Jam istirahat kedua sudah dimulai, kelas hampir kosong karena kebanyakan muridnya memilih berburu ke kantin. Untungnya Diana sudah lebih dulu membeli makanan, jadi ia tidak perlu berdesak-desakkan lagi.
Diana duduk bersama Fhara di dalam kelas, benar kata Andean kalau dia memang selalu diam di dalam ruangan kotak itu. Tapi itulah Diana, tidak begitu suka keramaian.
Fhara masih menghabiskan makanannya ketika Diana keluar untuk membuang sampah. Di depan pintu kelasnya kini berdiri seseorang yang jangkung dengan kedua tangan terlipat dan kening berkerut.
"Kenapa lagi An?" Sapa Diana berjalan kembali ke dalam kelas.
"Dia gak gangguin lo lagi kan?"
Sebelum Diana sampai di bangkunya ia berbalik, menatap heran pada Andean yang mengintip dari balik pintu.
"Apaan sih, mending lo ke kantin dari pada diem disitu," kataku malas padanya.
Andean bergeser, berdiri di tengah-tengah lawang pintu yang terbuka. Wajah cowok itu cemberut, jelek banget. Melihat wajah menggelikan itu Diana menghampiri Andean. Dia mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya dan memutar sesuatu.
"Gak kedengeran," Andean mendekatkan kepalanya. Diana memutar pesan suara itu sekali lagi.
"Haii Dii, lo udah tidur ya? Sorry gue gak telpon, lagi tanding Ps. Heheh. Lo lagi tidur kan? Bukannya nonton drama menye-menye itu? Udah malem, jangan kebanyakan nonton gituan, nanti inget gue lagi. Gue kan sama gantengnya kaya Lee Jongsuk lo itu, atau siapa tuh yang suka joget-joget? Park Jimin, Kim Jongin, Kim JongUn kali ah. Hehe. Ya udah kalau lo udah tidur, mimpi indah, kalau lo beruntung mimpiin gue ya. See you, love you."
Diana memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Kedua alisnya terangkat menatap Andean yang wajahnya kini memerah hingga telinga. Diana menahan tawanya disana.
"Muka lo merah banget An. Ahahahah." Diana terkikik langsung di depan Andean.
Cowok itu yang awalnya hanya bisa melebarkan mata karena terlalu shock mendengar rekaman suaranya sendiri kini terperangah melihat tawa Diana. Kedua mata cowok itu bahkan tidak berkedip sampai Diana selesai.
"Aduh, ternyata lo bisa cengo juga ya," Diana mengusap air mata yang menitik di sudut matanya. Ia tertawa puas sekali tadi.
"Kenapa lo puter ke gue? Bikin malu aja," sahut Andean.
Diana mendorong cowok itu agar tidak menghalangi pintu. Kini mereka berdiri di sisi koridor yang ramai.
"Kenapa gue puter? Gue mau tanya sama lo." Tangan gadis itu terlipat di dada, matanya menatap serius membuat Andean seketika tegang sendiri, mengira-ngira apa yang akan Diana kait.
Beberapa orang lewat dan menyapa Diana, ia jadi terus membalas sapaan orang lain sebelum akhirnya berkesempatan mengintimidasi Andean sekali lagi.
Kapan lagi bisa menindas cowok sok keren macam Andean?
Satu alis Diana diangkat tinggi, ia juga menaikkan dagunya. "Siapa orang rabun yang bilang lo sama gantengnya sama Lee Jongsuk, hah?"
"Aduh pingin ketawa gue," kata Diana menutup mulutnya dengan satu tangan. Gadis itu mundur selangkah dan menghembuskan napas.
"Gue ketawa sampe sesek napas masa, waktu denger itu di mobil."
Diana tersenyum tipis pada cowok yang masih cengo di tempatnya. Tapi Andean tak kunjung merespon apapun, cowok itu tetap diam dengan mata terbelalak. Diana menelan ludahnya, gue aneh banget ya barusan?
"An? Lo gak apa-apa kan? Hello?" Tangan Diana melambai-lambai di depan wajah Andean. Cowok itu bahkan tidak berkedip.
"An. Woi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY
Teen FictionMau tak mau Diana harus menerima kenyataan kalau Andean berhasil memikatnya dalam sekali pandang. Selanjutnya, gadis itu diberi kemampuan untuk melacak tempat tergelap dalam hati cowok itu. Diana tak peduli apapun lagi ketika Andean pertama kali me...