Yeslin tak menjawab pertanyaan Alyssa kemarin hingga Alyssa memutuskan untuk pergi meninggalkan seseorang yang sudah hampir lima tahun belakangan mewarnai hidupnya, menjadi seseorang yang paling Alyssa percayai, seseorang yang tahu bagaimana sisi nyata seorang Alyssa Pradipta Cempaka, yang mungkin tak diketahui banyak orang.
Rasanya, Alyssa sudah tak lagi percaya akan yang dinamakan persahabatan. Pertama, persahabatannya dengan Laras harus musnah karena Laras tak pernah jujur tentang hubungannya dengan Irsyad, yang saat itu adalah seseorang yang paling Alyssa harapkan menjadi pasangan hidupnya. Lebih parahnya, saat Alyssa sudah tahu dan meminta konfirmasi, Laras malah terus-menerus mengelak sampai akhirnya, Alyssa memilih mengalah dan menyerah untuk menaruh harapan pada Irsyad.
Sekarang, sahabat satu-satunya yang Alyssa percaya tidak akan pernah berbohong dan mengkhianati Alyssa malah menyembunyikan fakta besar jika dia menyukai seseorang yang sekarang berstatus sebagai pacar Alyssa, menjadi pengagum rahasianya entah sejak kapan.
Seperti harus terjebak di masalah yang sama, peran yang sama, tapi dengan lawan main yang berbeda.
Alyssa tak mengerti apa kesalahan bodoh yang pernah dia buat sehingga Tuhan sangat senang memainkan emosi dan pikiran Alyssa pada hal-hal seperti ini.
Cewek berusia tujuh belas tahun itu menghela napas pasrah dan mulai membuka kotak bekal makanannya mengingat teman-teman sekelasnya sudah meninggalkan kelas sejak beberapa detik setelah bel tanda istirahat berbunyi. Dia baru ingin menyendok nasi goreng buatan sang Mama saat pintu kelas terbuka dan seseorang yang sedang tak ingin Alyssa temui memasuki kelas, penampilannya jauh lebih berantakan. Seperti seseorang yang habis menangis keras.
"Alyssa."
Alyssa memejamkan mata dan menutup kotak bekal makanannya begitu mendengar suara lesu tersebut. Mata cokelat gelapnya menatap sosok cewek yang entah masih berstatus sahabatnya atau tidak. Alyssa benar-benar kecewa pada Yeslin dan tak tahu bagaimana harus menghilangkan rasa kecewanya sekarang.
"Lo ngapain ke sini? Gue udah males ketemu sama lo." Alyssa berujar ketus.
Yeslin menahan napas dan matanya benar-benar berkaca-kaca. Dalam waktu dekat, mungkin akan luruh menjadi air mata. "Al, gue mau jelasin semuanya. Plis, denger sebentar. Gue mohon."
Alyssa menggeleng tegas. "Enggak. Gue gak mau."
"Al, plis. Gue emang suka sama Elang, tapi—,"
"Di mata gue sekarang, lo sama Laras sama aja, Yes. Udahlah. Gue capek batin berteman sama cewek-cewek kayak kalian."
"Al, dengerin gue sebentar, plis."
Yeslin menyatukan tangannya, memasang ekspresi yang benar-benar tersiksa dan memohon agar Alyssa mau mendengarkan semua penjelasannya. Alyssa memejamkan mata sekilas dan menggeleng. "Sori. Lo mau jelasin apapun, gue udah gak percaya lagi. Sekarang, lo terserah mau ngapain. Gue udah gak peduli lagi sama lo, sama Laras. Emang gue ditakdirin buat gak punya sahabat, kali, ya?" Alyssa terkekeh pedih.
Yeslin menahan napas. Air mata sudah jatuh di pipinya, tak tahu harus bagaimana untuk mengembalikan kepercayaan Alyssa padanya.
"Al, iya. Gue ngaku gue emang suka sama Elang jauh sebelum lo sama dia jadian. Tapi bukan berarti gue sama kayak Laras. Gue udah mundur buat dapetin Elang saat kalian udah resmi pacaran. Elang lebih pantas buat lo." Yeslin berujar dengan terisak.
Alyssa masih menatap sahabatnya itu datar. "Kenapa gak pernah bilang dari dulu? Lo yakin lo udah mundur saat lo sendiri bahkan kirim pesan ke Elang kalau lo nunggu gue sama Elang putus?"
Buru-buru Yeslin menggelengkan kepala. "Enggak, Al. Itu cuma bercanda. Lo gak baca obrolan-obrolan sebelumnya? Itu bercanda, sumpah. Setelah itu, gue gak ada berhubungan lagi sama Elang. Gue gak lagi temenan sama dia di BBM. Sumpah, Al. Gue gak bohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDO
General FictionElang menyukai Alyssa dan rela melakukan apapun untuk cewek itu meskipun, hati Alyssa sulit berubah haluan. Hatinya masih dikuasai seorang cowok yang bahkan melihatnya saja tidak atau lebih dikenal dengan nama Irsyad.