Lihatlah dia! Berdiri di depan sana, dengan gaya sok kalemnya.
Sebuah bolpoin dia gunakan untuk menunjuk papan, dengan suara diketuk-ketuk. Membuatku ingin merebut benda itu, lalu melemparkan ke wajahnya. Tepat, mengenai hidung bangirnya.
Setiap suara yang terlontar dari mulutnya, ingin sekali menyumpalnya dengan tisu lalu menoyorkan kepalanya. Seraya berucap, "Dasar! Dosen sok pinter, sok cool, sok baik, sok spesial, sok--"
"Alena?"
Aku terkesiap. "Ya, Pak."
"Ada yang kurang kamu mengerti?"
"Tidak. Saya mengerti."
Lelaki berkaca mata itu malah berjalan mendekatiku. Suara derap sepatu mendominasi ruang kelas seiring detak jantung yang bertalu tak menentu. Dia berhenti, tepat di sampingku. Mencondongkan separuh tubuhnya, lalu berbisik, "Jangan terus menatapku seperti itu, aku bisa mati berdiri."
Terdengar suara deheman dari berbagai arah.
"Kita jomlo nih, Pak. Jangan bikin baper berjamaah, dong!" celetuk seorang mahasiswa.
Ger, semua yang berada di kelas tertawa. Lalu dia? Tersenyum dengan satu sudut bibir yang terangkat. "Baiklah, maaf. Kita lanjutkan pembahasannya," ucapnya santai setelah berjalan menjauhiku.
Aku menatapnya dengan wajah memberenggut. Oh, no! Wajah es balok itu ....
Dasar, dosen tengil!
***
"Alena!" Jihan menepuk lenganku yang masih sibuk membereskan buku ke dalam tas.
"Hmm, apa?" Aku bertanya malas.
"Jadi enggak?" bisiknya.
"Ya, jadilah. Tapi lo jangan berisik, entar--"
"Alena!"
Aku terenyak. Jihan menggigit bibirnya.
"Jihan, belum pulang?" Sosok itu semakin mendekat.
"Belum, Pak." Jihan meringis, menggaruk leher.
"Lalu kamu. Kenapa belum keluar dari kelas?" Kini dia beralih menatapku.
"Belum, masih beres-beres." Dengan gaya malas aku menjawab.
"Aku tunggu di mobil," ucapnya sambil berbalik, tapi sedetik kemudian dia berputar lagi. "Oya, Jihan. Jangan diajak ke mana-mana dulu, Alena masih dalam masa hukuman," lanjutnya dengan raut tenang.
Ya, ampun! Apa maunya dia?"Galak amat," tukas Jihan selepas lelaki berkemeja biru muda itu menghilang di balik pintu.
"Baru tau?" sungutku kesal.
"Hih, amit-amit, deh! Ganteng sih ganteng, kalau galak gitu, ogah gue!" Jihan bergidik.
Ah, dia menertawakan nasibku.
***
"Nyebelin banget, sih!" Aku duduk di jok mobil dengan kesal.
Lelaki di sampingku bergeming, masih fokus dengan buku tebal di tangannya.
Lihat, bahkan dia tak rela melewatkan waktu yang terbuang percuma hanya untuk menungguku. Aku menggerutu, memasang sabuk pengaman.
"Emang pada mau ke mana?" tanyanya tak acuh sambil menyimpan buku di dashboard lalu menyalakan mesin mobil.
"Bioskop!" ketusku.
"Hukuman kamu belum beres, jangan salahkan aku kalau hukumannya bertambah." Dia menatapku, bisa kulihat dari ekor mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSENKU TENGIL (END @Webnovel)
ChickLitMenikah dengan Dosen yang notabene ... ter-most di kampus! . . . . . Hati-hati! Cerita ini mengandung kelebayan tingkat tinggi 😑 Cover by @AdeleMoon ⚠ SUDAH DIHAPUS BEBERAPA BAGIAN, UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. TINGKYU. 🙏 KETCUP TAK TERHING...