"Kamu tuh kayak polisi yang nilang orang karena nggak punya SIM, setiap ngomong bikin deg-deg an mulu."
-Nadila Ryanza
Biar lebih dapat feelnya dan afdol play musicnya yuk hehe👆
***
"Mama, Papa. Gawat."
"Kenapa?" suara Nadila terdengar bergetar.
"Pulang sekarang, ila," suara Naufan di seberang sana.
Nadila memutuskan telfon sepihak.
Bergegas mengambil tasnya, ia tidak memakan Coto yang telah ia pesan. Ia hanya meminta agar di bungkus dan di bawa pulang. Setelah selesai membayar, mereka berdua pun menuju ke parkiran. Lalu Nizar melajukan motornya dengan kecepatan rendah.
Sesampai di depan rumah Nadila, gadis berambut sebahu itu terburu-buru untuk turun dari atas motor Nizar. Nadila begitu terlihat khawatir, ia takut ada yang terjadi kepada kedua orang tuanya.
"Nad," Nizar menahan pergelangan tangan Nadila.
Nadila menoleh menatap Nizar.
"Kenapa?"
"Bapak kamu tukang bakso ya?"
Nadila mengernyit bingung, "Bukan!!"
"Bilang kok tahu sih? Gitu ih!!"
Nadila memutar bola matanya malas, "Kok tahu sih?"
"Mau balikin mangkoknya," Nizar terkekeh.
Nadila menatap Nizar tajam, lalu gadis itu menepis pergelangan tangan Nizar.
"Nad," Nizar kembali menahan pergelangan tangan Nadila.
Nadila kembali menoleh menatap Nizar.
"Bapak kamu..."
"Apa lagi?"
"Bapak kamu mau gak jadi kakek dari anak-anak kita nanti?"
Deg.
Nadila terdiam menatap Nizar.
"Sekolah!"
"Udah pulang kan?"
"Sekolah dulu baru mikir itu," ketus Nadila.
"Kalau lulus, berarti boleh bahas tentang itu?" goda Nizar.
"Nanti,"
Nizar membuka helmnya lalu turun dari atas motornya, mendekati Nadila. Cowok berbola mata hijau itu menyentuh pipi Nadila dengan lembut.
Nadila merasakan sekujur tubuhnya panas-dingin. Entah kenapa Nizar menjadi seperti ini padanya.
"Ya udah belajar yang baik biar bisa nikahin kamu secepatnya ya?" ucap Nizar lembut.
Nadila berusaha menahan senyumannya agar tidak mengembang. Nadila merasa wajahnya blushing.
"Pulang sana ih!" usir Nadila memukul bahu Nizar.
"Kemana?"
"Ke rumah kamu lah!"
"Dimana?"
"Nggak tahu, aku nggak hafal alamat kamu. Emang alamat rumah kamu di mana?"
"Alamat rumah aku ya di hati kamu. Karna hatimu jadi rumah bagiku."
Deg.
Lagi-lagi Nadila merasa jantungnya berdegup begitu kencang. Nadila rasanya ingin berteriak sekencang mungkin. Ia merasa salah tingkah, senang, dan bahagia jika berada di dekat Nizar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is a Bad Boy [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[BEST SELLER | TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN ONLINE BOOK STORE | DITERBITKAN OLEH EFDE MEDIA PUBLISHING] #2 in teenfiction - 20 Feb 2019 Silakan beli novelnya bagi yang ingin membaca, part sudah tidak lengkap serta ending hanya ada di...