***
"Ayah,pulangnya kapan?"
"Kayanya bulan depan, dear"
Aubree menghela nafas panjang, hal ini memang sudah biasa. Namun, apa bisa untuk kali ini ia bersikap egois?
"Tapi kan minggu depan a--
"Udah dulu ya sayang, ayah banyak kerjaan, byebye"
Dan akhirnya cairan yang ia tahanpun keluar dengan sendirinya.
***
Aubree adreali azcha. Anak bungsu dari keluarga Adreali. Sang pengusaha sukses dibidang kesehatan. Ayahnya, mempunyai beberapa rumah sakit dibeberapa kota bahkan diluar negeri.
Dan itu membuat Aubree merasa kurangnya perhatian dari sang ayah yang selalu meninggalkannya. Dirinya yang tertutup dan pendiam diantara kakak kakaknya.
Tak heran bila disekolah pun begitu. Ia sangat sulit untuk bergaul dengan temannya yang lain, karna dari kecil dirinya sudah terbiasa sendiri.
***
"Gue boring huaaaa"
Safira membanting tubuh mungilnya ke ranjang Aubree. "Lo ada makanan?"
Aubree mengangguk dan berlalu keluar kamar untuk membawa makanan.
"Ya pasti ada lah" gumam Safira melihat punggung Aubree menjauh.
Ia melihat bendah pipih ber-case biru langit di sebelahnya. Ponsel Aubree. Senyum miring tercetak di bibir gadis sunda itu.
Safira mengetikan beberapa pesan lalu mengembalikan ponsel Aubree pada tempatnya saat mendengar langkah sang pemilik mendekat kearah kamar.
Aubree mengernyit curiga melihat Safira yang seolah olah sedang bersiul, padahal tidak bersuara.
"Lama banget,sih" Aubre mengedikan bahu nya lalu duduk disebelah sahabatnya itu.
"Apa liat liat?" tanya Safira galak.
Aubree menggeleng. "Lo aneh"
Tiba-tiba tawa Safira meledak begitu saja. Aubree yakin pasti penyakit jail Safira kumat. Tapi apa?
"Kayanya gue mencium bau bau penyakit lo, Ra"
Safira berdeham dan kembali melanjutkan memakan buah apelnya. "Apaan"
Sampai hingga suara ponsel Aubree membuat keduanya menoleh. Aubree menatap Safira tajam yang sedang berjalan kearah sling bag nya.
"Gue pulang ya, dadahh hahahaaha"
"SAFIRAAAAA ANASTASYAA"
***
Safira sialan. Awas aja lo ya.
Entah sudah keberapa kalinya Aubree memaki Safira dalam hati. Ia benar benar geram kepada sahabat nya yang satu itu.
Bagaimana bisa? Mau ditaruh dimana muka Aubree sekarang?
*flashback on*
"SAFIRAA ANASTASYAA"
drrt drrt
Aubree melangkah ragu ragu mendekat kearah ponselnya. Ia berfirasat buruk.
Sebuah nomor menelponnya. Dengan perlahan Aubree menggeser kearah kanan lalu menempelkan ponselnya ditelinga.
"Halo?"
"Kamu pacar anak saya?"
Ha? Aubree melongo. Pacar? Sejak kapan?
"Bu---
"RAVIAAANN!! KAMU BOHONGIN AYAAH?"
Aubree melotot. Ravian? Ga mungkin. Batinnya.
"Engga ayah, Ravian gapunya pacar"
Terdengar suara ribut disebrang sana yang membuat jantung Aubree seakan akan ingin lompat dari kandangnya.
"Lo siapa, sih?"
"Hah?"
"Lo siapa?"
Aubree meneguk savilanya. Suara Viannya itu begituu errrr
"A--aku Aubree kelas 11 ipa2"
"POKONYA BESOK BAWA AUBREE KE RUMAH! "
Aubree melongo tak percaya. Ia bingung. Apa apaan ini?
"Ayaahh!! Ravian beneran gapunya pacaar! Ravian aja gatau ini cewe siapa"
Dengan tekad yang kuat, Aubree mencoba memberanikan diri. Ini kesalahpahaman.
"Ha--haloo?"
"Nak Aubree besok ke---
"Maaf om, saya bukan pacar nya Ravian."
"Ah kamu gausah malu ngakuinnya. Saya liat pesan kamu tadi ke anak saya kok, gausah takut sama pacar kamu. Besok pokonya datang ya."
"Tapi, om"
"Udah dulu ya nak Aubree"
Setelah sambungannya terputus, Aubree langsung menjambak rambutnya sendiri dan ia bersumpah akan menjambak Safira besok dikelas.
*flashback off*
Aubree melangkah kearah kelas dengan langkah dihentak hentakan. Kali ini ia bodo amat dengan kejaimannya.
Saat sampai dikelas buru buru Aubree berjalan kearah Safira yang sedang menyalin tugas kepada Clare.
"Heh, mak erot!" panggil Aubree.
Safira hanya menyengir dan mengagkat jari kirinya membentuk huruf v dengan mata juga tangan yang masih fokus menyalin.
"Gue niat ngebantu loh, bree"
Aubree memutar bola matanya malas. "Lo gatau apa dampaknya---
"Yang namanya Aubree siapa?"
Aubree berhenti bicara saat mendengar gebrakan pintu kelas juga suara yang sangat familiar. Dipelototi nya Safira yang menunjuk dirinya.
Safira sialan.
Aubree berbalik dan mengacungkan tangannya gemetar. Pasalnya baru kali ini ia bertatapan langsung dengan Ravian.
Pipinya memerah saat Ravian memperhatikannya tanpa berkata apapun.
Dan jantungnya benar benar terasa lompat saat mendengar kata yang meluncur dari mulut Ravian.
"Pulang sekolah, gue tunggu diparkiran"
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Love
Teen Fiction[SEQUEL (KEY)LA ] Berawal dari pembajakan hp menjadi sebuah keberuntungan atau malah sebaliknya? ------ Key dan Rafa sudah tak habis fikir pada Ravian,anaknya. Segala macam cara untuk menasihati Ravian sudah mereka keluarkan. Namun hasilnya nihil. S...