Semenjak kejadian Arthur mengantar Olivia dari Bandara, mereka menjadi dekat. Olivia dekat dengan rasa sukanya, Arthur dengan rasa bencinya.
Apalagi Trisa tengah hamil tiga bulan, dan itu adalah anak Arthur. Setiap harinya Arthur membuat Olivia mencintainya. Tapi, setiap harinya Arthur membenci sosok Olivia, terutama Windy.
Trisa masih tinggal di Jerman, dengan pengawasan ketat. Arthur ingin yang terbaik untuk kekasihnya. Dan juga calon anaknya.
...
Arthur duduk dengan tenang di salah satu sofa mahal, di Apartemen Olivia yang ada di Indonesia.
Jarinya sibuk membolak-balikan halaman majalah bisnis, raut wajahnya nampak serius. Olivia datang dari arah belakang Arthur, dengan mengendap-endap, ia menutup kedua mata Arthur dengan telapak tangannya.
Arthur berdecak dalam hati, agar Olivia tidak curiga Arthur memulai kembali Aktingnya sebagai kekasih yang baik. Arthur menoleh saat Olivia melepaskan telapak tanggannya.
Arthur tersenyum simpul, meletakkan majalah itu di meja. Olivia duduk di pangkuan Arthur. Senyum tidak pernah hilang di bibirnya.
"Tebak! Aku mau ngapain?" Kata Olivia, Arthur mati-matian menahan agar tidak mengeluarkan kebun binatang di ucapannya.
'Nafas lah goblok!' Batin Arthur kesal.
"Emang mau ngapain?" Nada suara Arthur di lembut-lembutkan, agar Olivia semakin menyayangi Arthur.
"Taraaa!" Olivia menunjukkan testpack di tangan kanannya kedepan Arthur, Arthur mengernyit heran.
"Aku hamil!" Ucap Olivia dengan senang.
Jedar! Jeder! Jedun! Langit gonjang ganjing, bintang kelap-kelip. Perasaan waktu malem mimpi tidur ama Mia Khalifa, kok jadi.... YAKALI GUA YANG HAMILIN SAT! -Arthur bi laik.
"Kamu... Hamil?" Kata Arthur meminta jawaban lagi.
"Ia yang. Ada anak kita disini," Olivia menuntun sebelah tangan Arthur kearah perutnya.
"Aku udah periksa ke dokter, katanya aku hamil dua bulan yang. Usia kandungannya sehat!" Olivia bercerita dengan semangat, Arthur tersenyum di paksakan. Matanya fokus melihat dua garis di testpack yang artinya positif.
Arthur menarik tangannya di perut Olivia, dan meminta Olivia bangun dari pangkuannya. Berdiri, melangkah gontai ke balkon Apartemen.
"Kamu gak seneng aku hamil?"
Arthur terdiam, menatap keluar. Menatap gedung-gedung tinggi kota Jakarta. Menunduk, dan melihat lagi hasil testpack itu.
Olivia menghampiri Arthur, memeluknya dari belakang. "Aku mau kok gugurin kandungan ini, kalo kamu gak mau sama bayi ini."
Arthur membalikkan badannya cepat, menatap tajam Olivia. "Anak itu tidak bersalah, biarkan dia di perut kamu selama sembilan bulan. Ketika dia sudah lahir, aku yang akan mengurusnya!" Ucap Arthur final.
Olivia tersenyum haru, dan bibirnya membentuk senyuman indah. "Kita mau nikah?"
"Gak. Tidak untuk saat ini,"
"Why?"
"Aku belum siap. Pekerjaanku aja cuman Manager biasa," alibi Arthur.
'Manager kok punya range rover lima, ama jet pribadi😪' -Arthur.
Olivia menggeleng, lalu mengenggam kedua telapak tangan Arthur, "aku suka kamu apa adanya."
'Basi jing! Emak lu suka ama babeh gua gara-gara duid nya'
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Nara (Lalisa✔)
Fanficketika papi pergi semuanya seperti semula, mungkin agak berbeda. kehidupan gue sebagai anak yatim-piatu bisa dibilang menyedihkan dan bisa dibilang beruntung, entahlah gue juga pusing mikirin itu. Awal cerita baru dari kertas putih yang akan banyak...