Chapter Enam

492 67 5
                                    


Cuaca sangat panas pada siang hari, Earth lari beberapa putaran di bawah terik matahari dengan bertelanjang dada. Dia berniat untuk membakar dirinya sendiri untuk mendapatkan tanning kulit secara alami. Beberapa gadis berhenti di kursi taman di bawah pohon dan menontonnya. Mereka terpesona dengan penampilan maskulin dan otot absnya.

Singto kebetulan melewati tempat itu dan berdiri sejenak sambil melihat gadis-gadis bersorak untuk Earth. Dia tidak mencoba untuk menghindari atau melarikan diri dari pria itu lagi. Earth tampaknya telah berubah, pria itu tidak lagi memperhatikannya atau mencoba untuk mendekatinya seperti sebelumnya.

Jadi, setelah rumor kencan palsu itu menyebar pada hari itu, kehidupan Singto berubah seketika. Teman sekelasnya tidak lagi menindasnya atau memanggilnya wacky. Sebagian besar waktu, mereka hanya mengabaikannya.

Begitu juga dengan Earth, suatu kali, mereka secara tidak sengaja berpapasan di depan kelas pada pagi hari, pria itu hanya mengatakan maaf dengan cool lalu berjalan melewati nya.

Earth juga mengambil tempat duduk jauh dari Singto, ia tampaknya lebih dekat dengan Pan, gadis itu selalu menempel padanya seolah-olah mereka sedang berkencan.

Singto melihat Fang di antara gadis itu, jadi dia datang untuk bergabung dengan kelompok tersebut, namun Fang segera pergi saat dia tiba.

Setelah itu, Singto menoleh ke arah Earth. Pria itu berkeringat dan basah kuyup seperti habis mandi. Earth akhirnya kehabisan tenaga dann menekan tangannya di atas lutut untuk menarik napas sejenak, ia tidak sengaja melihat sosok Singto di antara para gadis.

"P'Earth! Kau keren!" teriak para gadis itu.

"Kami mencintaimu!!!"

Earth menjawabnya dengan tersenyum, lalu berjalan ke arah kelompok tersebut. Wajah gadis-gadis itu memerah seketika, saat melihat pria itu mendekat, beberapa dari mereka menyiapkan air minum ingin memberikannya ke Earth, yang lain mengeluarkan saputangan dan tisu, Singto memegang payung.

Earth mengambil air minum dan menyeka keringatnya lalu menoleh ke arah Singto yang tampaknya sedang melamun.

"Hei, Sing!" dia menyapa lelaki itu, Singto melompat kaget seketika. "Apakah itu untukku?" Earth menunjuk payung ditangannya.

"Hah?" Singto bingung dan spontan menjawab. "Ya..."

"Aw, benarkah? Kau baik sekali! Terima kasih!" Earth lalu meraih payung, tetapi Singto tidak melepaskannya.

"Apa?" respon pria itu sambil menyipitkan matanya melototi Earth bingung.

"Apakah kau menawarkan untuk menggunakannya bersama?" Earth bertanya, ia berpikir sejenak sebelum memeluk pinggang Singto dan mendesaknya berjalan meninggalkan lapangan setelah mengucapkan selamat tinggal kepada para gadis disana.

Mereka tiba di ruang ganti gym, lalu Earth mendorong pria itu ke dinding dan menguncinya di sana.

"Apakah kau sangat merindukanku?" dia menggoda Singto. "Mencoba menarik perhatianku dengan menjadi berbeda di antara gadis-gadis sambil memegang payung menungguku?"

"Apa? Tidak!" Singto mencoba membebaskan diri dengan mendorong dada telanjang pria itu yang terlalu dekat dengannya. "Aku tidak berusaha menarik perhatianmu, pergi sana!"

"Jangan berbohong, aku bisa melihatnya dari matamu..." kata Earth. "Kau jatuh cinta padaku!"

"Huh? Aku tidak!"

"Jangan malu mengakuinya, Sing!"

"Aku bersumpah, aku tidak!"

"Lalu kenapa kau menungguku dengan payung di tanganmu di bawah terik matahari seperti itu?"

Bahasa Indonesia - Imperfection Can be a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang