Maaf

232 16 0
                                    

Ravian memasuki rumahnya dan membuka sepatu asal. Setelah itu ia segera menaiki tangga menuju kamarnya.

"Heh!"

Ravian menghentikan langkahnya dan berbalik malas kearah Bunda nya yang sudah berkacak pinggang dibawah.

"Assalamualaikum,Bunda."

"Waalaikumsalam, mana Aubree?"

Ravian memutar bola matanya malas. Sebenarnya anaknya itu siapa? Ia atau Aubree?

"Dirumah nya lah,Bun"

Key menatap Ravian bingung, "katanya dia mau ngasih bunda kue, soalnya dia kan ulang tahun"

Ravian hendak melanjutkan langkahnya namun diam seketika. Aubree?ultah?

"Gak kamu paksa buat pulang kan? Awas aja kamu ya kalo ternyata Aubree ga ke sini garagara kamu!"

Ravian segera masuk kamar nya dan duduk di pinggiran kasurnya. Memikirkan betapa kejam dirinya hari ini pada Aubree disaat hari bahagianya gadis itu.

Ravian berjalan mondar-mandir dikamarnya, entah mengapa perasaan tak enak menguasai dirinya saat ini.

"Gue minta maaf aja gitu?tapi gimana anjir,malu!"

Ravian berjalan menuju kaca. Melihat pantulan dirinya.

"Bri, maafin gue. Selamat ulang tahun" ucapnya pada pantulan bayangan dirinya di kaca.

Ia menggelengkan kepalanya.

"Buat ultah cewe harus bawa apa sih?"

Ravian mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Tidak pernah ia segusar ini karna seorang gadis.

***

Suara isakan tangis memenuhi kamar bernuansa biru itu. Sang pemilik isakan sedang memeluk lutut nya diatas kursi dan menatap kearah jendela.

"Ayah bohong! Ayah selalu bilang mau pulang, tapi nggak!"

"Tapi kan ayah disini kerja---

"Iya Aubree tau, tapi Ayah juga harus inget dong Ayah masih punya anak!"

Ditekannya tombol merah dan segera ia lempar ke arah kasur ponsel nya itu.

Aubree menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya, tangis nya semakin pecah.

Sampai akhirnya suara bel rumahnya menghentikan tangisan Aubree. Gadis itu beranjak keluar kamarnya setelah merapikan keadaannya yang sangat berantakan.

Aubree membeku saat Ravian tengah berdiri membawa beberapa tottebag di tangannya dan tersenyum kaku.

Ravian yang melihat keadaan Aubree saat ini membuat dirinya semakin merasa bersalah, apalagi mata gadis itu yang sembab. Bisa ia simpulkan bahwa Aubree habis menangis.

"Ravian? Masuk dulu"

Aubree melebarkan pintu nya dan memberi jalan Ravian untuk masuk. Ia sengaja tidak menutup pintu karna saat ini dirumahnya memang tak ada siapa siapa dan ini pertama kalinya Aubree mempersilahkan laki laki masuk ke dalam rumahnya.

"Duduk aja. Gue ambil minum dulu"

Aubree membuang nafas lega saat dirinya sudah berada didapur. Rasanya ia ingin berteriak kencang saat ini. Ia cukup peka bahwa Ravian pasti ingin meminta maaf padanya karna tadi sore, dan Aubree tidak bisa menahan debaran jantungnya.

Sedangkan Ravian, ia melihat lihat ke arah dinding ruang tamu rumah Aubree yang dipenuhi oleh foto. Banyak foto Aubree disana dan juga foto keluarga nya. Ia baru tau bahwa Aubree mempunyai 2 orang kakak laki-laki.

Namun yang membuatnya bingung kali ini adalah, rumah Aubree terasa sangat sepi.

Ravian menoleh saat Aubree datang membawa gelas dengan sedikit gemetar. Ia menahan senyumnya.
Aubree lucu kalo lagi gugup.

Aubree menaruh gelas yang berisi minuman didepan Ravian lalu duduk di single sofa nya.

"Dirumah lo, gak ada siapa-siapa?"
Ravian memberanikan mengeluarkan pertanyaan ini. Terlihat perubahan raut wajah Aubree. Gadis itu seperti tersenyum kecut.

Aubree menggeleng, "Gue tinggal sendiri, ayah jarang pulang. Abang gue tinggal di apart"

Ravian mengangguk, setelah itu ia berdeham dan menegakkan posisi duduknya lalu menatap Aubree yang sedang meniup gelas berisi teh nya.

Aneh memang, Aubree yang menyajikan minuman, Aubree juga yang pertama menikmati. Ravian terkekeh dalam hati.

"Bri"

Aubree mendongak dengan mulut yang masih meniup-niup teh nya.

"Gue----minta maaf"

"pftt--

Aubree hampir menyemburkan teh yang ia minum. Bukannya dirinya sudah tau jika Ravian memang ingin meminta maaf?

Ravian mengambil tisu di meja dan menyerahkannya pada Aubree,
" Lo gapapa? "

Aubree menggeleng dan mengelap mulutnya,malu.

"Minta maaf kenapa?"

Aubree mengangkat sebelah alisnya dan menahan senyum saat Ravian memilin jarinya sendiri pertanda bahwa lelaki itu gugup.

Ravian yang peka ekspresi Aubree pun mendengus dan berdiri dan menyerahkan tottebag nya yang berisi kado untuk Aubree.

"Nih, happy birthday"






Tbc

Invisible Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang