Enjoy~~' Beijing🍃
Nara pov's.
Beijing.
Adalah kota kelahiran mantan suami gue, tempat dulu gue kuliah. Tempat yang jadi saksi gue dilamar dosen gue sendiri, tempat yang sangat istimewa, punya banyak sejarah yang akan terus gue ingat sampai gue menutup mata.
Dimana Baozhang dengan lantangnya ngelamar gue di tengah-tengah jalan Beijing yang ramai oleh para wisatawan ataupun warga lokal. Dia lelaki yang udah buat gue terbang, sampai akhirnya buat gue jatuh sejatuh-jatuhnya.
Dia yang udah kasih gue tiga putra yang kuat, tampan dan berwibawa. Yang bisa jagain gue, yang bisa jadi panutan adiknya.
Rasanya gak bakal habis jika gue cerita tentang Beijing yang sangat berarti buat hidup gue, Baozhang selalu jadi pria yang menempati hati gue, meskipun bukan yang utama lagi.
Gue berharap ketemu sama dia di hari ke-2 gue di Beijing. Ten, selalu bilang sama gue, jangan pernah membenci mantan sebrengsek apapun dia, karena dia yang memberi kita pengalaman agar jadi lebih baik lagi kedepannya. Ten adalah suami terbaik gue, Ayah yang baik untuk anak-anak gue. Meskipun dia bukan Ayah kandung, Arthur, Kenzo dan Zilo. Tapi Ten berperan selayaknya Ayah kandung. Dia sangat bertanggung jawab.
Terkandang gue berpikir, sedalam itu Ten cinta sama gue. Dia adalah Secret Admirer gue. Cowok dengan segala kesederhanaannya, cowok humoris yang selalu buat gue tertawa.
Ten, dia adalah tulang punggung gue yang sesungguhnya. Tulang punggung yang selalu menemani tulang rusuknya untuk membantu melupakan masa lalu.
Buatlah hidup ini simple, jadikan segala kejadian dalam hidup itu menjadi pelajaran berharga dalam hidupmu, untuk kedepannya.
🌙🌙🌙
"Mah, kira-kira tukang soto di Beijing ada gak ya?," tanya Zilo, ini anak gue heran dari kecil, suka banget ama soto.
"Gak ada! Jangan aneh-aneh Zilo. Mau Mama bilangin Ayah?!" Ancam Gue kesel.
Dia cuman cemberut, gue juga heran ama Zilo dia takut banget Ten marah, padahal si Ten gak pernah marah. Paling cuman diem sambil cemberut doang kalo lagi kesel.
Zilo cemberut dengan wajah yang kelewat judes. Dia melengos aja, sambil bawa Gadgetnya. Itu anak hape gak pernah ditinggal.
"Yaudah Zilo mau cari Baso aja!"
Gue tepuk jidat. "Apalagi Baso Zilo,"
"Ada, lah Mah. Di Tokped banyak." Ucapnya santai.
Antara pengen ngakak sama nangis, ini anak bloonnya kebangetan banget persaan ya, padahal pas gue ngandung dia gue cuman ngidam kelapa dikasih kecap airnya, sama Baso rasa Mangga doang.
"Cari ajalah kalo ada. Awas jangan ngamuk ke Mama kalo gak ada, udah sana. Mama mau mandi dulu," dia beranjak keluar dari kamar gue, memang di Beijing kita punya rumah, jadi gak perlu Check In Hotel segala.
Zilo nutup pintunya kencang, gue tersentak dan refleks elus dada. Emejing emang itu anak.
....
"Masa gue cari Baso di Shoppe gak ada. Katanya Online shop gimana sih, Tokped juga, payah nih ah!" Gerutu Zilo sembari mematikan layar Hapenya."Cari di Street Food Beijing ada kali ya, Soto, Baso, kerupuk ama sambel. Eh pecel Lele, Sate, apalagi ya? Sayur asem enak kali ya. Ah yaudah deh gue mau beli Sosis bakar aja." Cerocos Zilo.
Zilo membawa mobil BMW nya ke jalanan Ramai Beijing, matanya menoleh ke kiri kanan, malam yang ramai di Beijing.
Bisa disebut Zilo pulang kampung ke rumah Neneknya disini, selain ke Thailand tentunya.
Zilo turun ketika sudah sampai di tempat tujuan, mobilnya rapi terparkir di sisi jalan. Bersama mobil lainnya, mata Zilo langsung menatap para makanan itu dengan lapar.
Sesudah dapat satu makanan khas China yang dijual di situ, Zilo melangkah berjalan tak tahu kemana, pokoknya cari makan aja. Itu prinsip Zilo.
Dari kejauhan ia melihat seorang lelaki yang lumayan berumur yang sedang mendorong kursi roda, diatas kursi roda itu ada seorang lelaki muda yang sedang tersenyum senang.
Zilo mengamati wajah lelaki itu lekat, sepertinya ia kenal, tapi dimana? Entahlah mungkin mereka pernah bertemu.
Kursi roda itu agak menyenggol Zilo, refleks si Bapak itu meminta maaf.
"Duìbùqǐ, xiānshēng" (maaf pak) ucapnya sambil menunduk.
"Méiguānxì" (tidak apa-apa) balas Zilo.
Si bapak itu mengadah menatap Zilo, dan dia terdiam sejenak. "Nǐ huì shuō zhōngwén ma?"
(Apa anda bisa bahasa china?) Tanyanya pada Zilo.Zilo mengangguk. "Wǒ de fùqīn shì zhōngguó rén, dàn xiànzài tā yǐjīng líkāile. Wǒ xiǎoshíhòu fùmǔ líyìle." (Ayah saya orang china, tapi sekarang dia sudah pergi.Orangtua saya bercerai sewaktu saya kecil.) Kata Zilo sedikit curhat.
Si lelaki yang di kursi roda hanya diam, ia tau sebenarnya siapa orang yang disenggol ayahnya itu. Dari sang Mama.
"Kělián de háizi, nǐ yǐhòu zàijiànguò nǐ de fùqīn ma?" (anak yang malang, apa kau pernah bertemu dengan ayahmu lagi setelah itu?) Tanya si bapak itu.
"NO! Wǒ xiǎng tā. Wǒ xīwàng wǒ néng bào tā" (tidak! aku rindu dia. kuharap aku bisa memeluknya) ucap Zilo sendu.
Si bapak itu nampak kasihan, tangannya terulur mengelus pundak Zilo berusaha menguatkan Zilo. "Wǒ xīwàng nǐ néng hěn kuài jiàn dào nǐ de fùqīn" (aku harap kau cepat bertemu ayahmu)
Zilo mengangguk dan berterimakasih, Nara kelimpungan mencari Zilo. Dari arah kejauhan ia melihat anaknya sedang mengobrol dan yah kenapa Zilo begitu santai mengobrol dengannya?
Zilo sudah tau apa tidak?
"ZILO! BAOZHANG!" teriak Nara.
Mereka berdua menoleh. "Tā shì nǐ de mǔqīn ma?" (Apa dia ibumu?) Tanya Baozhang.
Zilo menggangguk.
.
Yo up ya. Minta voment aja😊
Oiya kalo mau lebih dekat sama saya juga boleh, bisa nih add saya di WA dan follow insta saya.Insta : silviyani_rhy11
WA : +62-812-9642-1570Regards
Silviyani_rahayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Nara (Lalisa✔)
Fiksi Penggemarketika papi pergi semuanya seperti semula, mungkin agak berbeda. kehidupan gue sebagai anak yatim-piatu bisa dibilang menyedihkan dan bisa dibilang beruntung, entahlah gue juga pusing mikirin itu. Awal cerita baru dari kertas putih yang akan banyak...