"Mantan gak harus jadi musuh kan?"
***
Gadis berambut coklat--berjalan keluar dari dalam kamarnya. Seperti biasanya, memakai seragam sekolah dengan rapi, namun ada yang membuatnya tampak tidak sempurna hari ini. Matanya sebab karena habis menangis.
Nadila berjalan menuju ke meja makan untuk sarapan, dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Kakaknya sudah sedari tadi memperhatikan Nadila.
Gadis itu duduk di kursi meja makan, tidak ada percakapan di antara Nadila dan Naufan.
Seorang wanita paruh baya berjalan mendekati meja makan."Kamu udah keluar dari kamar, sayang?" tanya Zahra tersenyum.
Nadila menoleh menatap mamanya, gadis itu hanya tersenyum tipis.
"Mama kapan pulangnya?" tanya Nadila sembari mengoleskan selai coklat di rotinya.
"Semalam sayang, mama ke kamar kamu, tapi kamu udah tidur." Zahra mengelus rambut Putrinya.
"Papa mana?" tanya Nadil lagi.
"Di kamar, masih tidur. Papa kamu kecapean,"
"Hari ini kamu ujian ya?" tanya Zahra.
"Iya, Ma."
Setelah itu, tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Sehabis sarapan, Nadila dan Naufan berangkat ke sekolah. Tentu saja Nadila tidak berangkat bersama Nizar lagi.
Saat dalam perjalanan pun, Nadila dan Naufan tidak membuka suaranya masing-masing. Naufan membiarkan adiknya menyendiri dulu, cowok bermata sipit ini takut jika ia menanyakan sesuatu ke Nadila, akan menganggu konsentrasi adiknya saat ujian nanti.
Nadila keluar dari mobil Makaknya, dan lebih dulu meninggalkan parkiran sekolahnya.
Gadis berambut coklat itu berjalan menuju kelasnya, baru saja ia berpapasan dengan Nizar!Mata mereka bertemu satu sama lain, namun tidak saling sapa. Nadila berlalu saja dengan wajah datarnya, gadis ini seperti tidak mengenal Nizar. Sedangkan Nizar hanya menoleh menatap Nadila yang berlalu saja, cowok bermata hijau itu tersenyum miris.
Saat sampai di kelas, Nadila hanya fokus dengan buku yang berada di tangannya.
Sedangkan teman-temannya hanya bisa menatap Nadila dengan tatapan khawatir dan bingung, mereka ingin menanyakan sesuatu. Tetapi, mereka tidak berani untuk melakukannya.Baru saja bel masuk berbunyi. Hari ini, pak Bakti yang mengawas di kelas Nadila.
Sedangkan di kelas Naufan dan Si kembar, bu Nada yang mengawas.
Bu Nada mempunyai sifat yang lemah lembut, namun tegas. Ia juga termasuk guru bimbingan konseling di sekolah ini."Radit, kenapa kamu gak ngerjain ulangan kamu?" tanya bu Nada dengan lembut.
"Kasian bu, ulangan kan gak salah apa-apa, masa di kerjain terus." jawab Radit.
"Radit! Jangan buat kesabaran saya habis," ucap Bu Nada.
"Habis? Beli lagi bu."
Bu Nada menghela napasnya kasar, jika di suruh memilih, Bu Nada lebih memilih berurusan dengan murid model seperti Nizar di bandingkan spesies seperti Radit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is a Bad Boy [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[BEST SELLER | TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN ONLINE BOOK STORE | DITERBITKAN OLEH EFDE MEDIA PUBLISHING] #2 in teenfiction - 20 Feb 2019 Silakan beli novelnya bagi yang ingin membaca, part sudah tidak lengkap serta ending hanya ada di...