Sesuai apa yang diucapkan mama dan papanya kemarin, hari ini, Freya dan Cila pindah ke panti.
Dan suatu saat nanti apabila mama dan papanya menyuruh Freya untuk kembali pulang, Freya akan memikirkannya lebih banyak.
Sekarang ia dibuang, lalu kenapa ia akan diambil lagi? Untuk apa?Freya menyeret koper nya memasuki panti yang sempat ia kunjungi.
Disana terlihat Nda dan anak panti menyambut kedatangan mereka.
Ah, Freya melupakan Sean. Kemana bocah itu? Sean tak ada disana.Freya menyalami Nda, entah kenapa hati nya berdesir ketika melihat senyuman tulus dari Nda, ia juga menangis. Entah karena apa.
"Saya titip mereka ya, Nda" ucap mama Freya.
Nda hanya mengangguk sambil tersenyum.
Setelah mengatakan itu, mama dan papa Freya pergi. Tanpa mengucapkan kata perpisahan ke Freya dan Cila. Menyedihkan."Ayo, Nda antar ke kamar kamu" ucap Nda.
Freya melangkah mengikuti Nda dari belakang, terlalu banyak lorong di panti ini. Mereka berhenti didepan sebuah pintu berwarna putih gading.
Nda membuka kunci pintu lalu masuk diikuti Freya yang berusaha menarik koper besarnya."Ini kamar kamu selama kamu tinggal disini, kalau ada apa apa di depan kamar kamu itu kamar nya Sean. Kamu boleh minta tolong dia" ucap Nda.
"Terimakasih, Nda. Bagaimana dengan Cila?" tanya Freya.
"Tak usah khawatir, Cila akan sekamar dengan teman teman nya. Ia akan lebih senang jika tinggal disini" ucap Nda sambil mengelus bahu Freya.
"Baiklah, terimakasih karena sudah berbaik hati kepada kami" ucap Freya tersenyum.
Nda hanya membalas senyum tipis lalu keluar dari kamar.
Freya mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Kamar berukuran sedang yang bernuansa putih.
Kasur dikamar ini tak seluas kasur dikamar nya. Namun, ini cukup.Freya segera membereskan pakaian dan barang barangnya.
Setelah selesai, ia duduk ditepi kasur memandang kearah jendela.
Untungnya kamar Freya view nya bagus, menghadap kearah kebun bunga yang Freya kagumi keindahannya.Udara nya juga sejuk, mungkin karena banyak pepohonan disekeliling panti ini. Mungkin, ia akan betah tinggal disini.
Ah, tapi mengapa harus ada Sean? Bagaimana ia bisa tenang jika harus berurusan dengan makhluk seperti Sean.Tokk tokk
Freya menoleh ke pintu lalu melihat Nda masuk membawakan roti dan susu.
"Ini, kamu makan. Memangnya tadi sempat sarapan sebelum kesini?" ucap Nda.
Freya melupakan lambungnya. Maaf ya lambung, batin Freya.
Freya mengambil alih makanan yang ada di nampan lalu ia makan.
Nda tersenyum melihat Freya makan lahap, walaupun hanya roti tawar dengan selai kacang."Nda, seandainya aku betah disini. Apa boleh aku menetap disini?" tanya Freya.
Nda terkejut dengan pertanyaan Freya.
"Bo-boleh, ta-ta-tapikan kamu punya rumah, punya keluarga" ucap Nda.
Freya tersenyum kecut "Aku lebih menganggap anggota panti ini sebagai keluargaku"
"Jangan sedih, ada Nda disini. Nda akan selalu ada buat kamu, nak" ucap Nda memeluk Freya dari samping.
Ntah mengapa, hati Freya bergetar. Jadi ini pelukan tulus dari seorang ibu? Freya tersenyum lalu memejamkan matanya. Menikmati hangat nya pelukan seorang ibu.
Setelah Nda keluar, Freya langsung mengganti baju nya. Ia ingin menemani Reva di cafe nya.
Freya berjalan menuruni tangga dengan bersenandung kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Harap
Teen Fiction"Feer, gue gak bisa ngerubah alur yang sudah dibuat. Tapi, mungkin gue bisa ngerubah tokohnya" ujar Alveen. "Aku udah bilang, jangan panggil aku dengan panggilan itu! Itu hanya berlaku untuk orang terdekatku" balas Freya. "Lo lupa? Sekarang, kita...