Part 18 (END)

4.3K 388 30
                                    

Setelah Tiffany pergi, perangai Taeyeon semakin memburuk. Dia memang dikenal sebagai orang bertangan besi, tetapi sekarang, Taeyeon semakin keterlaluan. Dia tak bisa melihat kesalahan sekecil pun. Dia akan marah besar jika ada sesuatu yang dirasanya kurang pas.

"Apa? Begini saja kau tak bisa menghitung, huh? Kau mau kupecat?" ancam Taeyeon kepada pegawainya.

"Ja-jangan, Miss Kim," pegawai itu berlutut, memohon agar tak dipecat.

"Banyak orang yang bersedia menggantikan posisimu. Jadi bekerjalah dengan benar! Kali ini, kau kumafkan," katanya sambil berlalu.

Tak hanya itu, Taeyeon pun lebih sering pergi ke klub malam. Di sana, dia akan menenggak beberapa gelas alkohol sampai dirinya tak sadarkan diri. Bagi Taeyeon, hanya itu yang bisa menjadi pelariannya.

"Pany-ah, aku mencintaimu," racau Taeyeon yang sudah kehilangan kesadarannya.

"Ternyata, kau masih memikirkan wanita jalang itu, huh?" Hanui memegang pipi Taeyeon. Sedari tadi, dia memang terus mengawasi Taeyeon.

"Pergi kau! Kau bukan Pany!" usir Taeyeon kasar.

Plak!

Hanui emosi. Dia tak suka Taeyeon-nya begini. Terus memikirkan orang lain selain dirinya. Dia harus mencari cara agar Taeyeon hanya melihat dirinya.

"Jika aku tak bisa memiliki hatimu, orang lain pun tak akan kubiarkan memilikimu, Kim Taeyeon!" jeritnya dalam hati. Apa pun, bagaimana pun caranya, Hanui sangat ingin memiliki Taeyeon seutuhnya.

Hanui membawa tubuh Taeyeon yang sudah lemah tak berdaya. Dia membawa Taeyeon ke salah satu flat miliknya. Di sana, dia membakar briket batu bara.

"Selamat tinggal kekasihku. Sekarang, tak ada lagi yang bisa memilikimu, kecuali aku! Kita akan menjadi satu, Kim," Hanui tertawa keras, seperti maniak.

Hanui berbaring di samping Taeyeon. Dia bersiap untuk menjemput ajalnya.  Dia akan mati bersama dengan orang yang dicintainya.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Entah ada keajaiban dari mana, Taeyeon justru tersadar dari mabuknya. Namun, dia sudah di dalam sebuah rumah dengan kepulan asap. Taeyeon segera mendial nomor darurat.

"To-tolong a-aku!" nafas Taeyeon terasa sesak. "To-tolong!" Taeyeon memegangi dadanya yang semakin sesak. Mungkin ini adalah akhir dari kehidupannya. Dia akan berakhir dengan menyedihkan.

***

Tiffany tak pernah berpikir akan kembali ke Korea secepat ini. Dia pikir, akan butuh waktu bertahun-tahun agar ia bisa menginjakkan kaki lagi di sini. Namun, lihatlah dia sekarang, tak sampai satu tahun, gadis Korea-Amerika itu sudah ada di Korea.

"Jessie!" Tiffany segera memeluk sahabatnya itu. Dia rindu. Jessica adalah orang nomor dua yang paling dia rindukan. Nomor satunya? Kalian tentu tahu siapa.

"Kau terlihat lebih gemuk, Tiff," ledek Jessica. Dia hanya senang Tiffany terlihat lebih ceria sekarang. Sangat berbeda jika dibandingkan beberapa bulan lalu saat dia mengantarnya ke bandara.

Tiffany hanya mengerlingkan matanya. Dia tahu Jessica tak sungguh-sungguh, "aku tak mau menyaingimu, Jess," ucapnya tak mau kalah. "Ngomong-ngomong, di mana Yul?" tanya Tiffany. Matanya mencari sosok hitam manis itu, tetapi hasilnya nihil.

Dia sedang ada jadwal pemotretan. Jadi, dia tak bisa menjemputmu," jawab Jessica. Dia membantu membawakan barang milik Tiffany.

Mengapa Tiffany kembali ke Korea? Apa karena mantan kekasihnya? Bukan. Dia tak semengenaskan itu. Alasannya kembali adalah Jessica. Yeoja itu akan segera bertunangan dengan Yuri. Sebagai sahabat yang baik, Tiffany tentu datang. Walaupun Jessica sudah berkata padanya tak apa jika dia memilih tak datang. Jessica sangat mengerti bagaimana perasaan Tiffany jika harus kembali ke Korea.

I Hate You, But... [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang