Tengah malam, Andean lagi-lagi terbangun. Ia mimpi buruk lagi, lebih buruk dari yang terakhir karena tak ada sosok Diana dalam mimpinya. Diliriknya jam weker di atas nakas, masih pukul 01.03, setengah jam sejak ia memutuskan untuk tidur. Kakinya turun perlahan, berjalan menuju dapur untuk mendapatkan segelas air. Sekembalinya dari dapur Andean duduk di tengah-tengah tempat tidur, menyalakan layar ponselnya, memeriksa notifikasi yang ada disana. Semua pesan dan panggilan ia abaikan kecuali satu, pesan masuk dari Diana. Pesan itu sampai sekitar jam delapan malam dan berbunyi :
Get well soon buat ade lo. Kakaknya juga, yang tabah, ya ;)
Dua sudut bibir Andean ditarik ke atas, dibacanya pesan itu sekali lagi sebelum memejamkan mata, menikmati sentuhan hangat dalam dirinya yang datang entah dari mana. Hanya dua kalimat singkat, tapi sangat tepat menurut Andean.
Sebenarnya ua ingin tau bagaimana caranya gadis itu menebak isi pikirannya dan seolah-olah tau bentuk yang tepat untuk bereaksi pada hal itu. Seperti tadi siang ketika ia merasa bersalah dan khawatir melihat gadis itu harus menelan obat yang sama banyak dengan adiknya, kata-katanya tepat menohok ulu hatinya.
Kalau saja saat itu mereka hanya berdua, ia tak akan ragu meracau untuk meminta maaf dan meyakinkan dirinya kalau gadis itu baik-baik saja.
Belum lagi bola mata gadis itu yang terkadang terlihat berusaha menarik keluar isi hatinya, seolah memintanya untuk bercerita. Bola mata itu berbanding terbalik dengan yang ia lihat dua tahun lalu, tidak ada lagi kilauan ceria yang membuatnya terpesona.
Dua tahun ternyata cukup membuat gadis itu berubah sepenuhnya.
Andean membuka matanya kembali. Ia merasa tak mengantuk sama sekali, dengan perasaan yang sedikit membaik jarinya mengetik balasan untuk gadis itu.
Thanks. Lo juga, cepet sembuh biar gue bisa beliin lo jus itu lagi.
Tak disangka, Diana langsung membalas pesannya. Lagi-lagi Andean tersenyum setelah membaca isi pesan itu.
Diana Rue : awas ya lo, berani beliin gue minuman itu lagi
Andean : hehe, ya udah, lain kali gue beliinya yaku*t ya?
Diana : gak usah, makasih
Andean : udah malem, lo belum tidur?
Diana Rue : lo kira ini siapa yang bales?
Andean : gue telfon ya?
Tanpa menunggu persetujuan Diana, Andean langsung menekan ikon telepon di layar. Ponselnya kini berada di dekat telinga, menunggu suara gadis itu menyapa telinganya.
"Halo,"
"Hai," Andean tersenyum, percakapan awal mereka di telepon selalu seperti ini.
"Ngapain lo telfon gue malem-malem?"
"Gue gak bisa tidur,"
"Merem aja, nanti juga ketiduran,"
Senyum Andean makin lebar, "gue belum telfon lo, jadi gak bisa tidur,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY
Teen FictionMau tak mau Diana harus menerima kenyataan kalau Andean berhasil memikatnya dalam sekali pandang. Selanjutnya, gadis itu diberi kemampuan untuk melacak tempat tergelap dalam hati cowok itu. Diana tak peduli apapun lagi ketika Andean pertama kali me...