Hari ini langit begitu cerah, Lisa pun bergegas pergi ke sanggarnya untuk menyiapkan beberapa hal yang perlu ia bawa ke acara festival musim gugur kali ini. Ya, Lisa akan melakukan pentas di Seoul University hari ini. Pelatih tari Lisa, Chae, juga datang untuk mempersiapkan keperluan Lisa.
Lisa adalah anak didik Chae yang paling ia banggakan. Bagaimana bisa ia tidak bangga dengan Lisa? Lisa telah memenangkan berbagai macam dance competition dan bahkan ia ditawari untuk menjadi trainee di berbagai macam agency besar, tetapi Lisa tidak pernah tertarik untuk menerimanya. Chae sangat kagum akan kemantapan hati Lisa bahwa ia hanya akan menari untuk dirinya sendiri, untuk kebahagiaannya, bukan untuk uang atau yang lainnya.
"Lis, kau yakin kau akan pergi sendiri tanpa memberi tahu teman-temanmu?" tanya Chae yang mendapati bahwa Lisa datang ke sanggar sendirian.
Lisa tersenyum simpul lalu kembali sibuk memasukan beberapa keperluan kecil ke dalam tasnya, "mereka pasti akan datang, Unnie, tetapi tentu saja tidak sekarang."
"Apakah lelaki yang kemarin kemari juga akan datang?" Chae bertanya lagi, kali ini ia menatap Lisa dengan pandangan semacam... penasaran? Mungkin.
Lisa tertawa kecil, "aku rasa ia tidak tahu, Chae unnie," jawab Lisa dengan enteng.
Chae bergumam pelan, "lelaki macam apa dia? Kenapa pula dia menemui Lisa di sanggar tetapi tidak pergi melihatnya saat pementasan," omelnya pelan.
"Unnie... aku mendengarnya," Lisa mengatakannya sambil sibuk membereskan barang-barang yang tercecer di luar lemari make-up.
"Ayo berangkat!" ajak Chae setelah semuanya selesai.
ㅡ
Lalisa telah siap dengan pakaian panggungnya dan tentu saja riasan yang tidak menor tetapi tetap elegan. Ia menatap pantulan dirinya di cermin yang membuatnya kembali mengingat kejadian di lorong apartemennya. Sebuah kejadian yang tidak pernah Lisa bayangkan. Sungguh, malam itu telah mengubah Lisa menjadi Lalisa yang dulu, yang selalu memikirkan seorang lelaki bernama Goo Junhoe.
Lisa terus memikirkan hal itu hingga seorang lelaki berdiri di belakangnya.
"Melamun lagi ya?"
Lisa menatap pantulan seorang lelaki di cermin sebelum ia mengulas sebuah senyuman. Gadis itu sangat senang mengetahui kedatangan Hanbin. Ya, hanya Hanbin yang ia beritahu dimana ia berada dan juga memberikan Hanbin akses yang mudah untuk masuk ke backstage.
"Kau baik-baik saja, bukan?" tanya Hanbin sambil menarik satu kursi ke samping Lisa dan mendudukinya.
Lisa tersenyum, "ya, aku baik-baik saja. Hanya ada sedikit hal yang mengganggu pikiranku."
"Jangan terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting. Kau harus fokus untuk festival ini dulu, kemudian kau baru boleh memikirkan hal lainnya. Mengerti?" ujar Hanbin sambil mengusap kepala Lisa dengan pelan.
Lisa menyukai usapan itu. Ia sangat merasa nyaman jika Hanbin mengusap kepalanya. Akan tetapi, sepertinya ia terlalu pemilih. Ia bahkan tidak dapat menghapus raut wajah Junhoe dari kepalanya ketika lelaki itu melakukan hal yang sama. Rasa nyaman yang ditimbulkan oleh Hanbin lenyap seketika setiap kali Lisa mengingat wajah tampan nan menyebalkan itu.
Jika kalian bertanya-tanya, apakah Lisa pernah berpikir untuk berpindah hati dan menjalin hubungan dengan Hanbin? Jawabannya adalah, pernah. Namun, Lisa segera menepisnya jauh-jauh. Ia dan Hanbin hanyalah teman dekat, Lisa tak bisa memungkiri bagaimana ia masih merasa bahwa hatinya terlalu penuh oleh luka yang Junhoe berikan.
"Kau melamun lagi," ucap Hanbin pelan.
Lelaki itu merasa kasihan terhadap Lisa. Gadis cantik di depannya tidak boleh seperti ini. Ia tidak dapat membiarkan Lisa merasa sedih terus menerus. Tangan Hanbin mengepal setelah ia mengusap rambut Lisa tadi. Ia mencoba menahan hasrat untuk mencium Lisa. Ia tidak boleh melakukannya. Tidak. Hanbin, kau harus menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Let You Go (Complete) ✓
Fanfiction"Aku tidak pernah benar-benar mengatakan bahwa kita tidak bisa bersama. Aku hanya ingin bertemu denganmu di waktu yang tepat dan memilikimu untuk waktu yang cukup lama hingga Tuhan mencabut nyawaku." ㅡ Lalisa Manoban. "Aku tahu aku bukan laki-laki y...