Arthur pulang ke Jerman mengunjungi Trisa dan bayinya, ya mereka sudah mempunyai si kecil Eldrich, bayi laki-laki tampan seperti Arthur. Rencananya Arthur akan melangsungkan pesta pernikahannya seminggu lagi dengan Trisa.
Nara setuju, Nara sangat merestui hubungan Arthur dan Trisa. Bagi Nara jika anaknya bahagia ia pun akan ikut bahagia.
Di Indonesia, Olivia terdiam sambil melamun, ia menghiraukan tangisan bayinya yang semakin menjadi. Olivia sakit hati. Ternyata ia hanya dimamfaatkan oleh Arthur, Dan ternyata Arthur adalah Kakak tiri Olivia.
Olivia ikut menangis, hatinya begitu sakit. Karma nyatanya datang pada dirinya, karena kesalahan Mamanya di masa lalu.
Olivia melirik anaknya, lalu ia mengusap air mata di pipinya. Tangannya terulur untuk menggendong sang buah hati ia dan Kakak tirinya.
"Cup.. Cup, jangan nangis sayang. Meskipun Papa kamu nggak ada disini, tapi percaya sama Mama, Mama selalu ada buat kamu. Mama akan kasih kamu nama, namanya Bagaskara Putra Mahesa. Semoga kamu nggak kayak Papa kamu," Oliv mengecup kening putra kecilnya lama.
...
Akhirnya Trisa dan Arthur melangsungkan pernikahan mereka, di Mesjid yang berada di Jerman. Arthur dan Trisa pun sudah resmi jadi sepasang suami istri sekarang.
Baozhang hadir dalam pesta pernikahan itu, tapi dari kejauhan. Ia tidak berani datang menemui mereka, cukup menatap wajah bahagia anaknya ia sudah cukup bagi Baozhang.
Chandra dan Windy tetap di Tiongkok, mereka kelimpungan mencari Olivia yang pergi hilang entah kemana. Tapi, akhirnya mereka mendapat kabar bahwa Olivia baik-baik saja mungkin akan pulang ke Tiongkok beberapa tahun lagi.
Olivia tengah menata hatinya yang hancur, menata agar tidak pecah lagi. Ia begitu kecewa, tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi. Ini adalah KARMA Mama-nya dulu.
Sedangkan Nara merasa bahagia, setidaknya di waktunya yang kian hari kian menua, ia bisa melihat para putranya berbahagia.
Setelah sekian lama, Nara berziarah ke makam Papi dan Maminya. Nara berjongkok di samping makam Papi dan Maminya yang bersebelahan.
Nara menabur bunga terlebih dahulu, lalu memanjatkan doa untuk mereka berdua, ditemani Suaminya, Ten. Nara menangis dalam doanya.
Ten memeluk Nara, untuk menguatkan istrinya itu. Nara mengusap Nisan kedua Orangtuanya bergantian.
"Papi.. hiks," Nara terdiam, berusaha meredam tangisnya yang akan segera pecah. "Ini Nara, Papi baik-baik ajakan? Papi bahagia kan sama Mami? Nar.. Hiks!"
Ten mengelus pundak Nara, Nara menagis di Dada Ten. "Hiks.."
"Makasih Pih, Nara sekarang bahagia. Makasih udah jadi Papi terhebat di Dunia untuk Nara. Makasih udah mau jadi Papi Nara, maaf kalo Nara suka buat Papi Kesel, Kecewa, Marah. Nara disini cuman mau bilang, Papi udah sukses didik Nara, dan Nara udah sukses didik anak-anak Nara."
Nara menghirup nafas sebentar, "suami Nara sekarang bukan Baozhang Pih, Suami Nara sahabat Nara sendiri. Ten Pih. Papi tau kan?" Nara menoleh dan menatap Ten sebentar.
"Inilah Akhir cerita Nara Pih, semoga Papi sama Mami bahagia. Tunggu Nara disana Pih, Mih."
Nara menabur lagu kelopak bunga yang tersisa di plastik ke makam Maminya. "Mami.. adalah Mami terhebat! Meskipun Nara belum pernah liat Mami hanya dari Foto tapi Nara merasakan kasih sayang Mami begitu besar. Mami adalah ibu terdebest yang pernah ada, Nara ingin seperti Mami, menyangi meskipun tidak terlihat, mencintai meskipun tak dirasakan oleh sentuhan. Mami adalah idola Nara.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Nara (Lalisa✔)
Fanfictionketika papi pergi semuanya seperti semula, mungkin agak berbeda. kehidupan gue sebagai anak yatim-piatu bisa dibilang menyedihkan dan bisa dibilang beruntung, entahlah gue juga pusing mikirin itu. Awal cerita baru dari kertas putih yang akan banyak...