Chapter Tujuh

530 71 12
                                    


Singto menemukan sebuah catatan di dalam lokernya di pagi berikutnya, dia segera mengenali tulisan milik Earth. Pria itu menyuruhnya diam-diam bertemu di toilet kosong di lantai lima setelah kelas berakhir.

Ada rumor yang mengatakan, toilet sudah di tutup selama bertahun-tahun, karena cerita horor di belakangnya.

"Mengapa Earth mengajak untuk bertemu di tempat yang menakutkan ini..." Singto berkeringat dingin dan berjalan dengan hati-hati mendekati pintu toilet.

Dia menelan ludahnya dengan berat dan mengambil napas dalam-dalam sebelum memutar kenop untuk membuka pintu yang menghasilkan suara menyeramkan.

"Halo..." dia memanggil. "Permisi..."

Sayangnya, tidak ada yang menjawabnya. Singto melangkah ke dalam dengan ragu-ragu, baunya tidak mengenakkan, interiornya juga agak gelap, satu-satunya penerangannya hanya cahaya matahari yang masuk melalui ventilasi di atas. Jantung Singto berdegup kencang, dia melihat sekeliling sesaat tetapi sepertinya tidak ada seorang pun di dalam.

"Di mana Earth? Apakah dia belum sampai?"

"Halo?!" dia memanggil lagi.

Tiba-tiba seseorang mendorongnya masuk dari belakang dan mengunci pintu. Singto kaget bukan main, dia segera bangkit dan mendekati pintu mencoba membukanya, tetapi tidak bisa. Dia pun mulai panik dan ketakutan.

"Siapa saja, tolong bukakan pintunya! Tolong!" dia berteriak dan menggedor dengan keras. "Tolong!!! Buka pintunya!!!"

[Flashback]

Setelah Jane dan Singto meninggalkan tempat parkir, Earth segera menyalakan mesin mobilnya dan mengikuti mereka dari belakang.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Protes Pan. "Kau mengikuti mereka?"

"Diam atau keluar!" Earth membentaknya.

"Apa?! Ini konyol!" kata Pan. "Kupikir kau tidak peduli lagi dengan Wacky?"

"Berhenti memanggilnya begitu!" Earth memelototi Pan seketika.

"Apa? Apa itu menyakiti perasaanmu? Kau tidak cemburu pada mereka, kan?" tanya Pan tidak percaya.

"Cemburu? Jangan bercanda! Aku hanya kesal!"

"Kesal? Kenapa?!"

"Kami punya janji malam ini untuk ... mengerjakan tugas bersama..." ujar Earth. "Tapi, dia membatalkannya begitu saja, dan pergi kencan..."

"Bagaimana kau tahu mereka berkencan?"

"Tidak tau!" memotong Earth. "Hanya menebak."

"Kurasa tidak ada wanita yang mau berkencan dengannya..." Pan tertawa mengejek. "Dan kau?"

"Hanya wanita buta yang menolaknya." Earth mengembalikan ucapan Pan.

"Well, untungnya dia tidak pernah menembakku..." tambah Pan.

"Karena dia tidak menganggapmu menarik, kau harus memeriksa dirimu sendiri di cermin." sindir Earth.

"Apa maksudmu?!" Pan menjadi kesal.

Earth menghentikan mobilnya beberapa meter dari mobil Jane yang berhenti di depan asrama Singto, ia mengawasi mereka dari kejauhan. Dia melihat Jane keluar dari mobil dan membuka pintu untuk Singto, dan melihat setengah tubuh Jane masuk ke dalam mobil dari sisi Singto, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan di dalam.

Bahasa Indonesia - Imperfection Can be a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang