Untuk pentas seni bulan November nanti, Elang benar-benar mencoba memberikan yang terbaik. Selama seminggu belakangan, cowok itu sibuk mondar-mandir berkoordinasi dengan siswa SMA 189 mengenai pelaksanaan. Tidak, Elang tidak hanya berkoordinasi dengan Daniza, tapi dengan siswa lain yang menjadi panitia mengingat Elang adalah ketua yang bertanggungjawab penuh atas kelangsungan acara. Sesuai janji, Elang tidak memasukkan nama Alyssa Pradipta Cempaka sebagai panitia acara.
Selama beberapa hari belakangan, Alyssa berusaha untuk tidak mengganggu Elang—maksudnya, Elang yang mengganggu dan Alyssa tak pernah tak bisa membiarkan gangguan Elang itu—dan lagipula, Elang sangat sibuk. Jika sebelum kepanitiaan itu terbentuk Elang seperti punya rutinitas untuk mengirimkan ping beruntut di malam hari atau datang di jam istirahat untuk mengganggu Alyssa yang sedang makan, tiga hari belakangan Elang tak melakukan kegiatannya itu. Tidak hanya itu, Alyssa benar-benar jarang melihat Elang padahal, kelasnya berada tepat di samping kelas Alyssa.
Siang ini adalah kali pertama lagi Elang menghampiri Alyssa yang tengah memakan bekalnya di jam istirahat pertama. Alyssa dapat melihat kantung mata Elang yang cukup tebal, serta penampilan yang semrawutan. Tak seperti Elang yang biasa dia lihat dan Alyssa tak akan heran jika dia mengakui penampilannya menjadi buruk karena terlalu asyik dengan persiapan kegiatan pentas seni. Well, setidaknya dia menghabiskan banyak waktu dengan cewek secantik Daniza, bukan?
Sampai di kelas Alyssa juga Elang hanya duduk di depan kursi yang Alyssa duduki dan membaringkan kepala di atas meja Alyssa, setelah tersenyum dan menyapa singkat. Alyssa menghela napas melihat cowok yang menggeletakkan kepala di atas mejanya.
"Lo gak makan?" tanya Alyssa, tahu jika Elang pasti tidak tertidur.
Elang menggeleng. "Enggak laper. Gue lagi diet."
Alyssa mendengus. "Lo diet apa, sih? Badan udah seceking itu masih mau diet?" Alyssa menatap kotak bekalnya yang masih terisi. Hari ini, Alyssa membawa jajanan pasar yang dibeli Mama kemarin malam, seperti lemper dan kue sus.
"Belum laper." Elang menjawab singkat.
Alyssa menghela napas. "Bangun sekarang. Nih, bantuin gue habisin bekal. Lo emang sengaja ke sini buat gangguin gue makan, kan?"
Perkataan Alyssa membuat Elang mengangkat kepala. Elang nyengir dengan satu tangan yang mengambil satu lemper di kotak bekal Alyssa. "Lo juga ngatain gue ceking, tapi bawa bekal gak pernah makanan berat. Ini, mah, cemilan namanya." Elang membuka daun yang membungkus lemper dan langsung memakannya dengan lahap.
"Ngejek, tapi dimakan juga," sindir Alyssa.
"Kan, lo yang nyuruh." Elang berujar disela-sela makannya, "Your wish is my command, Baby."
Alyssa meringis. "Jijik, ya."
Elang selesai menghabiskan satu lemper dan menghela napas. "Lo itu cewek teraneh yang mungkin pernah ada. Gue lagi mau coba romantis, lo bilang jijik mulu."
"Ya, gue gak suka berarti."
Elang mendengus. "Terus lo maunya gue gimana?"
Alyssa mengedikkan bahu. "Ah, udahlah. Ini abisin. Gue udah kenyang." Alyssa mendorong sisa makanan di kotak bekalnya kepada Elang.
Elang menatap isi kotak itu sejenak sebelum mendorongnya kembali ke Alyssa. "Lo baru makan dikit, Al. Satu lagi, kek. Gue juga gak yakin bakal habisin sendiri."
"Gak nafsu makan begituan," Alyssa menjawab singkat.
"Terus nafsunya makan apa?"
Alyssa menggeleng. "Gak nafsu makan."
Elang menghela napas lagi. "Jangan sering-sering makan ngikutin nafsu. Keseringan gak makan nanti. Lo, kan, begitu. Mood suka gak terkontrol dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDO
Ficción GeneralElang menyukai Alyssa dan rela melakukan apapun untuk cewek itu meskipun, hati Alyssa sulit berubah haluan. Hatinya masih dikuasai seorang cowok yang bahkan melihatnya saja tidak atau lebih dikenal dengan nama Irsyad.