f i f t e e n

22 4 0
                                    

"mau kemana lu?" 

Jam istirahat tiba. Alea dengan cepat menahan lengan Devina ketika perempuan itu beranjak ingin meninggalkannya.

"kepo kamu." jawab Devina sambil menyolek hidung Alea. Ia tersenyum manis, kemudian pergi meninggalkan Alea.

"kebiasaan. Mentang-mentang udah baikan, temen sendiri ditinggal," gerutuk Alea seraya mengganti buku-buku nya dengan buku pelajaran selanjutnya. Ia menghela napas kecil. "kapan ya, gue dapet cowo-"

Perkataan Alea berhenti ketika sebuah tangan terarah ke dirinya. Ia mendongak, mendapati Diego berdiri di depannya. Tangan satunya ia masukkan ke dalam kantong celana, terlihat begitu cool.

Alea terdiam. Tat kala teman-teman kelasnya yang juga memandang penasaran ke arah Diego--karena, yang benar saja, Diego bukan tipikal anak yang suka bersosialisasi. Bahkan terkadang, ia hanya terlihat di lapangan, kantin, dan koridor.

Apa yang menyebabkan cowok se-sangar Diego berkunjung ke kelas lain? Jika alasannya hanya ingin melihat-lihat, bahkan guru-guru pun mungkin tak akan percaya.

"nih, gelang lu kan?"

Perhatian Alea teralihkan, ke arah benda yang ada di tangan Diego. "iya, bener."

Saat Alea ingin mengambil benda itu, Diego malah menutup tangannya. Tentu, membuat Alea langsung menatap bingung ke arahnya.

"lu boleh ngambil ini, tapi dengan satu syarat." ujar Diego seenaknya. Alea yang daritadi tidak tenang akan tatapan dari teman sekelasnya, dengan cepat mengiyakan.

"apa?"

Diego membungkuk, membuat semua orang yang ada di sana membelalakkan mata mereka.

Diego membisikkan sesuatu kepada Alea.


"kalo cuma minta temenin ke kantin, harus banget ya pake bisik-bisik?" omel Alea dalam perjalanan mereka ke tempat tujuan yang telah di disebut oleh Alea tadi.

"emang kenapa?" tanya Diego.

"gue nggak enak,"

"sama?"

"mereka."

"kenapa nggak enak?"

"gue nggak mau nanti mereka mikir macem-macem."

"kenapa nggak mau?"

"karena kita memang nggak ada apa-apa!"

"jadi, kita harus ada apa-apa dulu, baru lu tenang?"

Damn. Diego. Damn.

Alea tak menjawab, melainkan mempercepat langkahnya.

Diego yang tertinggal di belakang menatap punggung Alea, bingung.

Dia kenapa? Marah kah? Batinnya.


Devina  : heh jelek.

Bapak negara ❤️ : paan?

MEANING OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang