Junhoe mengajak Chaeyoung untuk makan malam bersama, kemudian ia mengantar kembali Chaeyoung ke apartemennya. Setelah itu ia tidak langsung kembali ke apartemen dimana ia tinggal, tetapi ia menuju ke tempat dimana Lisa berlatih menari. Entah apa yang sebenarnya ia pikirkan, tetapi tindakan yang ia lakukan diluar kehendaknya.
Junhoe melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia tidak sadar akan apa yang ia lakukan. Junhoe memarkirkan mobilnya di tempat parkir terdekat dan segera turun dari mobil. Ia berlari kecil menuju ke gedung dimana Lisa berlatih menari.
Jam telah menunjukan pukul 7.30 p.m dan Lisa masih berlatih sendirian di dalam ruang latihan. Ia berusaha keras untuk meraih juara dan kembali membanggakan para unnie yang tinggal satu apartemen dengannya. Peluh Lisa telah membasahi seluruh badannya, bahkan hingga membuat baju yang ia pakai basah kuyup seperti terguyur oleh air.
Tepat ketika ia mengakhiri tariannya, suara orang yang sedang tidak ingin ia temui memenuhi ruangan.
"Liz!"
Pupil Lisa membesar seiring suara sepatu yang semakin mendekat kearahnya. Ia tidak berani menatap ke cermin dimana ia dapat melihat jelas pantulan bayangan lelaki yang memanggilnya barusan. Lisa meruntuki dirinya sendiri mengapa ia berlatih hingga penuh dengan peluh seperti ini. Permasalahan yang Lisa hadapi saat ini cukup serius.
"Lisa, berbalik lah!" suruh seorang dengan suara yang cukup berat itu.
Lisa membalikan badannya dengan patuh, lalu menatap tepat ke wajah lelaki dihadapannya. Lelaki itu balik menatap Lisa dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Akhirnya, kedua mata mereka saling bertemu. Mereka bertukar pandang cukup lama, membuat keduanya larut dalam pemikirannya masing-masing.
Junhoe mendekati Lisa, ia menghilangkan jarak yang membentang diantara mereka. Setelah ia berdiri tepat di depan Lisa, Junhoe menyibak rambut Lisa dan menata kembali poni Lisa yang berantakan. Sedangkan Lisa, ia hanya diam tak bergeming ketika Junhoe melakukan hal-hal tersebut.
"Apakah mungkin... kau masih menungguku?" tanya Junhoe pelan seraya mengelus pipi Lisa pelan.
Lisa menelan salivanya, ia tidak berani menjawab pertanyaan tersebut. Menurutnya, pertanyaan tersebut cukup menjebak. Ia tahu bahwa ia sebenarnya tidak pernah melepaskan Junhoe sekali pun Junhoe memiliki kekasih. Sebagian di dirinya memberontak ketika Junhoe menyentuh kulitnya, tetapi sebagian yang lain berteriak kegirangan dan meminta Junhoe untuk menyentuhnya lebih lama.
"Jawab aku, Liz," suara Junhoe yang berat dan terdengar sexy itu membuat bulu kuduk Lisa berdiri.
Lisa mendesah pelan, ia menggenggam tangan Junhoe dan menghentikan jemari Junhoe. Kemudian, ia menjauhkan tangan Junhoe dari wajahnya, "apa yang perlu dijawab?"
"Lalisa!"
"Goo Junhoe..." Lisa tidak berani menatap Junhoe, "berhenti lah menanyakan suatu hal yang pernah kau tanyakan. Itu tidak akan mengubah apa pun."
"Aku tidak akan memintamu menjadi kekasihku lagi, Liz."
Mendengar hal tersebut, hati Lisa langsung terasa seperti tersayat. Sakit. Sangat sakit. Ia berharap Junhoe memohon kepadanya, tetapi ternyata kata-kata menusuk itu lah yang keluar dari mulut Junhoe. Lisa tahu ia terlalu berharap lebih terhadap Junhoe, tetapi kenyataan pahit lah yang ia terima. Ia juga tidak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa ia benar-benar seperti orang putus asa jikalau Junhoe telah menghilang setelah mengatakan hal demikian.
Lisa masih diam; Junhoe sendiri terlihat tidak ingin menambahkan kata-katanya. Junhoe seperti menggantungkan sebagian besar inti yang ingin ia katakan kepada Lisa. Cukup kesal, Lisa mundur beberapa langkah. Akan tetapi, Junhoe juga melangkah maju sesuai langkah Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Let You Go (Complete) ✓
Fiksi Penggemar"Aku tidak pernah benar-benar mengatakan bahwa kita tidak bisa bersama. Aku hanya ingin bertemu denganmu di waktu yang tepat dan memilikimu untuk waktu yang cukup lama hingga Tuhan mencabut nyawaku." ㅡ Lalisa Manoban. "Aku tahu aku bukan laki-laki y...