16 : Bela

577 144 7
                                    

Alyssa pikir, dia akan sangat terlambat mengikuti English Club, tapi sesampainya di kelas Rayhan, Alyssa tak mendapati siapapun anggota English Club yang dikenalinya, kecuali Rayhan. Rayhan tampak duduk di kursi barisan terdepan, paling ujung kanan dengan tangan yang memegang sebuah buku tebal.

"Kak Ray." Alyssa menyapa, menghentikan langkah kakinya di depan pintu ruang kelas Rayhan.

Rayhan yang semula terlihat fokus pada buku yang tengah dibacanya menoleh, senyuman di bibirnya mengembang. Dia menutup buku dan bangkit berdiri. "Akhirnya, lo dateng juga."

Alyssa menghela napas dan melangkah memasuki ruang kelas. "Yang lain di mana?" Alyssa bertanya, seraya meletakkan tasnya di atas meja.

"Gue udah chat di grup, tapi belum ada yang respon."

"Pak Imron-nya?"

"Dia lagi ngawasin remedial kelas XI IPS 3. Jadi, mungkin agak terlambat." Rayhan menjawab singkat.

"Kalau begitu, gue ikut rapat OSIS dulu kali, ya? Nanti kalau Pak Imron dateng, telepon atau SMS gue aja, ya, Kak?" Alyssa bangkit berdiri, hendak melangkah pergi, namun suara Rayhan membuat cewek itu berhenti, menoleh menatap Kakak Kelasnya tersebut.

"Lo beneran jadian sama Elang, Al?"

Satu alis Alyssa terangkat. "Kenapa?"

Rayhan melangkah mendekati Alyssa dan sebisa mungkin Alyssa tetap tenang meskipun, ingin rasanya dia berlari kabur dari ruangan ini. Alyssa benci berada di ruangan bersama seseorang yang sudah tak dipercayainya lagi.

"Lo tahu, kan, pergaulan si Elang kayak gimana? Lo tahu, kan, teman-temannya dia siapa? Lo masih mau pacaran sama orang kayak gitu?"

Alyssa sempat mendengar gonjang-ganjing tentang Elang, memang. Tentang pergaulan Elang yang teramat bebas. Katanya, Elang suka menghabiskan malam di kelab malam, bersama kedua sahabatnya yang sudah sangat terlihat jelas sebagai cowok nakal. Elang merokok dan lihat saja motor yang Elang gunakan. Bukankah itu motor yang seringkali digunakan para pembalap liar? Alyssa tahu hal itu, tapi Alyssa belum mempercayainya. Kecuali fakta jika Elang merokok.

"Kalau lo belum tahu, gue jelasin, ya? Elang itu temenan sama Zico yang lo tahu sendiri punya hobi aneh mainin perasaan cewek. Terus Ricky. Lo tahu juga, kan, kalau Ricky pernah kena skorsing gara-gara ikut tawuran? Pergaulan Elang itu gak baik, teman-temannya juga gak baik."

Alyssa menghela napas. "Kak Ray cuma kasih tahu kejelekan teman-temannya Elang, bukan Elang-nya." Alyssa melipat tangan di depan dada. "Kalau teman-temannya Elang gak baik, emang boleh menyematkan gelar gak baik itu juga ke Elang?"

"Elang perokok." Rayhan berujar cepat.

Alyssa mengangguk. "Udah tahu."

Satu alis Rayhan terangkat. "Dan lo masih suka sama dia?"

"Emang kenapa dia perokok? Seenggaknya, dia gak pernah ngerokok di hadapan aku. It's fine. Itu pilihan hidupnya."

Rayhan memicing sebelum melipat tangan di depan dada. "I am trying to save you from him. Tapi lo sekarang malah natap gue dengan tatapan menghakimi kayak gitu. Jadi, tipe cowok lo yang kayak Elang? Cowok gak bener dan cuma bisa tebar pesona sama setiap orang? Otak lo udah diracunin sama dia, ya?"

Seperti baru saja tersulut api, Alyssa menatap tajam Rayhan. "You need to see your own reflection in the mirror and stop judging Elang when you know nothing about him."

"Tuh, kan. Lo emang udah diracunin sama si Elang, kan? Lo nyia-nyian orang yang udah bener-bener sayang sama lo, buat orang gak bener kayak Elang? Gue gak nyangka. Sebegitu bodohnya lo."

UNDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang