Fake friend

219 15 0
                                    

Pagi ini Aubree bangun sangat pagi, biasanya jam 6 ia masih bergulung dengan selimut, namun kali ini ia sudah duduk manis di meja makan sambil mengoleskan selai kedalam rotinya.

Ada hal yang membuat dirinya serajin ini, yaitu karna Ravian yang akan menjemputnya dan berangkat bersama ke sekolah. Entah mimpi apa dia bisa dijemput dengan lelaki itu. Kemarin, sebelum dia tertidur ada notifikasi spesial nya yang membuat dirinya sulit untuk memejamkan mata, alhasil dia terjaga semalaman menonton drama korea nya hingga pagi. Saking gamau kesiangan.

"Duh, gue harus pake liptint gak ya? Biar kaya si Safira gitu kesekolah pake yang pingki pingki"

Lalu gadis itu berlari ke kamar nya dan memoleskan liptint tipis ke bibirnya. Setelah itu ia kebawah berniat menunggu Ravian di depan rumahnya.

Jantungnya berdebar saat motor Ravian sudah terparkir didepan pagar rumahnya. Terlihat Ravian yang membuka helm dan berniat turun dari motornya, melihat itu Aubree segera berlari dan membuka pagar lalu menutupnya kembali.

Ravian mengerutkan dahi nya,

"gue mau pamit ke orang tua lo"

Aubree tersenyum kecut, ia langsung memakai helm nya. Ravian yang melihat itu hanya mengangkat sebelah alisnya menunggu jawaban dari gadis itu.

"dirumah gaada siapa-siapa, lo mau pamit sama pohon?"

Ravian memutar bola mata nya malas, kapan Aubree bisa berkata lembut kepadanya? Ia pun menaiki motornya dan kembali memasangkan helm setelah itu mereka menuju sekolahnya.

Selama perjalanan tidak ada obrolan apapun, Ravian yang fokus menyetir karna jalanan cukup macet namun masih bisa menyalip untuk motor. Sedangkan Aubree yang menahan rasa kantuk nya. Ia merutuki dirinya sendiri karna semalaman ia tidak tertidur. Sekuat tenaga dirinya tidak mau tertidur di punggung Ravian, dan lagi ini masih pagi. Dirinya tidak mau menampilkan wajah kasur nya saat disekolah nanti karna ia tau bahwa dirinya akan menjadi pusat perhatian saat memasuki sekolah.

Dan benar saja, saat motor Ravian memasuki area tempat parkir beberaa pasang mata sudah melirik kearah mereka. Tak sedikit juga yang berbisik-bisik membuat Aubree menggeram dalam hati. Dasar ibu-ibu! Masih pagi udah ngegosip!

Aubree menyerahkan helm nya kepada Ravian lalu merapikan kembali rambutnya yang lumayan sudah tidak beraturan.

"Thanks ya. Gue duluan, risih diliatin fans lo"

Setelah itu Aubree berjalan cepat kearah kelas nya dengan tertunduk, suatu kebiasaan gadis itu bila menjadi pusat perhatian.

Ia bernafas lega saat sudah duduk di tempatnya, namun dahinya mengernyit karna tak melihat tas Safira disebelahnya. Padahal saat hendak masuk kelas tadi, dirinya melihat Safira yang sedang asyik mengobrol diluar kelas.

Aubree menepuk bahu Claire yang sedang memasang earphone ditelinganya dengan pandangan fokus ke ponsel nya yang menampilkan entah video apa.

"Tas si Sapi kemana?"

Claire melepas earphone nya lalu mendekat kearah Aubree. Sebelumnya gadis itu melirik kearah pintu kelas berjaga-jaga bila orangnya datang.

"Dia udah gabung sama geng nya Sarah, tuh liat tas nya disana"

Aubree melihat kearah pojok kanan tempat dimana geng Sarah yang ter-cap 'nakal' disana ada tas yang sangat familiar, yap! Tas Safira. Aubree sempat tak menyangka bahwa gadis itu yang sebelumnya sangat benci dan sering beradu kata dengan Sarah, sekarang mereka berteman baik.

Sebenarnya Aubree tak mempermasalahkan Safira yang mau berteman dengan siapa saja. Namun dengan tiba-tiba pindah tempat duduk dan tidak berbicara apapun pada dirinya membuat gadis itu berfikir kemana-mana.

"Kalian lagi ada masalah?"

Aubree kembali memandang Claire, "ngga Claire, kemarin kita fine - fine aja,kan?"

Claire tampak menggigit bibir bawahnya, "sebenernya akhir akhir ini kalo lo gak ada Safira suka ngomongin lo"

Aubree mengernyit, "tentang?"

Aubree bisa melihat kegelisahan di wajah Claire, ia tau bahwa gadis itu dilema. "hubungan lo sama Ravian, dia ngira lo lupa temen gitu semenjak udah sama Ravian"

"apaan,sih. Gak biasanya dia kaya gitu"

Claire hendak menjawab namun tertahan saat melihat Safira dan Sarah memasuki kelas. Aubree melihat kearah Safira yang sedang tertawa dengan Sarah.

"Safira!"

Safira menoleh kearah Aubree yang sedang berjalan mendekat kearahnya.

"lo kenapa gak bilang mau pindah tempat duduk?"

Sarah tampak memutar bola matanya malas, "yaelah kek anak sd aja pindah tempat duduk diributin"

Aubree memandang bingung ke arah Sarah, "siapa yang ributin? Gue nanya doang kan siapa tau ada masalah"

Safira duduk ditempatnya lalu memandang Aubree. "Gue emang mau nya duduk sama Sarah, gapapa kan?"

Ini bukan Safira. Safira yang dikenalnya bukan seperti ini. Aubree tersenyum miris, sepertinya ia salah lagi dalam memilih teman.

"gapapa,sih. Itu hak lo"

Setelah itu Aubree kembali menuju mejanya dan memasang earphone lalu menelusupkan kepalanya dilipatan tangannya. Rasa kantuknya lebih mendominasi daripada rasa kecewa nya pada Safira.

Tak lama setelah itu Ailee datang dan melihat Aubree yang sedang tertidur juga melihat kearah Safira yang sedang tertawa terbahak-bahak dengan sarah and the geng.
Lalu ia menyenggol kembarannya, Claire. Yang membuat si empu nya mendengus karna diganggu.

"kenapa mereka?"

Claire mengedikan bahunya lalu melanjutkan menonton video.
Ailee mendengus lalu berpindah duduk disebelah Aubree.

"Bri! Lo sakit?"

Aubree membuka matanya lalu menegakan tubuhnya.

"Gue ngantuk elah, semalem kagak tidur"

Ailee memutar bola matanya malas, teman nya yang satu ini selalu lupa waktu dan tidak pernah berfikir panjang. Padahal hari ini adalah mata pelajaran guru killer nya dan Aubree malah mengantuk seperti ini.

"sekarang pelajaran Bu Mae, dia bisa ngamuk kalo liat lo ngantuk waktu lagi dijelasin"

Aubree kembali menutup mata,
"bodo amat lah"

Dan setelah itu guru nya pun masuk, Aubree masih setia menelusupkan kepalanya. Dirinya setengah sadar sebenarnya, namun kepalanya sangat berat untuk diangkat dan matanya yang tertutup rapat tak bisa dibuka.

Gue yang akrab disebut Bu Mae itu menyipitkan matanya kearah Aubree, ia mendekat kearah Aubree dan menggoyangkan tangan gadis itu, berniat menceramahinya.

Aubree yang tau bahwa gurunya yang membangunkannya ini mendongak dengan wajah lesu dengan mengerutkan dahinya.

"maaf,bu" jawabnya lemah.

"kenapa kamu tidur?"

Aubree menunduk dan memijat keningnya, Akting.

"pusing banget bu"

"Ailee, antar Aubree ke uks. Suruh tidur aja disana"

Aubree bersorak dalam hati. Sepertinya ia sudah cocok untuk membintangi film.

Setelah Aubree keluar dibantu dengan Ailee, beberapa murid mulai ikut berakting berlebihan.

"duh bu saya juga pusing"

"saya juga bu gak kuat"

Bu Mae memutar bola matanya malas dan memegang penggaris besinya lalu melayangkan tatapan tajamnya membuat semua bungkam.

Sungguh beruntung Aubree.

Invisible Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang