Chapter Lima

570 72 6
                                    

Singto dan Earth duduk di depan yang lain di ruang kelas, wajah Singto memerah sambil mengingat apa yang terjadi kemarin di kolam renang. Tiba-tiba saja akal sehatnya menguasai pikirannya dan ia mulai berpikir bahwa ini tidak benar, untuk terjadi di antara dua orang pria. Mendadak tubuhnya berkeringat dan dia menjauhkan kursinya dari Earth.

"Apa?" Earth menyadari apa yang dilakukannya, lalu menarik kursinya kembali.

"Aku-aku merasakan perasaan aneh di dekatmu..." jawab Singto.

"Apa itu?" Earth bersemangat seketika dan mendekatkan wajahnya ke arah pria itu dan menatap matanya lurus.

"Bulu kudukku berdiri!" jawab Singto singkat.

"Hah?" Earth membelalakkan matanya. "B-bagaimana?!"

"Menjauh dariku! Jangan menyentuhku!" dia mendorong Earth.

"Aw, kau tega sekali! Kupikir kita menikmatinya bersama kemarin..." Earth memasang ekspresi ngambek.

"Well, itu kesalahan! Jangan pernah melakukannya lagi!" Singto menelan ludahnya dengan gugup.

"Bukankah kau bilang kalau kau menyukainya?"

"Ya, saat itu...tapi..." dia terdiam. "Kita berdua, tidak seharusnya melakukan itu! Itu gila!"

"Ah, jadi kau berpikir seperti itu?"

"Ya, kita seharusnya melakukan itu dengan wanita..." Singto menjelaskan padanya. "Bukankah kau bilang ingin membantuku mendapatkan seorang gadis? Lalu kenapa kau melakukan itu padaku?"

Earth bungkam seketika, dia terkejut kalau Singto akan berpikir seperti itu. Dia benar-benar menakuti prianya dengan tindakannya yang terakhir. Earth akui bahwa dia terbawa oleh nafsu, tidak menjawab pertanyaan pria itu.

Setelah sesi istirahat, Singto dengan segera melarikan diri dan bersembunyi di perpustakaan. Dia seperti lari dari kejaran hantu ketika sampai di pos favoritnya dengan terengah-engah.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Jane yang juga baru tiba.

"Whoaaa!!!!" Singto berteriak seperti baru melihat hantu.

"Apa?!" bentak Jane di depan wajah Singto yang ketakutan. "Diam sekarang! Ini perpustakaan!" dia mengingatkannya.

"M-maaf! Kupikir dia menemukanku!" kata SIngto.

"Siapa yang menemukanmu?"

"Earth!"

"Huh? Siapa?"

"Dia melakukan hal yang aneh padaku! Itu membuatku merinding." Singto menjelaskan padanya. "Kau tidak akan percaya!"

"Hal apa?" Jane bingung.

"Dia..." Singto berhenti seketika dan tiba-tiba menjadi emosi ketika mengingat adegan kemarin. Jane menatap lurus padanya dengan serius, menunggu kata-katanya keluar.

"Apa?"

"Aku malu membicarakannya." wajah Singto memerah.

"Hah? Mau?" Jane mencoba menebak. "A-apa yang ia lakukan padamu? Atau apa yang kalian lakukan?"

"B-berhubungan seks." ia akhirnya mengatakannya.

"Hah???" Jane berteriak kaget, matanya terbelalak lebar, dan segera menutup mulutnya untuk menenangkan diri. Kemudian, ia menelan ludahnya dan bertanya untuk memastikan lagi.

"B-berhubungan seks? Maksudmu bercinta?" dia bertanya.

Singto mengangguk ragu.

"Hah!? Kau berhubungan seks dengan seorang pria?" tanya Jane dengan suara rendah dan kaget. "B-bagaimana?!"

Bahasa Indonesia - Imperfection Can be a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang