Aubree melangkahkan kaki nya dengan malas saat memasuki gerbang sekolah. Hari yang paling dirinya benci, Senin. Saat dirinya harus menjadi petugas pmr dan harus menjadi korban drama murid murid yang pusing.
Saat upacara akan segera dimulai, Aubree buru-buru memakai seragam pmr nya dan menuruti perintah sang ketua dimana ia ditempatkan. Tempat yang paling Aubree tidak suka adalah saat dirinya berada dekat senior nya, yaitu kelas 12. Merasa tak asing dengan orang-orang dihadapannya, Aubree memicingkan mata. Dan saat matanya melihat ada sosok Natha, teman Ravian. Dirinya langsung mengalihkan matanya.
Ia merutuki dalam hati mengapa Randi--- ketua pmr-- menempatkan dirinya disini, dipinggir menghadap kelas Ravian.Ngomong-ngomong tentang Ravian, Aubree jadi teringat lelaki itu. Dirinya belum mencoba untuk meminta maaf lewat chat pada Ravian, niat nya ingin berbicara langsung agar Ravian tak salah menangkap maksud. Dan sebenarnya lelaki itu pun belum meminta maaf karna sudah mengusir Aubree kemarin.
"Rav!"
Aubree berusaha untuk tidak melirik kearah suara Natha. Dirinya kenal betul suara lelaki cempreng ini.
"Cewe lo,tuh!"
Sialan, maki Aubree dalam hati. Gadis itu memilih untuk menundukan kepalanya melihat sepatunya. Ia sangat yakin bahwa sekarang sudah banyak pasang mata yang melihat kearahnya, dan ia tak suka itu.
Terlihat pergerakan sepatu didepannya yang terlihat seperti terdorong kearahnya. Aubree masih berusaha untuk tak mendongak, ia memilih untuk mundur beberapa langkah karna jarak sepatu didepannya sangat dekat dengan dirinya. dirinya tak sadar bahwa dibelakangnya terdapat selokan kecil hingga tubuhnya tak seimbang dan hampir terjungkal kebelakang jika tidak ada tangan yang menarik tangannya hingga dirinya maju kembali menjauhi selokan.
Aubree mendongak saat dilihat lelaki didepannya masih dengan wajah sedikit terkejut dan memegang tangannya. Dengan cepat ia melepaskan pegangan tangan kakak kelasnya itu dan berterima kasih.
Ia terkejut saat melihat disebelah lelaki yang menolongnya tadi adalah Ravian, lelaki itu menyengir kearah Ravian dan mundur mempersilahkan Natha untuk menempatkan posisi dibelakang lelaki ganas didepannya ini.
Memang saat ini tatapan Ravian terlihat lebih dingin, setelah itu dirinya berbalik kembali kedepan tanpa melirik kearah Aubree.
Perasaan Aubree campur aduk sekarang. Malu karna dirinya hampir jatuh dan dilihat kakak kelasnya, kecewa karna bukan Ravian yang menolongnya, dan takut jika Ravian akan semakin marah padanya.
***
Aubree mengunci lokernya dan berjalan kearah kantin, dirinya memang berniat untuk tidak langsung memasuki kelasnya karna sudah tau bahwa gurunya di jam pertama tidak akan masuk. Dan kantin adalah tempat yang dipilihnya saat diluar kelas.
Baru saja dirinya akan berbelok ke area kantin, beberapa siswi menghadang jalannya. Aubree mendongak dan melihat ada 5 orang siswi yang ia ketahui adalah kakak kelasnya yang sedang menatap horor kepada Aubree.
Terlihat gadis yang dulu sempat melabraknya di loker berada paling depan, dibelakangnya terlihat 2 orang kakak kelasnya yang sepertinya teman gadis tadi. Dan 2 orang lagi Aubree tak terlalu kenal karna mereka menggunakan masker dan topi sekolah. Namun ia merasa tak asing dengan satu diantaranya yang terus menunduk saat Aubree menatapnya.
"Heh! Bocah kentang!"
Aubree menatap malas kepada kakak kelas didepannya. "ada apa lagi?kurang jelas ya omongan gue waktu itu?"
Gadis didepannya tersenyum mengejek kepada Aubree. Dan dirinya memberi isyarat pada gadis dibelakangnya,entah isyarat apa Aubree tak peduli. Namun ia panik saat tangannya terseret paksa entah kemana.
Awalnya Aubree biasa saja menuruti seretan paksa itu, namun saat dirinya sadar mau kemana mereka membawanya, ia mulai memberontak. Ia baru tau bahwa kakak kelas nya ini cukup ahli dalam hal membully karna mereka tau tempat mana yang sangat mustahil didatangi oleh murid disini.
Hutan sekolah, dimana hanya ada pohon pohon besar yang terlihat horor, dan beberapa tanaman juga sampah sampah trashbag yang menumpuk untuk dibuang setiap minggu dipojok. Yang datang kesini biasanya hanya petugas disekolah, itupun akan datang saat dirinya membuang sampah.
Aubree merasa tubuhnya didorong dan dirinya terjatuh langsung pada rumput rumput yang masih basah karna embun pagi. Dengan cepat ia berdiri dan menepuk rok nya yang sedikit basah dan kotor.
Ia mendelik ke 5 gadis didepannya, "cemen banget lo semua, mainnya keroyokan!"
"Wah, bener kata lo Wid, beneran songong ni anak" ucap salah satu teman gadis didepannya yang sedang tersenyum mengejek kearah Aubree.
"Lo sebenernya siapa,sih? Kenal aja kagak udah main bully kaya gini!"
Gadis tadi maju satu langkah, dan sedikit membungkuk untuk mensejajarkan wajah dengan Aubree.
"Kenalin, gue Widia. mantan gebetannya Ravian, sebelum lo dateng dan kegatelan ngejar-ngejar dia"
Aubree memutar bola matanya malas, "mantan gebetan doang? Yakin tuh Ravian pernah gebet lo?"
Widia melotot dan langsung menjambak rambut Aubree kencang, Aubree berusaha melawan namun pasukan Widia sialan ini menghalanginnya dengan mencengkram tangannya kuat.
"Lo! Emang adik kelas kurang ajar!"
Setelah itu Aubree terdorong kembali ke belakang. Ia meringis merasakan kekuatan jambakan Widia dikepalanya.
"Hajar dia coba!"
Aubree berusaha mundur saat dua gadis yang memakai masker mulai menarik tangannya dan mencengkram kembali tangannya, setelah itu dua kakak kelas teman Widia tadi mendekatinya dan mulai menjambak kembali rambutnya, dan entah dari kapan mereka membawa minuman ditangannya yang terlihat seperti jus alpukat.
Bukannya ia tak melawan, tapi mana mungkin bisa. Kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan 5 gadis bar bar ini.
"TOLONG!"
Widia terkekeh pelan, ia hanya menyandarkan tubuhnya ke tembok dan melihat wajah kesakitan Aubree.
"Percuma lo teriak! Gaakan ada yang denger!"
Setelah itu, ia merasakan dingin didaerah wajahnya. Jus alpukat itu membanjiri wajah dan seragamnya, sungguh keterlaluan. Aubree mencoba untuk memberontak dengan menghempaskan tangannya, dan sebelah tangannya berhasil untuk terlepas, setelah itu ia mencoba menarik masker gadis yang mencurigakan sedari tadi.
Aubree terpaku saat masker gadis itu berhasil ia lepas. Wajah gadis bermasker itupun tak sama terkejutnya. Aubree tersenyum mengejek saat tangannya kembali dicengkram kuat, namun siapa tau didalam hatinya ia sangat merasakan rasa sakit.
"Udah gais, kita sisain buat besok. See u bitch!"
Untuk kesekian kalinya ia terjatuh dirumput kotor itu. Dan tangis nya lolos saat ini. Ia masih tak menyangka atas apa yang sahabat nya lakukan tadi. Ya, gadis bermasker itu salah satunya adalah Safira. Ia melihat kearah lengan yang memerah akibat cengkramannya tadi, apakah ini Safira yang asli? Orang yang ia anggap sebagai keluarga nya sendiri, tega melakukan hal memalukan seperti tadi. Sungguh tidak disangka.
Aubree menghela nafas nya, ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mencoba menghubungi Claire dan Ailee. Hanya mereka yang bisa ia andalkan saat ini. Ia meminta tolong pada mereka untuk mencarikan baju olahraga untuk ia pakai dan membantu pergi dari tempar mengerikan ini, karna kaki nya yang sakit akibat terkilir saat tubuhnya dihempaskan tadi.
Apa gue kualat kali ya sama guru gue, karna punya niat buat ga ngerjain tugas tapi malah jajan ke kantin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Love
Ficção Adolescente[SEQUEL (KEY)LA ] Berawal dari pembajakan hp menjadi sebuah keberuntungan atau malah sebaliknya? ------ Key dan Rafa sudah tak habis fikir pada Ravian,anaknya. Segala macam cara untuk menasihati Ravian sudah mereka keluarkan. Namun hasilnya nihil. S...