Arthur dan Kenzo sudah berada di dalam pesawat, Kenzo dan Arthur melakukan perjalanan dengan kelas bisnis. Tentunya Nara ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.
Di dalam kelas bisnis yang ditumpangi Arthur, sudah ada para Bodyguad dan orang kepercayaan Nara untuk mengurus anak-anaknya nanti saat di Berlin, Jerman.
Mr. Flo, orang kepercayaan Nara. Berusia 45 tahun, dan seorang abdi Papinya dulu. Tangan kanan Papinya untuk perusahaan yang di Jerman.
Pramugari mulai memberi Announcement Flight Attendant saat akan take-off.
Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Garuda Indonesia MD-90 dengan tujuan Berlin. Penerbangan ke Berlin akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 15 jam dan 45 menit, dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan air laut. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan Garuda Indonesia ini adalah tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada anda untuk menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama Garuda Indonesia kapten Anton dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama Garuda Indonesia. (Maaf kalo salah😅)
Arthur mulai bersiap untuk perjalanan panjangnya, Kenzo sedikit di bantu Bodyguad yang menemani mereka. Arthur menghela nafas lalu duduk tegak mengelus rambut adiknya yang berada di sebelahnya.
"Kita pergi untuk kembali, jangan sedih karena sesuatu yang akan pergi tidak pernah lupa jalan untuk pulang."
....
Nara sudah berada di mobil ferari hitamnya, jalanan ibu kota nampak lengang siang ini. Disebelahnya Zilo sudah pulas tertidur dengan mendekap boneka macan yang ia bawa.
Nara membawa sendiri mobil ini, hatinya tidak berhenti memanjatkan doa untuk keselamatan anak-anaknya. Baginya, tidak melulu tentang harta di sudah di hadapkan oleh masalah yang menimpanya kini, mungkin Nara bisa saja membuat Windy menjauhi Baozhang dengan kekayaannya. Tapi, itu bukan memacu adrenalin seorang Kim Nara namanya, bila memamfaatkan hartanya untuk mengusir Windy.
Ayolah. Ini juga bisa untuk pembelajaraan anak-anaknya. Selalu ada hikmah di setiap musibah yang terjadi kan?.
Itulah kenapa Nara melepas kedua anaknya untuk tinggal di Negeri orang. Jika saatnya tiba, mereka kembali untuk Nara, untuk kebahagian mereka.
Nara hanya ingin pulang sekarang, sudah seminggu Baozhang tidak tidur di kamarnya. Nara ikhlas, lagipula Baozhang sudah berubah sekarang.
Anak Nara pun bermarga Kim. Bukan Zhang, marga yang Baozhang sematkan untuk anak-anaknya.
Mobil sport itu pun masuk ke pelantaran luas rumah mewah tersebut, Nara membuka pintu mobilnya lalu berputar membuka pintu mobil sebelahnya. Menggendong tubuh mungil Zilo. Nara mengayunkan kakinya masuk kedalam rumah.
Disana Baozhang sudah duduk tenang di sofa ruang tamu. Tidak ada Windy dan anak-anaknya yang selalu menguntit kemanapun Baozhang pergi.
Nara menghela nafas, lalu berjalan lurus kearah tangga. "Arthur dan Kenzo sudah pergi?" Tanya Baozhang datar.
Nara menoleh, lalu mendengus. "Peduli apa kamu sama anak-anak kamu, yang lahir dari rahimku? Aku kira kamu bakal tenang aja. Eh ternyata nanyain juga" ucap Nara menyindir.
Baozhang bangun dari duduknya. Kakinya melangkah menghampiri Nara, saat sudah di depan Nara. Baozhang mengelus pucuk kepala Zilo dengan lembut.
"Bisa gak, sehari aja. Kita gak berantem terus?" Pinta Baozhang lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Nara (Lalisa✔)
Fanficketika papi pergi semuanya seperti semula, mungkin agak berbeda. kehidupan gue sebagai anak yatim-piatu bisa dibilang menyedihkan dan bisa dibilang beruntung, entahlah gue juga pusing mikirin itu. Awal cerita baru dari kertas putih yang akan banyak...