[Seven]

887 163 6
                                    

"Kakak itu baru saja memerasku."

"Jangan mengada-ngada!" ketusku pada bocah gendut yang pelit tadi.

Jun hanya tertawa saat mendengarnya, aku tak peduli dan terus menjilat ice cream ditanganku.

"Kakak tidak punya malu, bagaimana bisa makan ice cream seperti anak kecil? Bahkan pipimu penuh dengan ice cream."

"Sudah kubilang kau bocah! Jangan mengada-ngada!"

"Aku serius!" dia menunjuk pipiku.

Membuatku jadi meraba-raba pipiku juga.

"Dimana?"

"Ini. Ahahaha.."

Bocah sialan. Dia mengerjaiku!

Ice cream ditangannya ia tempelkan dipipiku lalu dia berlari pergi.

"Dasar gendut!" pekikku sebal.

Jun kemudian tertawa kencang, membuatku meliriknya. Ini pertama kali aku melihatnya tertawa sampai seperti itu. Rasanya aku bahagia melihatnya.

"Apa?" dia berhenti tertawa saat melihatku.

Aku menggeleng dan kembali menikmati ice cream ku.

"Ingat kalau itu tidak gratis ya?" ucap Jun membuatku mendengus.

Cakep cakep tapi perhitungan.

"Iya iya akan kubayar nanti."

"Bukan dengan uang."

Aku menatap Jun bingung,
"Lalu?"

"Bagaimana kalau wish?"

Aku tertawa kecil,
"Kau pikir aku ini Jin?"

"Iya atau tidak?" tawarnya lagi.

Aku akhirnya mengangguk,
"Oke, apa itu?"

"Akan kuminta saat aku ingin nanti." jawabnya.

Aku kembali mengangguk.

"Kau melukai kakimu? Apa yang terjadi?" tanya Jun yang sedang melihat kakiku.

Itu semua karenamu.

"Um, aku mengalami kecelakaan karena tidak hati-hati saat menyebrang."

"Ceroboh seperti biasa." dengus Jun.

"Kaki adalah bagian terpenting darimu bukan? Dia sumber kebahagiaanmu." lanjutnya.

Aku tersenyum tipis,
"Sebentar lagi juga sembuh." cicitku lalu melihatnya lagi.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau.. Sakit apa? Kulihat kau tampak sehat-sehat saja?" heranku.

Dia menatapku dan mengangguk,
"Aku memang sehat-sehat saja."

"He? Lalu kenapa kau disini dengan pakaian rumah sakit?"

Jun malah terkekeh geli,
"Jung.. Aku sangat bosan. Tidak bertemu denganmu selama sebulan lebih rasanya aku mulai merindukanmu."

Blush

Apa maksudnya? Kenapa dia sering sekali membuatku terenyuh? Aku memalingkan wajahku dengan pipiku yang memerah kuyakin itu.

"Apaan kau ini.."

Jun melirikku dan kembali terkekeh geli, tangannya terulur lalu mengusap pipiku. Sungguh saat ini debaran jantungku menjadi tak karuan.

"Pipimu jadi lengket gara-gara ice cream bocah gendut itu." ucapnya.

Aku dengan perlahan menoleh dan kembali menatapnya.

Everlasting [End][✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang