14 : Kencan Kedua

672 141 11
                                    

Hari ini hari Sabtu dan Alyssa akan memilih bertahan di rumah seharian andai saja Mama dan Papa-nya tidak berangkat untuk menghadiri arisan keluarga. Alyssa malas ikut acara seperti itu karena Alyssa paling anti menjawab pertanyaan saudaranya yang benar-benar tak penting, apalagi meminta Alyssa untuk mempunyai pacar. Sangat aneh bukan orangtua jaman sekarang? Jika orangtua jaman dulu mendesak sang anak untuk menyelesaikan sekolah, saudara-saudara Alyssa kebalikannya.

Karena Alyssa bosan tak melakukan apa-apa di rumah, Alyssa memutuskan untuk pergi ke luar. Rumahnya ke toko buku hanya satu kali naik angkutan umum dan menempuh kurang dari tiga puluh menit perjalanan. Alyssa sudah menghubungi Yeslin untuk menemani, tapi cewek itu menolak dengan alasan ingin pergi berkencan dengan pacarnya yang tak jelas.

Mungkin, Alyssa akan menghabiskan hari Sabtu kelabunya seorang diri di toko buku, membaca satu buku seharian penuh sehingga dia tak perlu membeli buku itu lagi, seperti yang biasa dia lakukan. Ya, semuanya bisa saja terjadi jika Alyssa tidak mengangkat panggilan masuk tiba-tiba dari Elang yang hanya bertanya Alyssa sedang apa dan di mana lalu, mengakhiri panggilan dan beberapa saat kemudian, Alyssa melihat cowok itu memasuki toko buku dengan cengiran khasnya.

"Lo itu kalau mau ke toko buku, telepon gue aja. Kan, nanti gue jemput biar ke sini-nya gak pake ongkos-ongkosan," Cowok itu mengomel sesampainya di hadapan Alyssa.

Alyssa mendengus dan beralih menatap tumpukan buku di hadapannya. "Gue gak pernah minta lo buat temenin gue. Lo-nya aja yang gak ada kerjaan, makanya nyusulin gue."

Elang terkekeh dan dia membantu Alyssa menarik buku cukup tebal dari tumpukan buku. "Kan, kita bisa sekalian kencan sambil nyari buku yang lo mau, Al."

Alyssa memutar bola mata dan mulai membaca bagian belakang buku yang menampilkan sinopsis buku. Elang hanya berdiri, mulai memperhatikan penampilan Alyssa yang sangat berbeda dari saat dia di sekolah dan Elang baru sadar. Ini kali pertama dia melihat Alyssa di hari libur. Mereka selalu bertemu di sekolah, mengenakan seragam sekolah. Hari ini, Alyssa padahal hanya mengenakan sweater ungu dan celana jeans. Rasanya tetap saja berbeda, Alyssa terlihat lebih cantik dengan pakaian bebas seperti ini.

"Kita ngapain di sini, Al?" tanya Elang saat Alyssa baru ingin mulai membaca buku yang ada di tangannya, karangan seorang penulis baru.

Alyssa mengernyitkan dahi. "Emang yang lo tahu, toko buku itu apa, sih?"

"Tempat terjadinya transaksi jual-beli buku." Elang menjawab cepat.

"Itu tahu." Alyssa berkata jutek.

Satu alis Elang terangkat. "Emang lo mau beli buku apaan?"

Alyssa menggeleng. "Enggak beli apa-apaan. Gue mau numpang baca doang."

Elang berdecak lalu, meraih paksa buku yang tengah Alyssa baca. Alyssa nyaris mengomel keras atas tindakan Elang yang sangat menyebalkan itu.

"Eh, gue lagi baca! Ah, elah! Lo ambil buku lain, kek!"

Untungnya Elang tinggi, saat dia mengangkat tinggi buku yang diambilnya dari Alyssa, Alyssa melompat berusaha mengambil, tapi Elang jauh lebih cerdik.

"El, sumpah! Itu seru banget! Gue mau lanjut baca! Lo cabut aja, deh, kalau cuma ganggu gue!"

Elang menurunkan buku itu sambil menghela napas. "Alyssa, toko buku adalah tempat terjadinya transaksi jual beli buku. Kalau lo mau baca buku, di perpustakaan atau di rumah."

Alyssa memicingkan mata dan akhirnya, berhasil menarik buku yang Elang rebut darinya. "Suka-suka gue, ya."

"Suka-suka gue juga kalau mau nemenin lo. Gak perlu ngusir atau apa."

UNDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang