Chapter 16 : Masa Lalu Alea

30 2 0
                                    

"LEEEEEE!" Panggil Devina keras seraya berlari ke arah Alea yang tengah memasang helm.

Alea menoleh.

"GUE NEBENG YAK?!" ucap Devina ketika sampai di depannya.

Alea menghela napas. "biasa aja ngomongnya bisa nggak?"

"BISA DONG!"

Alea langsung menaiki motornya dan bersiap meninggalkan Devina kalau saja cewek itu tidak menahannya dari belakang.

"YAELAH. SENSI AMAT LU." kata Devina saat sudah menaiki motor Alea. Alea menghirup napas panjang. Tidak sekali dua kali Devina bertingkah seperti ini. Devina tau bahwa Alea benci teriakan-teriakan seperti itu, dan mungkin itu alasannya mengapa Devina malah melakukannya.

"Dep,"

"IYA?"

"Sekali lagi lu teriak, turun atau gue paksa turun."

Devina terdiam. Ia berlagak seperti mengunci mulutnya dan berpura-pura membuang kunci itu ke sembarang tempat. Tat kala jempolnya langsung menyembul ke depan mata Alea, membuat cewek itu langsung menancap gas.

~

Sebenarnya di jalan tadi, Devina sempat merekomendasikan sebuah cafe yang baru buka, berada di dekat perumahan rumahnya. Dan Alea mau-mau saja. Lagipula pikirannya sedang kacau. Mungkin segelas hot chocolatos bisa mengurangi kegaduhan yang terjadi dalam pikirannya.

Alea menyeruput minumannya yang baru disajikan. Lalu matanya terarah ke lantai dengan tatapan kosong.

Devina mengalihkan pandangannya dari HP ke Alea. Ia memiringkan kepalanya, tidak yakin dengan apa yang sedang dipikirkan anak itu.

"woi Le."

Hening.

"Alea."

Masih sama.

Kesal, Devina membuka HP nya.

"HAH? KAI EXO DIKABARKAN PACARAN SAMA JENNIE BLACKPINK?!"

Seperti dugaan, Alea langsung tersadar. Kini Alea menatap Devina dengan tatapan penuh harap, berharap apa yang dikatakan sahabatnya tadi tidaklah benar.

"S.. Sumpah?"

Dengan ekspresi menjengkelkan, Devina meminum minumannya dan dengan santai menjawab Alea dengan angkatan bahu.

Wajah Alea pias.

"heh,"

"hm?"

"lu bener-bener mau mati?"

Devina memutar bola matanya. "lagian, dipanggil bukannya jawab. Yang ngomong itu disini, di depan lu. Bukan di lantai," Devina mengomel. "mikirin apa sih lu?"

Alea diam.

Pernahkah kalian merasa, ketika seseorang tiba-tiba memberikan perhatiannya kepada kalian, tanpa alasan yang pasti? Bahkan, tanpa sadar kita merasa nyaman dengan perlakuannya itu. Semua kebaikkannya, perbuatannya, juga kenangannya. Tanpa kita ketahui apakah itu hanya sekedar perhatian semata atau memang ada sesuatu. Parahnya, kita harus menahan perasaan ini sendiri, yaitu perasaan tersiksa. Kita terus berpikir apakah orang itu juga punya rasa yang sama. Atau itu hanya bualan semata. Dan ketika itu, di satu sisi kita tak ingin terus terjebak dalam lingkaran harapan tak pasti ini, karena semua hal yang belum tentu pasti itu hanya berujung kecewa.

Seperti itulah yang dirasa Alea sekarang.

Sambil memainkan tangannya, Alea membuka suara. "Dep, lu tau kan kalo gue trauma dengan yang namanya--"

MEANING OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang