[Twenty Three]

721 125 6
                                    

"Apa dia baik-baik saja?"

Minghao mengintip Yerin yang kini sedang berada dikamar Jun, dan tengah berbaring diranjang mendiang.

Dia lalu mengangguk pada Ibu Jun yang tampak menatap cemas Yerin setelah melihat gadis itu pulang dengan keadaan menangis pilu membuat semua orang rumah tertuju padanya saat itu. Dan tatapan bersalah Ibu Jun pada gadis itu.

"Dia tidak akan apa-apa bu, biarkan saja dia disana. Sekarang kau harus makan." Minghao tersenyum dan membawa Ibu Jun pergi untuk makan lalu menutup rapat pintu kamar.

Sementara Yerin, air mata itu kini sudah mengering namun tatapannya masih menerawang jauh kedepan. Dia memeluk erat selimut dan guling yang pasti slalu dipakai Jun tidur.

Bahkan dia sampai lupa mengabari Ayahnya yang pasti sekarang sedang uring-uringan menunggu kabar darinya. Dia menutup matanya dan menghela nafas panjang.

Ini bukan salah Jun, Yerin.

Dia jadi merasa bersalah karena berteriak dimakam Jun tadi, Jun pasti sedih. Dia menggelengkan kepalanya,
"Aku tidak marah padamu Jun, sungguh.." lirihnya.

Ingatannya kembali terngiang pada wajah Ibunya Jun yang tampak kelelahan ditambah dengan cemas saat melihatnya menangis tadi, kenapa dia harus bersikap seperti itu didepan Ibunya Jun sih?

Yang lebih terluka adalah ibunya bukan dia? Yerin terbangun dari tidurnya dan menatap kepintu, lalu dia duduk disisi ranjang dengan mata yang mengelilingi seluruh ruangan.

Kamar besar Jun yang didominasi dengan warna biru dongker, sangat teduh. Kini matanya melihat setiap bingkai poto diatas meja belajarnya yang dipenuhi buku-buku yang berserakan.

Yerin bangkit dan duduk dimeja itu lalu membereskan buku-bukunya,
"Pantas kau pintar, kau sangat rajin yah." setelah itu dia melihat dengan seksama jejeran poto itu dan tersenyum tipis.

"Dia bahkan sudah tampan dari kecil."

"Bayi Jun, balita Jun, bocah Jun, dan apa ini? Remaja Jun dengan tubuh kerempeng hehe lucu, Abg Jun, dan dewasa Jun, pangeran tampan dari negri dongeng yang terjebak dengan wanita biasa sepertiku?" kekehnya seraya mengelus poto Jun yang sedang duduk diatas pianonya.

Air matanya kembali turun, dia menggigit bibir bawahnya sekeras mungkin agar tak mengeluarkan suara. Namun ternyata sulit, dadanya terasa sesak dan dia menelungkupkan wajahnya diatas meja lalu mulai terisak sepelan mungkin.


>>••<<



Keesokan paginya.

Minghao keluar rumah dengan terburu-buru saat melihat kamar Jun yang sudah kosong, lalu barang-barang Yerin yang sudah menghilang dari kamar tamu.

Dia juga diberitahu Ibu Jun kalau Yerin pamit pulang saat dia sedang keluar untuk berbelanja tadi, dia mengendarai mobilnya menuju bandara karena yakin kalau Yerin pasti langsung kesana.

Dengan cepat dia berlari mengelilingi Bandara dan tak lupa mengecek jadwal penerbangan, akhirnya dia menemukan gadis dengan kucir kuda tengah terduduk menatap ponselnya. Dengan nafas lega diapun duduk di sampingnya membuat Yerin menoleh kaget.

"Kau datang juga."

Minghao meliriknya dan mendengus sebal,
"Seakan kau tau aku akan menyusulmu huh?"

Yerin tertawa kecil dan mengangguk, Minghao melihat itu ikut tersenyum karena Yerin sepertinya sudah bisa tersenyum lagi.

"Kenapa pulang? Kau tidak mau lebih lama disini?" tanya Minghao.

Everlasting [End][✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang