"Saya mencium bau tikus," ucap Pria paruh baya."Maksudnya?"
"Penghianatan."
"Saya tidak pernah menghianati siapa-siapa."
"Saya tidak peduli sama apa yang kamu katakan, lakukan perintah saya. Bukan kah, kau yang membuat saya masuk ke dalam permainan mu? Maka selesaikan lah dengan baik. Agar kita menang."
"Saya akan lakukan yang terbaik, sesuai dengan perjanjian kita."
Matthew tersadar dari lamuannya karena Nadila tiba-tiba duduk di sebelahnya.
Nadila tersenyum manis pada Matthew, "Kenapa?"
Matthew menggeleng, "Gapapa."
Nadila masih memasang senyuman manisnya, "Kamu suka makan apa?"
Matthew terbahak, "Kamu? Tumben."
"Kenapa emang? Gak boleh? Ya uda--"
"Boleh." selak Matthew.
"Aku suka makan apa aja, yang penting kamu yang masak."
"Serius?" Nadila tersenyum lebar.
"Iya."
Lalu gadis itu berlari meninggalkan Matthew dengan riang. Cowok berbola mata coklat itu menatap bingung Nadila, gadis itu tidak seperti biasanya.
***
Nadila masuk ke dalam kelasnya, dengan senyuman manisnya.
"Kesambet ape lo?" tanya Nadhifa geleng-geleng dengan tingkah aneh Nadila.
"Lagi senang aja," balas Nadila.
Nadhifa hanya mengangguk mengerti, lalu gadis berambut panjang itu mengambil sebuah undangan di dalam tasnya. Kemudian memberikannya pada Nadila.
Nadila mengeja satu-persatu huruf di undangan itu "Undangan ulang tahun."
Nadila tersenyum lebar menatap Nadhifa, lalu memeluk erat sahabatnya itu. "Cie yang bakalan ultah!"
Nadhifa membalas pelukan Nadila, lalu mereka melepaskan bersama pelukannya. "Iya nih," Nadhifa terkekeh.
"Jadi mau kado apa?" tanya Nadila.
Nadhifa menggeleng, "Nggak usah bawa kado, lo datang aja gue udah bahagia banget."
Nadila mendorong pelan tubuh Nadhifa, "Bisa aja lo."
***
Gadis berambut sebahu itu menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurap. Kata Bibi Inah tadi, ada yang mengantarkan paket untuk dirinya.
Nadila menatap kotak kecil yang Bibi Inah letakkan di atas meja belajarnya, lalu gadis itu beranjak dari posisinya membuka kotak kecil tersebut. Paket? Nadila tidak merasa membeli barang secara online.
Nadila membuka perlahan kotak kecil tersebut. Matanya membulat sempurna, dengan spontan ia melempar kotak tersebut.
Gadis itu berusaha mengatur napasnya, lalu kembali mendekati kotak kecil itu. Kotak yang berisikan Foto keluarganya lengkap dengan lumuran darah kering di setiap sisinya.
Keluarganya dalam bahaya. Apa lagi ini?
Nadila tidak bisa berfikir jernih setelah kejadian di rumah kosong tersebut. Apa yang mereka inginkan dari gadis berumur 16 tahun?
Apakah ini terror? Apa maksud dari semua ini?
Gadis itu berjalan menuju dapur, berusaha menenangkan pikirannya. Mungkin dengan segelas air putih bisa membuat dirinya sedikit lebih tenang. Nadila mengambil gelas lalu menuangkan air putih ke dalamnya, kemudian meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is a Bad Boy [TELAH TERBIT]
Dla nastolatków[BEST SELLER | TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN ONLINE BOOK STORE | DITERBITKAN OLEH EFDE MEDIA PUBLISHING] #2 in teenfiction - 20 Feb 2019 Silakan beli novelnya bagi yang ingin membaca, part sudah tidak lengkap serta ending hanya ada di...