih simpel, yaitu dengan kaos polos berwarna hitam dan celana jeans hitam.
Mereka pun mulai berjalan. Alea tak tahu tempat apa yang sedang ia lihat ini. Seperti sebuah taman, disertai kursi-kursi putih yang cukup untuk dua orang dengan lampu taman di sebelahnya. Dan, tampaknya, tempat ini khusus untuk orang.. You know.. pacaran.
"maaf, gue orangnya ga bisa romantis." ucap Diego tiba-tiba, membuat mata Alea langsung tertuju kepadanya. Diego menunduk, tangannya ia masukkan ke dalam kantong jeans miliknya.
"ngga papa, kok." balas Alea singkat, sebelum kembali berkata. "by the way, kalo boleh tau, kenapa lu ngajak gue ke tempat kayak gini?"
"kenapa?" nada bicara Diego berubah menjadi cemas. "lu ga suka, ya?"
"eh, enggak, bukan gitu.." Alea mengusap tengkuknya. "cuman, ya.. Canggung aja gitu," kata Alea. Memang, sedari tadi suasana mereka hening. Tak ada yang berusaha mencari topik. Kalau Diego sih, jangan diharap. Tapi kalau Alea, ada satu alasan.
Bagaimana bisa ia nyaman kalau daritadi di sekelilingnya banyak couple bertebaran?
Tiba-tiba, suatu suara menginterupsi perjalanan mereka.
"Padahal online, tapi chat dari kemarin gak dibales. Kalo udah bosen bilang aja, biar gue pergi!"
Tampak ada sedikit cek-cok disana, berada tak begitu jauh dari tempat Alea dan Diego berpijak. Si perempuan yang tiba-tiba datang dan langsung menyemprot pacarnya dengan kata-kata itu. Sementara keadaan sempat lenggang sejenak, bahkan beberapa orang yang ada di sana pun tak ingin ketinggalan melihatnya.
"miris amat, ya," ujar Diego, matanya masih terpaku pada perkelahian yang terjadi di depannya. Mereka masih saja ribut. Si cewek membesarkan suaranya, bahkan sempat menampar. Dan si laki-laki tampaknya tak bisa berbuat banyak.
"ntar kita jangan begitu ya, le.""iya." jawab Alea tanpa sadar, karena pikirannya juga terfokus pada hal yang sama.
Dan, setelah mendengar jawabannya, tanpa Alea sadari, Diego tersenyum lebar kala itu.
.
Kini, Diego dan Alea telah menjauh dari tempat pertama mereka datangi tadi.
Sekarang hanya ada jalanan yang sepi, disertai lampu yang remang-remang berwarna jingga, menemani kesunyian mereka.
"orang tua lu ga marah kalo kita pulang malem?" Tanya Diego memecah keheningan. Kaki mereka tetap melangkah lurus, tanpa tahu arah dan tujuan.
"asal enggak sampe jam 12 malem," jawab Alea. "kalo lu?"
Mendengar itu, Diego tertawa kecil. "mau gue pulang jam berapapun, gak ada yang perduli." ujarnya.
Melihat wajah dan nada Diego yang santai, Alea tahu ada yang tak beres dengan cowok itu. "ada.. Masalah, ya?"
Diego sontak melihat ke arah Alea, membuat perempuan itu langsung salah tingkah. "eh, maaf.. Ga bermaksud ikut campur, kok, serius!" Sergah Alea panik.
"nggak papa kali," jawab Diego menenangkan. "emang kayak gitu situasi nya. Mama kemana, papa kemana. Mama sama siapa, papa sama siapa. Ngambang, le." Diego bercerita dengan suara parau. Setelah itu hening. Tidak ada yang berbicara lagi.
Alea sedari tadi menggigit bibir bawahnya, bimbang apakah ia akan menceritakan hal ini atau tidak pada Diego. Cowok yang bahkan belum dikenalnya dengan baik meskipun mereka pernah bersama-sama dalam satu situasi. Alea tidak tahu, apakah Diego merupakan laki-laki yang dapat dipercaya atau tidak. Selama ini, manusia yang dipercaya Alea untuk menjadi tempat curhatnya hanyalah Devina seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANING OF YOU
Teen Fiction(Slow update) --; When u say that u love me, All i need is that one phrase That u'll never change. Just one more time. °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° [bahas...