Hari senin, siapa yang menyukai hari senin? Tak ada satupun siswa SMA Gemilang yang menyukai hari senin.
Pasalnya, mereka harus melaksanakan upacara yang sangat membosankan, panas-panasan, razia rambut dan sebagainya.
Apalagi untuk kelas 11 ips 4 , pelajaran pertama mereka yaitu matematika. Siapa yang suka?"Sumpah ya, rasanya gue pengen kabur aja sekarang" ucap Vano.
"Jangan belagu, lo aja gak bisa lari" ejek Kojay.
"Pagi semua" sapa Freya sambil tersenyum memasuki kelas.
"Pagi bidadari surgaku" balas Kojay.
"Lo masih bisa senyum, Fre?" tanya Vano.
Freya menatap Vano bingung "Emangnya kenapa?"
"Hari ini tuh kita upacara, abis gitu pelajaran matematika, terus pelajaran nya Bu Juneiti. Gila gila gakuat gue" ucap Vano.
"Semangat! Kalo kalian lemah dan ngeluh kaya gini, kalian bakal direndahin sama orang nantinya" ucap Freya tersenyum.
Tak lama kemudian bel pun berbunyi, para siswa pun berjalan malas menuju lapangan utama.
"Ayo, Feer. Buruan! Nanti kita di hukum" ucap Reva.
"Kamu duluan aja deh, kayaknya topi nya nyelip deh" ucap Freya.
"Gak, aku nungguin kamu" balas Reva.
"Rev, seenggaknya kita gak dihukum berdua, aku gak apa kok. Cepat sana!" ucap Freya.
"Yaudah deh, kamu buruan ya, daah" ucap Reva.
Freya menghela nafas, ia harus ke koperasi sekolah untuk membeli topi, itu satu-satu nya jalan.
Freya berjalan keluar kelas."Eh-" Freya berhenti melangkah.
"Pake aja topi nya, gue lagi males belajar, bye" ucap Alveen.
Freya memandang punggung Alveen yang mulai menjauh, ia menuju ke arah rooftop. Freya segera berlari menuju lapangan dan masuk ke barisan kelasnya.
"Itu topi Alveen?" tanya Kojay.
"Kok kamu tau?" Freya menanya balik.
"Itu ada namanya, liat dulu makanya kalo mau pake" balas Kojay.
Freya melepaskan topi yang ia kenakan lalu membelalak, ada tulisan ALVEEN GANTENG memakai tipe-x.
Freya malu, sangat malu. Tulisannya memang tidak besar, namun tetap bisa dibaca dengan jelas dari jarak yang lumayan jauh.Freya menunduk, berharap tak ada yang membaca tulisan di topi yang sedang ia pakai saat ini.
"Kamu! Yang sedang menunduk!" teriak Bu June.
Freya mendongak sambil menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya.
"Iya kamu! Maju!" lanjutnya.
Freya meneguk ludahnya susah payah. Banyak pasang mata yang melihat ke arah nya, Reva pun menarik-narik seragamnya dari belakang. Freya melangkahkan kaki nya gemetar ke depan, menghadap para guru yang berjejer.
"Dimana bocah tengil itu?" tanya bu June.
"Siapa? Saya gak tau, Bu" ucap Freya.
"Siapa lagi kalau bukan Alveen" balas Bu June.
"Hah? Saya gak tau, Bu"
"Bohong! Kamu memakai topi nya tapi kamu gak tau dia dimana?" ucap Bu June.
Freya menunduk, jari nya meremas ujung baju seragamnya.
"SAYA DISINI BU! JANGAN MARAHIN DIA" teriak Alveen dari atas atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Harap
Teen Fiction"Feer, gue gak bisa ngerubah alur yang sudah dibuat. Tapi, mungkin gue bisa ngerubah tokohnya" ujar Alveen. "Aku udah bilang, jangan panggil aku dengan panggilan itu! Itu hanya berlaku untuk orang terdekatku" balas Freya. "Lo lupa? Sekarang, kita...