Hari minggu.
Hari kebahagiaan.
Tapi, tidak untuk Freya. Freya harus memikirkan nasib nya dan Cila. Bisa saja mama nya tidak akan pernah menjemput mereka lagi di panti. Siapa peduli?"Kenapa harus ngelamun lagi?" tanya Sean yang tiba-tiba muncul.
Freya sedang duduk di halaman panti sambil menikmati pudding bikinan Nda "Siapa yang ngelamun? Orang lagi makan pudding kok"
"Kalo lo lupa, pudding lo udah habis tuh" ucap Sean.
"Tapi tadi masih kok" ucap Freya kikuk.
"Mau ikut?" tanya Sean.
"Eh. Nawarin aku?" Freya malah balik nanya.
"Nawarin pudding. Ya jelas lo lah" ucap Sean.
"Kemana?" tanya Freya.
"Tempat yang bikin lo gak ngelamun lagi" ucap Sean langsung berbalik.
"Tunggu!" ucap Freya.
Sean mengangkat sebelah alisnya.
"Ajak Cila ya? Please" ucap Freya dengan puppy eyes nya.
Sean hanya mengangguk lalu berjalan.
"Kita mau kemana sih, Kak?" tanya Cila.
Freya menggelengkan kepalanya membuat Sean mengumpat didalam hati. Dasar bodoh, kenapa polos banget sih. Nanti kalo dia diajak sama orang jahat gimana? Batin Sean.
"Turun!" ucap Sean setelah beberapa jam menempuh perjalanan yang amat sangat membosankan.
"Kok kita ke taman bermain sih? Aku bukan anak kecil lagi loh" ucap Freya.
Sean mengabaikan Freya lalu menggendong Cila "Yuk kita main. Cila mau main apa?" tanya Sean.
"Yang itu kak!" ucap Cila sambil menunjuk trampolin.
Freya malu. Ternyata ini untuk Cila, bukan untuknya. Dasar Sean!
Sean duduk di pinggir taman melihat Cila yang sedang asik bermain."Sean, katanya kamu ngajak ketempat yang bikin aku gak ngelamun lagi. Mana?" tanya Freya.
"Disini gue jamin lo gak bakal ngelamun. Karena gue denger denger sih taman ini ada penghuni nya" jawab Sean.
Freya bergedik ngeri lalu memandang sekitar. Terdapat banyak pohon menjulang tinggi di pinggir taman, rumput liar juga ada disana. Freya meneguk ludahnya susah payah. Bagaimana jika ia diganggu makhluk tak kasat mata?
"Lo takut?" tanya Sean membuyarkan pikiran Freya.
"Eng-gak. Masa kayak gini takut sih" jawab Freya.
"Kak Feer"
"Aaaaaaaaaaa" jerit Freya sambil menutup wajahnya.
"Ini Cila, kak!" ucap Cila.
Freya membuka matanya dan benar saja, itu Cila. Penampilan nya sangat tidak rapih, rambut Cila yang berantakan hampir menutupi seluruh wajahnya ditambah ia mengenakan dress putih polos lengan panjang.
Sean tertawa terbahak-bahak.
Baru kali ini Freya melihat Sean tertawa seperti itu. Menertawakan dirinya."Katanya sih gak takut" sindir Sean.
Freya mengerucutkan bibir nya, sebal.
"Kenapa rambut kamu jadi gini sih? Kakak kaget tau" ucap Freya.
"Abisnya angin nya kenceng sih" jawab Cila.
Freya merapihkan rambut Cila.
"Cila udahan?" tanya Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Harap
Teen Fiction"Feer, gue gak bisa ngerubah alur yang sudah dibuat. Tapi, mungkin gue bisa ngerubah tokohnya" ujar Alveen. "Aku udah bilang, jangan panggil aku dengan panggilan itu! Itu hanya berlaku untuk orang terdekatku" balas Freya. "Lo lupa? Sekarang, kita...