Chapter Empat Belas

544 63 19
                                    


Earth lagi-lagi diam-diam menjaga Singto di kelas, tetapi dia mendapat bantuan dari Pan dan Fang kali ini. Di pagi hari sebelum orang itu tiba, Earth meletakkan kafe latte di atas mejanya, jadi dia tidak akan tertidur selama plajaran nanti.

Singto mengambil paper cup dan mengamati sekeliling, mencoba mencari tahu siapa yang meletakkan gelas itu di atas mejanya, tetapi semua orang tampaknya mengabaikannya. Singto kemudian memeriksa paper cup itu lagi dan membaca sebuah kata 'Mata' tertulis di atasnya. Dia meminumnya sedikit dan meletakkannya di samping.

Saat jam istirahat, tiba-tiba Fang duduk di sampingnya dan menawarkan sandwich kepadanya. Singto kaget, ia tidak pernah menduga bahwa orang yang ia taksir sebelumnya akan bersikap ramah padanya.

Singto tersenyum lebar dan menerima sandwich dengan senang, tanpa menunggu lebih lama lagi, dia langsung menggigitnya dan menemukan sebuah note di dalamnya juga dengan kata lain. 'Tidak'.

Dia segera memalingkan kepalanya untuk mencari gadis itu, tetapi Fang tidak dapat ditemukan di manapun di kelas.

Singto meminta izin untuk pergi ke toilet saat jam pelajaran berlangsung untuk buang air besar, dan kehabisan kertas toilet lagi.

Dia panik dan berpikir tidak mungkin ada yang datang ke toilet pada waktu ini, tetapi tiba-tiba sebuah tangan muncul di bawah pintu seperti waktu yang lalu, dan memberikan kertas toilet kepadanya.

"Terima kasih!" ucap Singto, tetapi tidak ada tanggapan. Ketika dia membuka kertas, dia menemukan kata lain tertulis di atasnya. 'Akan'

Singto jatuh tertidur lagi saat pelajaran terakhir, dan terbangun oleh alarm ponselnya sendiri, barang-barangnya juga telah tersusun dengan baik, dan diletakkan rapi di bawah kursinya.

Singto melihat sekeliling dan menyadari ditinggal sendirian di kelas, dia dengan cepat mengambil tasnya dan hendak keluar melewati pintu. Namun, sebelum pergi, matanya menangkap sesuatu di papan tulis, yang menemukan kata lain. 'Berbohong'

Jane menunggunya di depan gedung fakultas dengan tersenyum lebar.

"Kau terlambat malam ini, tertidur lagi di menit terakhir?"

"Y-ya, bagaimana kau tahu?"

"Aku hanya menebak." Balas Jane. "Mengapa? Masih belum cukup tidur belakangan ini? "

Singto mengangguk beberapa kali dan menundukkan kepalanya.

"Ada masalah? Apakah dia mengganggumu lagi? "

"Tidak, dia bahkan tidak bicara padaku."

"Jangan berbohong! Lihatlah mataku dan katakan yang sebenarnya padaku!" pinta Jane dan menatap lurus ke mata Singto.

Tiba-tiba Singto teringat kembali setiap kata yang ia terima sejak pagi ini. "Mata, tidak, akan, berbohong."

"Apakah mata bisa mengatakan yang sebenarnya pada kita?" Dia bertanya pada gadis itu.

"Tentu saja." Jawab Jane. "Hati kita bisa menyimpan sejuta kebencian, tetapi hanya memiliki satu tempat untuk cinta sejati, yang tercermin melalui mata, karena itulah mata di sebut sebagai jendela hati"

"Apa itu artinya?" Singto bingung.

"Ketika Kau benar-benar mencintai seseorang, atau membenci seseorang, kau dapat memberi tahu mereka dari mata." tutur Jane. "Sekarang lihatlah mataku, apakah kau bisa memberitahuku apa yang kau lihat?"

Tiba-tiba flashback kembali di tayangkan di kepalanya.

"Bisakah kau melihat apa yang ada di mataku?" Earth bergerak mendekati Singto, tubuh mereka hampir menempel dan kepala mereka hanya satu inci.

Bahasa Indonesia - Imperfection Can be a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang