Chapter Sebelas

531 66 15
                                    


"Apakah kita pacaran sekarang?" Tanya Singto kepada Jane. Mereka duduk berhadap-hadapan di dalam kafetaria.

"Ya..." jawab Jane.

"Benaran?" ia melebarkan matanya.

"Ya, ku berpikir begitu!"

"Wow, aku merasa seperti bermimpi." wajah Singto memerah. "Aku akhirnya berkencan dengan seorang gadis, sungguhan..." dia tidak percaya.

"Jangan mengatakannya begitu keras, semua orang bisa mendengarnya!" Protes Jane.

"Aku tidak peduli, aku akan memberitahu dunia bahwa aku Singto tidak single lagi!" ia berseru dengan semangat. Orang-orang di dalam kafetaria segera menatap mereka.

"Singto, diam!" Bentak Jane. "Kau seperti orang bodoh!"

"Aw, aku sangat bahagia!"

Jane tersenyum padanya dan berpikir sejenak.

"Ayo, jalan-jalan seusai kelas!" gadis itu menawarkan.

"Apakah kita akan berkencan?"

"Yup, bagaimana menurutmu?"

"Tentu saja, aku senang sekali!"

"Jadi, kita putuskan begitu!"

Seseorang memperhatikan mereka dari jauh dengan perasaan pahit.

"Dia tidak pernah terlihat sebahagia itu ketika berkencan denganku..." ujar Earth dengan wajah murung.

"Itu memberitahumu sebaiknya kau menyerah!" Ujar Pan.

"Mungkin aku sebaiknya begitu..." dia meminum minuman di depannya dan tersenyum pahit.

"Kau terdengar seperti sedang patah hati?!" komentar Pan. "Ngomong-ngomong, apakah almarhum pacarmu masih menghantuimu?"

"Hah?! Kau mempercayainya?! "Earth tertawa dengan keras.

"Kau membohongiku?! Kau membuatku takut, tahu!"

"Siapa suruh kau memaksaku malam itu!" jawab Earth sambil melototinya. "Menurutmu... kapan mereka akan putus?" ia lalu mengubah topik pembicaraan.

"Hah? Maksudmu, mantanmu dan pacarnya?" Pan terdiam sejenak. "Kupikir mereka tidak akan puts, tidak usah berharap! Mengapa kau tidak membuka matamu dan melihat ke arah lain?"

"Well, aku tahu kau merasa simpati terhadap Singto pada awalnya, dia baik-baik saja sekarang...kau telah mengubahnya untuk menjadi lebih baik." Tambah Pan.

"Aku mengubahnya?" Earth menyeringai. "Dia yang mengubahku!"

"Hah? Maksudmu?"

"Tidak ada! Ayo, minum di pub malam ini, aku merasa ingin mabuk." Ujar Earth.

--------------------------------------------------------------------------

Jane dan Singto pergi berbelanja dan berkencan untuk pertama kalinya. Singto mencoba memakai kontak lens untuk pertama kali setelah potong rambut, begitu juga dengan Jane.

"Ayo lakukan perubahan!" Ujar Jane, ia lalu membantu Singto melepas kacamatanya dan memakaikan kontak lens. Singto sangat gugup dan merasa tidak nyaman dengan benda asing di matanya, dia berkedip beberapa kali untuk beradaptasi, sebelum mebukanya lebar dan menatap gadis di depannya tanpa berkedip.

Jane langsung terpesona menatap mata besar dan indah tersebut, iapun tersipu malu.

"Wow, matamu benar-benar menggoda..." komentar Jane. "Setiap gadis pada jatuh cinta padamu pada pandangan pertama."

Bahasa Indonesia - Imperfection Can be a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang