Lo di mana, Al?
Alyssa Pradipta Cempaka menggeram membaca pesan singkat via BlackBerry Messenger─singkatnya BBM─yang masuk ke ponselnya tersebut. Alyssa kesal bukan main. Bagaimana tidak? Seseorang yang mengirimkan pesan itu baru saja berpapasan dengannya, tak sampai lima belas menit lalu saat Alyssa hendak memasuki kelas. Bahkan, seseorang itu tersenyum lebar dan jelas-jelas menatap Alyssa, sebelum dia ikut menghilang masuk ke dalam kelas yang sialnya berada tepat di samping kelas Alyssa. Bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi, tapi memang biasanya seperti ini, kan? Tak tahu apa yang mereka lakukan, sepertinya guru-guru itu sibuk melakukan pemanasan di ruang guru sebelum turun langsung ke medan tempur yang sesungguhnya, menghadapi para generasi muda dengan pemikiran kolot dan bahkan jauh lebih dewasa daripada mereka yang sudah puluhan tahun berada di dunia.
Cewek berambut kecokelatan panjang itu sedikit terlonjak begitu mendengar namanya disebut, bersamaan dengan datangnya salah satu teman sekelas di dekat mejanya yang berada tepat di barisan paling belakang dan duduk seorang diri sejak semester awal.
"Al, kata Elang baca BBM dan balas gak pake lama." Ridwan berujar begitu saja dan duduk kembali ke kursinya yang berada dua baris di depan Alyssa.
Alyssa memutar bola matanya dan beralih menatap ponsel tebalnya kembali. Dia membaca ulang pesan dari cowok kelas sebelah yang bernama Elang Devara Septian atau sering dipanggil Elang oleh yang lain meskipun, beberapa teman dekatnya memanggil Elang dengan sebutan Big Baby. Tapi panggilan itu cocok untuknya karena memang begitulah Elang. Si bayi besar yang super manja dan jangan tanyakan Alyssa apakah dia beruntung atau sial untuk menerima perasaan bayi besar itu.
Sampai detik ini, sejujurnya Alyssa masih harus menahan malu tatkala melewati lorong sekolah yang dipenuhi dengan murid-murid yang tengah bergosip ria. Mereka pasti akan berhenti bergosip─karena sadar objek gosipan mereka datang─dan menatap Alyssa dengan tatapan yang Alyssa tak sukai sampai Alyssa menghilang ke dalam kelas lalu, melanjutkan kegiatan bergosip mereka. Alyssa sudah menjadi objek utama para penggosip di sekolah sejak kejadian memalukan tiga hari lalu. Lebih tepatnya adalah hari Senin, tanggal 9 Agustus 2010.
Hari itu, setelah guru-guru meninggalkan lapangan upacara karena upacara yang telah selesai, si komandan upacara yang saat itu adalah Elang, tiba-tiba berbicara dengan suara lantang, masih membariskan siswa-siswa di lapangan dengan rapih meskipun, ada beberapa yang sudah tak tahan di lapangan dan memilih untuk pergi ke kelas ataupun menepi di taman sekolah. Tapi tetap saja, suara Elang cukup lantang untuk membuat semua mata menatapnya, ditambah lagi dengan postur tubuh tinggi dan wajah tampan yang mematikan. Tak heran jika hampir semua siswa memilih untuk menjadikan si komandan upacara pusat perhatian.
"Yang namanya gue panggil, harap ke depan. Ini perintah dari komandan upacara dan gue belum membubarkan barisan." begitu ujarnya, dengan mata elang yang terus membidik sasaran hingga dia berhasil menemukan sasaran, dia tersenyum miring dan lanjut berbicara, kala itu memanggil satu nama dengan cukup keras.
"Alyssa Pradipta Cempaka, silahkan maju ke depan."
Saat itu, Alyssa kehilangan akal dan benar-benar dibuat seperti orang bodoh yang menuruti perintah cowok itu. Tapi begitulah Alyssa. Alyssa benci saat harus menjadi pusat perhatian. Dia selalu membutuhkan privasi berlebih dan setiap menjadi pusat perhatian, jantungnya akan berdebar tak normal dan dia tak dapat berpikir jernih, memilih untuk pasrah akan apa yang terjadi selanjutnya.
Alyssa melangkah dan sampai di depan Elang yang tak mengalihkan tatapannya sedikitpun dari Alyssa. Alyssa menundukkan kepala, keringat dingin mulai ke luar dari pori-pori kulitnya. Dia benci ini, sungguh. Alyssa benci harus menjadi pusat perhatian. Rasanya, dia ingin segera berlari menjauh, masuk ke dalam kamar dan tak ke luar dari sana dalam waktu yang tak sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDO
General FictionElang menyukai Alyssa dan rela melakukan apapun untuk cewek itu meskipun, hati Alyssa sulit berubah haluan. Hatinya masih dikuasai seorang cowok yang bahkan melihatnya saja tidak atau lebih dikenal dengan nama Irsyad.