"Arthur!" Teriak Mr. Flo, Arthur terus berlari mengelilingi taman belakang rumahnya yang besar, di gendongan Mr. Flo ada Kenzo yang tertawa senang.
"Kejar aku!" Tawa Arthur meledak saat Mr. Flo yang agak kesusahan mengejarnya, Kenzo minta turun lalu mengikuti Arthur, berlari-lari.
"AYO ANAK-ANAK, SIAPA YANG MAU BERENANG?" teriak Anna, si kepala Maid. sontak Arthur dan kenzo berlari kearah Anna.
"Dapat," Anna menangkap tubuh kecil mereka, Mr. Flo mengikuti dari belakang. Sembari mengusap keringat di pelipisnya.
Bagaimanapun mereka tetap seorang anak kecil, yang hanya tau bermain. Bukan seorang anak kecil yang harus memikirkan masalah kedua orang tuanya.
Anna membawa mereka ke kolam renang dalam rumah, kolam itu nampak sangat mewah. Arthur sangat suka berenang bahkan, malam-malam pun jadi berenang, jika ia sedang lelah.
Baju Kenzo di bukakan oleh Anna, sedangkan Arthur sudah siap dengan celana renangnya. Kenzo ingin cepat-cepat ikut berenang, Arthur sangat jago berenang seperti Papa-Nya.
'Buah jatuh, tidak jauh dari pohonnya' itulah kata pepatah yang pas untuk ayah dan anak tersebut.
Kenzo melompat ke kolam tenang dengan kedua tangannya di beri, ban renang anak agar Kenzo tidak tenggelam.
"Wush... wushh.." Kenzo mendorong kapal-kapalannya di kolam itu.
***
"YA KAMU HARUSNYA NGERTI, AKU ITU UDAH CAPEK GE!" teriak Nara dengan emosi yang membuncah, ia melemparkan bantal yang berada di sofa itu tepat di muka Baozhang.
Windy hanya diam sembari meniup-niup kutek yang belum kering di kukunya, mungkin Windy anggap pertengkaran mereka seperti 'stand up comedy'.
"INI LAGI PELAKOR GAK TAU DIRI. ANJING EMANG, HEH DENGER YA, GUA BISA AJA HANCURIN LU AMA KELUARGA LU. TAPI GUA MASIH PUNYA HATI, GAK KAYAK LO!" sembur Nara, nafasnya turun naik tidak berhenti. Windy berdiri lalu merangkul lengan Baozhang.
"Takut," ejek Windy dengan nada ketakutan yang dibuat-buat.
"Please, sayang. Jangan gini," pinta Baozhang memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Nara (Lalisa✔)
Fiksi Penggemarketika papi pergi semuanya seperti semula, mungkin agak berbeda. kehidupan gue sebagai anak yatim-piatu bisa dibilang menyedihkan dan bisa dibilang beruntung, entahlah gue juga pusing mikirin itu. Awal cerita baru dari kertas putih yang akan banyak...