24 : Maaf

565 128 17
                                    

Tidak ada perayaan hari jadi yang ketiga dan keempat bulan. Berlalu begitu saja padahal, Alyssa berharap akan adanya perayaan sederhana seperti bulan-bulan sebelumnya. Bukan benar-benar perayaan sebenarnya, hanya pengingat dan pengucapan harapan dari dasar hati. Tapi akhirnya, terlewatkan. Alyssa ingat, Elang sepertinya tidak.

Hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum liburan semester satu datang bersamaan dengan libur tahun baru dan juga Natal. Tak ada kegiatan berarti di sekolah, tapi Kepala Sekolah mengharuskan para siswa datang karena akan dihitung sebagai absen. Cukup hanya datang dan bertahan di sekolah sampai pukul dua siang, setelahnya dapat kembali ke rumah dan melaksanakan liburan semester satu sesuai rencana.

"Al, ditinggal sendiri di kelas gak apa-apa? Di lapangan ada pertandingan futsal kelasnya Elang sama kelas Kak Dito. Lo gak mau nonton?"

Seli bertanya dan Alyssa berpikir sejenak sebelum menjawab, berusaha seramah mungkin. "Duluan aja, Sel. Nanti gue nyusul. Tanggung. Bentar lagi selesai." Alyssa memang tengah membaca cepat buku novel yang dipinjamnya di perpustakaan.

"Lo putus, ya, Al, sama Elang?"

Pertanyaan tiba-tiba Seli membuat Alyssa terdiam. Seli menghela napas. "Sayang banget kalau putus, Al. Lo tahu sendiri Elang itu jadi kasanova sekolah bukan karena tampang doang. Dia berprestasi dan tahu gimana cara perlakuin wanita dengan baik. Toh, dia akrab banget sama Bunda-nya."

Alyssa tersenyum tipis melihat kecemasan di mata Seli. Alyssa memang tidak pernah menjelaskan dirinya secara panjang lebar kepada teman-temannya yang lain, selain Yeslin dan Laras, tapi Seli memang tipikal teman yang selalu peduli. Dia paling cerewet di kelas, tapi tak cerewet asal-asalan. Dia punya niat yang baik dan Alyssa selalu mengagumi pembawaan Seli.

Seli beralih menarik kursi di depan Alyssa sambil berkata memasang wajah serius. "Lo pernah denger kutipan gitu gak yang intinya, kalau cowok lo memperlakukan lo seperti putri raja, itu berarti dia dilahirkan dari sosok ratu."

Satu alis Alyssa terangkat dan cewek itu mengangguk. "Pernah."

Senyuman muncul di bibir Seli. "Makanya, lo itu beruntung banget dapetin Elang. Saran gue, mending dipertahanin dan dijaga baik-baik. Apalagi, lo tahu sendiri betapa populernya Elang. Dia napas aja, banyak yang megap-megap saking mempesonannya."

"Mereka aja yang lebay. Padahal, biasa aja."

Seli terkekeh geli. "Pantes Elang pacaran sama lo. Dari sekian banyak cewek yang megap-megap tiap deket Elang, lo doang yang tahan banting dan kebal dari pesonanya Elang." Seli bangkit berdiri dari kursi tempatnya duduk, "Gue ke luar duluan, ya, Al."

Alyssa mengangguk kecil. Seli pun melangkah meninggalkan Alyssa sendiri di dalam kelas memikirkan ucapan Seli baik-baik. Jika di pikir-pikir, memang hanya Alyssa yang biasa saja melihat Elang, tidak seperti cewek-cewek lain di sekolah yang sangat kentara luluh pada pesona Elang. Jika Elang mau, dia tinggal menunjuk salah satu cewek dan cewek itu pasti jatuh dalam pelukannya. Tapi kenapa Elang malah memilih cewek seperti Alyssa?

Tiba-tiba Alyssa teringat ucapan Seli beberapa saat lalu jika saat ini kelas Elang tengah bertanding futsal bersama kelas Dito. Alyssa menarik napas dan memutuskan untuk bangkit dari kursi, menyaksikan pertandingan dari depan kelasnya di lantai tiga.

Tangan Alyssa terlipat di permukaan balkon kelasnya. Tatapannya tertuju pada kerumunan siswa yang tengah menonton beberapa siswa lain yang bermain futsal di lapangan. Mata Alyssa mencari hingga akhirnya dia menemukan sosok Elang yang tengah bermain sambil tersenyum kepada rekan timnya.

Ah, Alyssa baru sadar. Cowok itu memang sangat tampan dan saat dia tersenyum, seperti sekelilingnya bukan apa-apa dan dia adalah berlian yang bersinar terang, mencolok perhatian. Alyssa terus memperhatikan Elang sampai bola yang semula berada di kaki lawan, direbut oleh Elang dan teriakan bertambah heboh. Alyssa memicing, melihat ke sumber teriakan heboh itu.

UNDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang