Part 13

3.4K 390 63
                                    

Taeyeon duduk di ruang tunggu kepolisian. Dia terus memainkan kakinya, tak sabar. Dia menemani Tiffany untuk memberikan keterangan kepada polisi. Untung saja, hari ini tak ada rapat atau pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan. Jadi, dia bisa menemani kekasihnya. Sekitar satu jam kemudian, Tiffany keluar dari ruangan pemeriksaan.

"Minumlah," Taeyeon memberikan sebotol air mineral kepada Tiffany.

"Terima kasih, Tae," Tiffany tersenyum meskipun sejujurnya ia merasa takut, pemeriksaan tadi membuatnya harus mengulang kembali memori malam itu.

"Apa kau baik-baik saja?" Taeyeon tahu, Tiffany tidak sedang baik-baik saja.

"Uhm... Aku hanya sedikit takut saat harus mengungkapkan teror waktu itu."

Grep!

Taeyeon membawa Tiffany ke pelukannya, "tenang saja, aku ada di sini dan akan selalu menjagamu."

"Gomawo, Tae," nyaman, hal itu yang dirasakan Tiffany. Gadis ini, berhasil menenangkannya dalam sekejap hanya dengan sebuah pelukan. Sungguh ajaib.

Setelah Tiffany sudah cukup tenang, Taeyeon melepas pelukannya, "sudah waktunya makan siang. Ayo, kita makan sebelum kembali ke kantor!"

Tiffany mengangguk, perutnya pun mengiyakan, "ayo, boss!"

Setelah makan di restoran kesukaan Tiffany, mereka kembali ke kantor dengan mobil Taeyeon.

"Tae, terima kasih sudah menraktirku hari ini," kata Tiffany, ia memegangi perutnya yang kekenyangan.

"Uhm, tak ada yang gratis di dunia ini,  Pany-ah," Taeyeon menyeringai, senang sekali bisa menggoda gadisnya itu.

Tiffany mengernyitkan dahinya, "maksudmu?"

"Kiseu?" Taeyeon memajukan bibirnya, memberi kode.

"Shireo!" tolak Tiffany, sungguh dia tak tahu kenapa kekasihnya yang bertampang bocah ini memiliki tingkat kemesuman yang tinggi.

"Sekali saja, Boo, please... Kiseu kiseu," bujuk Taeyeon, lengkap dengan puppy eyes-nya.

"Sigh... Baiklah, anggap saja ini bentuk terima kasihku padamu," Tiffany menyerah, tak tahan dengan rengekan Taeyeon.

Bibir mereka bersentuhan. Tiffany hanya berniat memberi ciuman singkat saja, tetapi dasar byuntae, Taeyeon menahannya. Terjadilah ciuman panas di antara keduanya.

"Hhh... Hhh... Hhh..." Keduanya terengah.

Pletak!

Tiffany menjitak kepala kekasihnya. Dia kesal karena Taeyeon memanfaatkan kesempatan. Lalu, dengan bodohnya dia justru terlarut dalam permainan kekasihnya.

"Aww! Kenapa memukulku? Sakit tahu," Taeyeon mengusap-usap kepalanya. Dia tak menyangka jika gadis feminim  itu punya kekuatan besar untuk memukul.

"Byuntae! Bagaimana jika ada orang kantor yang melihat?" Tiffany tak merasa bersalah. Menurutnya, Taeyeon sangat pantas mendapatkan sebuah jitakan.

"Biar saja mereka tahu! Biar tak ada yang berani mendekati kekasihku! Terutama si Minho itu!" ucap Taeyeon tak peduli.

Tiffany mengacak rambut Taeyeon, "aigooo... Kekasihku masih cemburu rupanya."

"Bagaimana aku tak cemburu? Dia selalu saja mengejarmu. Meskipun kau telah menolaknya, tetapi dia masih...

Chu!

Sebuah ciuman singkat membungkam Taeyeon. Tak seperti biasanya, otaknya seakan melambat. Dia tak terbiasa diserang secara mendadak.

Tiffany memegang pipi Taeyeon yang bersemu merah, menggemaskan, "TaeTae, aku hanya mencintaimu. You're the one and the only."

I Hate You, But... [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang