[Two]

1.5K 199 4
                                    

"Jadi dia bukan anak dance?"

Hoshi menggelengkan kepalanya tanpa menoleh padaku.
"Dia anak musik, tapi dia suka dance"

"He? Kau sedang mengerjaiku?"

Hoshi yang sedang fokus pada layar laptopnya seketika menatapku dan langsung menyentil dahiku.

"Akh!"

"Pergi sana. Jangan menggangguku. Kau tidak lihat aku sedang mengerjakan tugas akhir yang membuatku setengah gila ini ha?"

Aku merengut sebal menatapnya sembari terus mengusap dahiku yang sakit.
"Aku kan hanya bertanya!"

"Memang kau tidak ada kelas apa?" tanyanya lagi seraya kembali fokus pada layar laptopnya.

Aku menggeleng,
"Kelasku sudah berakhir. Hanya tersisa tugas Nyonya Hwang untuk besok sore."

"Kalau begitu kerjakan sana. Kau tidak mau kan mendapat nilai D lagi dan dapat amukan Ayahmu yang super galak itu."

Aku menghela nafas panjang dan menelungkupkan wajahku diatas meja kantin ini.
"Haah.. Aku lelah. Aku hanya ingin menari saja, tidak mau pekerjaan yang lain. Aku ingin berhenti kuliah saja."

"Kalau begitu cepat menikah sana." celetuk Hoshi.

"Sipit, aku belum pernah melihatnya. Jadi dia baru masuk kelas musik?" entah kenapa aku begitu penasaran dengan sosok Jun itu.

Hoshi terlihat menghela nafas berat lalu melirikku, aku segera menutup dahiku.
"Aku kan hanya ingin tau!"

"Dia memang baru masuk kelas musik ditempat kursus kita. Tapi dulunya dia teman dance ku di tempat kursusku yang lama."

Aku langsung bangun dan menatapnya,
"Wuah.. Jadi dia anak dance juga? Tapi jago bermain piano? Daebak."

Hoshi mengangguk,
"Dia juga Bagus dalam dance, tapi sayang sekarang sudah berhenti."

"Kenapa?"

"Ibunya melarangnya, dan memintanya hanya fokus pada pianonya saja."

"Berarti dia senasib denganku dong."

Apakah ini yang dinamakan jodoh? Hihi

"Jelas berbeda bodoh, dia jago dalam bidang apapun. Otaknya pun pintar, kalau kau kan memang keahlianmu hanya di dance saja."

Aku mendengus mendengar penuturan Hoshi yang um, ya memang sesuai kenyataan.
"Sialan."

"Yaa, kau sedang ada masalah ya dengan Chungha? Makanya melampiaskannya padaku."

Hoshi menghembuskan nafasnya berat tanpa menatapku dia melambaikan tangannya mengusirku.
"Pergi kau sana, belikan aku minuman dingin. Kau membuat kepalaku semakin kepanasan."

Aku mendengus sebal dan beranjak pergi darisana menuju tempat mesin minuman lalu mengambil beberapa soda kesukaan bocah sipit itu dan kembali ke meja kantin.

"Ini."

Hoshi mengangguk dan segera membukanya.

"Dia kuliah? Dimana?"

Setelah minum dia kembali menatapku,
"Kau belum menyerah rupanya, kau menyukainya?"

Aku tersentak,
"Suka? Aku? Haha mana mungkin.."

"Mana mungkin.. Mana mungkin.. Sudah jelas dari semua pertanyaanmu."

Hoshi mengacak rambutku hingga tak berupa.

"Arg! Aku baru saja dari salon! Sipit!"

>>••<<

Everlasting [End][✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang