4- See u

206 28 13
                                    

Hari ini adalah hari termalas sepanjang masa bagi Alveen Arasya.
Alveen menutup telinganya dengan bantal karena mendengar suara jam weker nya. Ia berdecak malas.

"Shit, ini jam weker gue kayaknya rusak deh. Dari tadi bunyi mulu, oh atau dia minta jatah sarapan, sabar ya sayang babang Alveen yang ganteng ini mau mandi, kamu jangan ngoceh mulu" ucap Alveen menatap jam weker.

Dengan langkah gontai, Alveen menuju kamar mandi untuk ritual.

"Wadaw, gila, nih air kayaknya marah sama gue, masa dingin banget gini" ucap Alveen menatap sendu shower nya.

Double shit.

Setelah menjalankan ritual mandi pakai air hangat tentunya, ia pun mengenakan seragam kebanggaannya. SMA Gemilang. Sekolah bergengsi yang isinya anak konglomerat. Setelah merasa rapih, ia menyisir rambutnya menggunakan jarinya.

Ck, padahal penampilannya tak ada rapih-rapihnya sama sekali.

"Ganteng banget dah gue. Jadi kasian gue sama Shawn Mendez yang gue kalahin, apalagi Manu Rios, lewat udah sama gue" ucap Alveen memandang dirinya lewat pantulan cermin.

Setelah merasa cukup memandang kagum dirinya sendiri, ia pun langsung mengambil tas miliknya yang hanya berisikan satu buku tulis dan satu pulpen, itupun pulpen milik sekretaris dikelasnya. Dasar gak modal.

Alveen menuruni tangga rumahnya sambil bersenandung kecil menuju ruang makan.

"Apa apaan ini, Alveen? Seragam gak di masukin, gak pakai dasi, sepatu biru, sangat gak cocok" kritik mama Alveen.

"Lah, ini udah rapih mah. Udah ganteng" Alveen memainkan alisnya.

"Cih, ganteng ndas mu" ucap mama Alveen.

"Istighfar mah, Alveen kan anak mamah" ucap Alveen.

Mama Alveen duduk disamping papa Alveen "Pah, gimana sih kok jadinya malah gini? Papah gak berhasil nih bikinnya"

Alveen mendelik menatap mama nya itu "Mah kok ngomonya gitu sih, orang ganteng gini. Udah jelas berhasil lah" kata Alveen.

Papa Alveen hanya menggelengkan kepalanya, ia sudah sering mendengar perdebatan kecil antara ibu dan anak, seperti mereka ini.

"Sudah. Alveen, buruan makannya, nanti telat" lerai papa Alveen.

"Siap, Captain!" seru Alveen.

Setelah sarapan, ia pamit kepada orangtua nya agar selamat sentosa menghantarkan Alveen menuju gerbang SMA Gemilang.

"Bye, mama ku yang aduhai" ucap Alveen sambil membisikkan sesuatu pada mama nya. Setelah itupun Alveen langsung ngacir karena ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"ALVEEN ARASYA!" teriak mama Alveen.

Alveen cekikikan sendiri dimobil mengingat apa yang ia bisikkan ke mama nya itu.

"Kalau menurut mama aku ini hasil yang gagal, buat lagi dong tapi, hasilnya harus bagus ya" bisik Alveen ke mama nya.

Mobil Alveen berhenti di parkiran SMA Gemilang. Ia melihat sekitar. Sudah ramai.

Alveen melangkahkan kaki nya menyusuri koridor yang nampak ramai, tiba tiba..

"ALVEEN ARASYA!" teriak seseorang memanggil namanya. Alveen pun berhenti lalu menoleh ke belakang.
Mengapa hari ini orang orang memanggil nama lengkapnya? Ck.

"Ada apa Ibu Juneiti yang terhormat" Alveen memutar bola matanya malas.

"Pake nanya lagi! Kamu tau gak-"

Sebuah HarapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang